sepuluh

10K 494 42
                                    


Taehyung duduk ditepi ranjang. Menatap gundukan berbalut selimut. Ia tersenyum lembut. Pagi ini Kekasihnya lebih terlihat seperti sosis gulung ketimbang organisme hidup.

"Bangun, Tuan pemalas." ujarnya lembut.

Tidak ada tanda-tanda selimut bergeser. Jungkook masih betah menggulung diri.

"Hei, Baby." Taehyung menggoyang-goyangkan tubuh Jungkook. Ia tersenyum puas. Usahanya kali ini membuahkan hasil karena detik berikutnya selimut sudah bergeser. Namun senyumnya sirna ketika selimut yang bergeser itu menampilkan wajah Jungkook yang sedikit pucat dengan tangan yang membekap mulutnya sendiri. Seolah berusaha menahan sesuatu. Jungkook mendorong kekasihnya menjauh agar bisa lebih leluasa bergerak.

"Baby, Kau baik-baik saja?" tanya Taehyung cemas.

Tidak menjawab, pemuda cantik itu malah menepis tangan Taehyung. Kepalanya pening, perutnya mual, sekujur tubuhnya terasa lemas. Sesuatu di dalam perutnya mendesak meminta untuk segera dikeluarkan.

Jungkook berlari menuju kamar mandi. Baru saja mencapai pintu kamar mandi, rasa lemas sudah mengambil alih tubuhnya. Tubuhnya mulai gemetaran.

"Kookie?!" Taehyung mendekat. Menatap sedih. Melihat Jungkook yang tidak berdaya, dada Taehyung bergemuruh. Detak jantungnya sudah tak menentu. Antara penasaran, khawatir dan takut berbaur menjadi satu. Bingung, sedih dan frustasi sudah pasti menggerogoti pikirannya. Apa yang terjadi pada kekasihnya? Apa yang sudah Ia lewatkan hingga kekasihnya menjadi semenyedikan ini? 

"Kau ingin muntah?" menebak.

Jungkook mengangguk. Taehyung mengangkat tubuh Jungkook yang sudah terduduk lemas di ambang pintu kamar mandi. Membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Mendudukannya tepat di depan closet.

Detik berikutnya Taehyung bisa mendengar suara yang mampu merobek hatinya menjadi bagian-bagian paling kecil. Jungkook yang duduk di depan closet memuntahkan seluruh isi dalam perutnya berkali-kali. Berkali-kali hingga yang keluar hanya tinggal cairan bening saja.

Apa yang dirasakan Jungkook saat ini pasti sakitnya bukan main. Jungkook tersiksa, itu adalah kenyataan. Melihat Jungkook menderita begitu melumat perasaan Taehyung, adalah kenyataan yang tidak terbantahkan. Lalu bagaimana caranya agar Jungkook merasa lebih baik? Demi Tuhan, kalau saja Taehyung bisa menggantikan rasa sakit Jungkook saat ini, Ia rela.

Tangan kiri Taehyung menepuk punggung Jungkook lembut  sedangkan tangan kananya memegang ponsel. Mencari sebuah kontak lalu membuat sebuah panggilan telepon.

"Sial, kenapa tidak diangkat." Taehyung semakin gusar. Ini adalah kesekian kalinya Ia membuat panggilan telepon dan tidak satupun membuahkan hasil. Malah terhubung dengan mailbox.

Ia mencari kontak lain lalu kembali membuat panggilan telepon. Kali ini dewi fortuna memihak padanya. Panggilan telepon bersambut. Seseorang di seberang bertanya "Ada apa?"

"Temukan Seokjin untukku. Di klinik, di rumah sakit, di rumahnya atau dimanapun itu. Suruh dia datang ke apartemenku sekarang kalau tidak ingin kuledakkan kliniknya." emosi Taehyung meledak.

"Eh? Aku? Seokjin itu Aku 'kan? Brengsek! berani sekali mengancam meledakan Klinikku. Hoseok, Ada apa Taehyung menyuruhku ke apartemennya?"

Kening Taehyung berkerut mendengar suara yang menerima panggilannya berbaur dengan suara seseorang yang tengah dicarinya setengah mati. Yang mengabaikan berpuluh-puluh panggilan teleponnya.

"Jadi Seokjin bersamamu?"

"Ya, Ada apa? Kau sakit?" suara Hoseok terdengar khawatir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ssstt!! (Vkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang