[Takaki's POV]
"Hhhh~ engghhh~"
"Hhmmmm.... uughhh~"
"Hhh.... hhh.... hhh....."
Cuuuurrrr~
Aku membanting pintu kamar mandi dengan kesal. Berjalan menuju lemari pakaianku dan mengambil pakaian ganti disana.
Sialan! Kenapa aku mendadak horny disaat seperti ini?!
Lebih parahnya, sesuatu itu mendadak bangun. Lebih sial lagi dia tidak mau kembali tidur hanya dengan air dingin. Sial pangkat tiga, aku terpaksa solo-play di jam 3 subuh seperti ini?!
BRENGSEK!!
Aku terlihat seperti anak baru puber yang sudah-lama-tidak-melakukan-sesuatu. Sudah beberapa tahun sejak malam dimana aku resmi sebagai seorang pria. Kau tau apa maksudku, bukan?
Dan beberapa tahun belakangan, aku sudah meninggalkan kebiasaan untuk menghabiskan one stand night seperti Miura. Tetapi sialnya, sepertinya aku memang butuh pelampiasan kali ini. Sial lagi di tempat seperti ini sulit hanya untuk sekedar menyewa perempuan.
Sisa pagi itu aku habiskan dengan berkemas lalu bermain game di ponsel ku. Merasa begitu sia-sia untuk sekedar terlelap kembali.
Tanpa sadar, fajar pun mulai menyingsing. Aku pun menyimpan ponsel ku dan beranjak dari kamar dimana separuh hidupku aku habiskan.
Aku berjalan menuju kamar dimana pelayan chibi itu beristirahat. Kamar itu tertutup dan tidak ada tanda-tanda akan terbuka. Dengan kesal aku mengetuk pintu kamar itu dengan keras.
Anehnya tetap tidak ada jawaban.
Brengsek!
Berani-beraninya chibi tak tau diri itu masih terlelap. Akhirnya aku mencoba membuka pintu itu dengan keras, dan tidak terkunci. Aku semakin geram saat melihat chibi sialan itu masih bergelung di dalam selimut.
"Oii!! Bangun!!"
Tidak ada jawaban.
Aku memanggil sekali lagi ditambah dengan menggerakkan badannya dengan kakiku. Tetap tidak ada jawaban. Aku berdecak dengan kesal sampai akhirnya aku menyadari rambutnya, bahkan bajunya dibanjiri keringat. Buru-buru aku berjongkok, mataku membola dan mendapati tubuh itu sangat panas.
"Hnng~~"
Aku menoleh ke sekeliling, meraih tas kuliah ー satu-satunya barang yang dibawa pemuda itu selain pakaiannya, menyampirkan jaket ke tubuhnya lalu menggendongnya dari sana.
Sesampainya di koridor aku bertemu dengan Hikaru yang juga ikut terkejud melihat kondisi chibi yang berada dalam gendonganku saat ini.
"Ada apa dengan Daiki?!" tanyanya.
"Entahlah. Yang jelas aku akan segera membawanya pulang ke Tokyo!" ucap ku.
Aku kembali berjalan menuju mobil dan membawa si chibi ke kursi penumpang di bagian depan, buru-buru ku lempar barang miliknya ke kursi belakang dan segera berpindah ke kursi kemudi.
"Rumah Sakit Pusat, temui Dokter bernam Yabu Kota. Dia yang menangani Daiki beberapa tahun ini, mungkin dia tau apa yang terjadi." ucap Hikaru lagi.
Aku menyerit bingung tetapi mengangguk sebagai jawaban. Setelah memasang seat-belt, aku langsung melajukan mobil ke jalanan. Sepanjang perjalanan aku memikirkan kata-kata yang diucapkan Hikaru tadi.
Sesekali aku menoleh pada sosok Chibi di sampingku ini, wajahnya memerah dan Ia terus mengerang seakan menahan nyeri.
"...dia yang menangani Daiki beberapa tahun ini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
DROWNING
Ngẫu nhiênArioka Daiki, seorang mahasiswa semester akhir. Seorang biasa-biasa saja, begitulah menurutnya. Namun sejak bertemu dengan seorang pria bernama Takaki Yuya, hidupnya seolah berubah. Tidak hanya hidupnya, namun sesuatu dalam dirinya ikut bergejolak...