Langkahnya terus melaju, bersama hembusan angin yang mendorongnya,
Senyumnya tak pernah pudar meski beberapa kali kerikil menyandung tujuannya,
Namun, di atas ceria serta kerinduan, terselip jutaan luka di balik tawa.
Tidak selama kenangan manis bisa dirinya simpan,
Seringkali perih itu membuatnya terpaksa harus membuang segalanya.Naluri terus mendesak agar segera melenyapkannya, tapi pikiran menolak sebagai alasan kejahatan,
Mereka berperang ....Meski pada akhirnya pikiran dengan berat hati menerima sang naluri ... karena air mata.
Rasa bersalah ... membutakan jiwa,
Kesendirian ... kian membubuhkan duka,
Mereka tetap pergi, melupakan kebahagiaan,
Mengejar mentari, melupakan rembulan.Dirinya ... selalu kesepian.
Tertanda,
N. Lidia
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Hitam
PoetryTentang HITAM yang selalu lemah akan PUTIH. Tentang LUKA yang selalu menemani DUKA.