Hehehehe... happy reading muanya :*
------------------------------------------------
Hampir seminggu berlalu, akhirnya telpon dari lembaga penelitian pun datang. Sayang sekali Kitayama tidak bisa meninggalkan pekerjaannya hari itu, maka Daiki akan diantar menuju lembaga. Daiki sama sekali tidak keberatan, malah Ia merasa jika pria itu memaksakan diri maka dia akan semakin merepotkan.
"Telpon aku jika kau sudah selesai. Akan ku kirim seseorang untuk menjemputmu nanti." ucap Kitayama begitu Daiki turun di depan lembaga.
Pemuda itu membungkuk, "Terima kasih banyak tumpangannya, Kitayama-san."
Kitayama melambai sebentar sebelum melajukan mobilnya dari sana. Daiki pun berbalik dan melangkah masuk. Tidak seperti hari pertamanya datang, kali ini petugas di depan sudah mengenalinya dan tersenyum begitu melihat Daiki datang.
"Please Mr. Arioka, Profesor Andrew has been waiting in his office." ucap resepsionis itu.
Daiki masih tidak begitu mengerti, tetapi saat mendengar wanita itu menyebut namanya serta Profesor Andrew, Ia bisa menebaknya sedikit maksud si petugas. Daiki diantar oleh satu petugas lainnya menyusuri lorong-lorong yang sudah dia kenali.
Tetapi kali ini, Daiki diajak menuju sebuah ruangan lain yang tidak pernah dikunjunginya waktu itu. Tepat di pintunya ada tulisan 'Chief Researcher' dan Daiki dipersilahkan untuk masuk oleh petugas yang mengantar. Di dalam sudah ada Profesor Edward serta wanita Yamamoto itu yang sedang duduk di sofa yang ada di tengah ruangan.
Keduanya langsung mengalihkan atensinya pada pemuda itu dan mempersilahkan untuk ikut bergabung di sofa. Daiki duduk di sofa berukuran single tepat berhadapan dengan Yamamoto.
"How are you, Mr. Arioka?" tanya profesor Edward.
Daiki menjawab dengan sedikit terbata. "Fine, profesor..."
"Kau bisa menjawab dengan bahasa Jepang saja, Arioka-kun. Aku akan membantu menerjemahkan ucapan Profesor Edward untukmu dan sebaliknya." Ucap Yamamoto sambil menghidangkan secangkir teh dan meletakkan di atas meja di depan pemuda itu.
Daiki mengucapkan terima kasih dan menyesap tehnya sedikit untuk menghilangkan kegugupan di dalam diri. Daiki bisa melihat sorot pandang kedua orang yang ada di ruangan itu sangat lekat padanya, tetapi bukan sorot intimidasi. Ia meletakkan kembali cangkir tehnya ke atas meja dan merasa teh itu tidak memberikan efek apa-apa, karena Ia merasa semakin gugup.
"Arioka-kun, maaf sebelumnya tetapi apakah sebelum ini kau sering mengalami gejala heat setiap bulan?" tanya Yamamoto Mizuki mulai menerjemahkan pertanyaan yang diajukan sang profesor.
Daiki menyerit mendengar yang terdengar sedikit aneh itu.
"Ah, maksudnya gejala seperti tubuhmu terasa panas seperti demam, atau bergairah tiba-tiba... seperti–"
"—seperti baru saja mengkonsumsi obat perangsang?" memotong penjelasan wanita itu.
Wanita Yamamoto itu mengangguk sekali dan Daiki langsung mengangguki pertanyaan tadi. Dia teringat ucapan Yabu saat pertama kali mereka bertemu yang mengatakan hal serupa.
"Yabu-san yang mengatakannya. Aku mengalaminya sejak menginjak usia 17 tahun dan berlanjut setiap bulan aku mengalami gejala seperti habis mengkonsumsi obat perangsang dosis tinggi." Jelas Daiki.
Mizuki sedikit terkejud mendengar penuturan Daiki tetapi langsung menjelaskan dalam bahasa Inggris pada profesor Edward. Tatapan profesor itu berubah dan menajam.
"Arioka-kun, selama ini apa yang kau lakukan untuk mengendalikan masa heat-mu itu?" tanya Mizuki lagi.
"Jika gejala ku itu hampir muncul aku akan meminta suntikan pada Yabu-san. Aku tidak tau itu obat apa, tetapi kata Yabu-san itu obat pengendali hormon." Jawab Daiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
DROWNING
RandomArioka Daiki, seorang mahasiswa semester akhir. Seorang biasa-biasa saja, begitulah menurutnya. Namun sejak bertemu dengan seorang pria bernama Takaki Yuya, hidupnya seolah berubah. Tidak hanya hidupnya, namun sesuatu dalam dirinya ikut bergejolak...