Cahanya itu semakin menakutiku.
Aku tidak tau harus bersembunyi di mana lagi untuk mengindarinya.
Teriakanku seakan tak terdengar kalbu.
Aku seorang diri, menghadapi hidup ini.Pandanganku menjelajah mencari,
Mencari uluran tangan penuh cinta.
Namun lagi-lagi kilauan itu menggagalkaku.
Aku ... kembali sendiri.Meresapi akhir napas yang menyesakkan dada.
Menghayati tetes air mata yang mengalir tega.
Merenungi segala luka yang tertoreh duka.Dapatkah mereka mendengarku laiknya hembusan angin?
Apa yang mereka cari?
Aku tak memiliki kesempurnaan sepertinya.Tolong terima aku, di tengah kegelapan ini.
Tertanda,
N. Lidia
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Hitam
PoesíaTentang HITAM yang selalu lemah akan PUTIH. Tentang LUKA yang selalu menemani DUKA.