sembilan

8.1K 451 13
                                    

"Sempurna." gumam Jungkook lalu melepas apronnya. Meletakan apron di lemari. Dengan wajah yang ceria Ia berjalan menuju kamar Taehyung. Langkahnya terasa begitu ringan.

"Hyung, bangun! sarapan sudah siap-" pintu kamar terbuka. "-eh? Sudah bangun?"

Taehyung yang sedang berdiri di depan cermin full body menengok lalu tersenyum hangat. "Pagi, Baby."

Jungkook berjalan menghampiri kekasihnya yang sedang sibuk mengikat dasi. "Biar Kubantu." tangannya mengambil alih. Taehyung tidak menolak. Dengan senang hati Ia membiarkan kekasihnya melayani dirinya layaknya seorang istri yang pengertian. Namun ada hal yang lupa Ia perhitungkan, perlakuan manis seperti itu malah akan membuat tubuhnya tidak patuh.

Sesekali darahnya berdesir ketika tangan dingin Jungkook menyentuh dadanya yang berbalut kemeja baby blue tanpa sengaja. Menjalarkan sengatan-sengatan yang begitu menggelitik disekitar tubuhnya. Membuat debaran-debaran dengan intensitas dua kali lebih kuat di dalam dadanya. Bukan semacam perasaan penuh nafsu, hanya reaksi alamiah ketika hatinya merasa tersentuh oleh perlakuan manis yang tidak terduga.

Menurut buku sains SMA yang pernah Ia baca-kalau saja ingatan tidak mengkhianatinya, cara kerja jantung dan paru-paru sangat bersinergis. Oleh sebab itu, sebisa mungkin Ia menahan napas agar jantungnya bisa bersahabat. Sungguh Ia tidak ingin mati muda hanya karena mendapat perlakuan manis dari sang pujaan hati. Sayangnya Ia lupa, menahan napas tidak ada hubungannya dengan debaran jantung ketika pemicunya adalah seorang malaikat kecil tanpa sayap.

"Jangan menatapku seperti itu. Kau bisa melubangi kepalaku, hyung." ujar Jungkook dengan semburat merah yang terlukis di wajah putih susunya. Tangannya dengan cekatan mengikat dasi. Mencoba fokus meski nyatanya jantungnya sudah mendobrak kasar dan hampir melompat keluar kalau saja barisan tulang bengkoknya tidak cukup kuat untuk menahan.

"Menu sarapan pagi ini apa?" Taehyung bertanya, mencoba mengalihkan meski tak sekalipun pandangannya teralih dari wajah cantik kekasihnya.

"Aku membuat pancake dengan saus maple dan cokelat panas." Jungkook tidak membalas tatapan Taehyung, karena fokusnya sedang berada diantara kerah dan dasi. "Sempurna." ucapnya kemudian dengan ekspresi luar biasa lega. Lega karena sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik, atau mungkin lega karena akhirnya Ia bisa membebaskan diri dari tatapan sang predator.

"Kalau begitu, sementara Aku menyiapkan berkas kerja hari ini, bisa Kau bawakan Aku cokelat panas yang sudah Kau siapkan untukku?" tangannya terulur, mengusak pucuk kepala Jungkook dengan lembut. Kebiasaan yang sulit dirubah. Dan tentu saja tidak perlu dirubah, karena si penerima perlakuan sendiri tidak merasa keberatan.

"Kau tidak sarapan lagi hari ini?" kening Jungkook berkerut.

"Maaf, Baby. Aku harus berangkat pagi sekali. Ada rapat penting yang harus aku hadiri."

"Hmmpph! Lagi-lagi seperti itu." gerutu Jungkook sambil mengerucutkan bibirnya. Dahinya berkerut lebih dalam, menunjukan rasa keberatannya secara terang-terangan.

"Maaf, Oke. Besok Aku akan sarapan bersamamu."

Tidak ada tanggapan dari Jungkook. Si cantik keluar dari kamar. Tidak sampai satu menit, Ia sudah kembali ke kamar dengan secangkir cokelat hangat ditangannya.

"Kau akan pulang larut malam lagi?" tanya Jungkook seraya meletakan cangkir di atas meja kerja.

Taehyung yang sedang memasukkan beberapa kertas ke dalam tas kantornya menjawab, "Kemungkinan begitu." menyesap cokelat panasnya, "Kenapa?" Ia menoleh.

Kekesalan Jungkook bertambah berlipat-lipat. Ia tidak membalas. Hanya menampilkan wajah cemberut sebagai jawaban yang tidak bisa disangkal lagi, Ia kesal. Cemburu karena merasa dinomorduakan.

Ssstt!! (Vkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang