W A K T U

158 10 0
                                    


Mereka selalu bertanya hal yang sama,
"Di manakah kamu menaruh hati?"

Lalu, dengan jawaban yang sama aku berkata,
"Hatiku masih di sini."

Kemudian mereka mulai berbisik, kenapa aku terlalu angkuh dan tertutup.
Namun, aku hanya tersenyum sambil terus menjaga hati.

Mereka justru tidak tau jika sebenarnya aku tidak tau.
Kebimbangan dari banyaknya jalan membuatku tercenung,
"Mengapa aku selalu bingung?"
Kata-kata itu seringkali terulang hingga tak sanggup aku terpejam.

Sesungguhnya hati ini mengarah mengikuti alur,
Alur yang terus berputar-putar mengelilingi kalbu.
Sampai tidak sadar jika keadaan sama sekali tidak berbalik.

Dan untuk kesekian kalinya, aku termenung,
"Apakah hatiku memang tidak ingin dimiliki?"

Mungkin mereka mengira, jawaban itu ada di tanganku,
Tapi aku benar-benar tidak tau.
Perkara ini acap memusingkan diri.
Membuatku memilih untuk terkurung dalam kesepian abadi.

Jika datang pertanyaan soal 'apakah aku bahagia', aku senantiasa merespons dengan senyuman.
Mulutku seakan terkunci oleh keraguan.
Segalanya di ambang batas.
Bagai memilih antara ayah dan ibu.
Tak akan pernah terpecah.

Atau ...

Mungkin ...

Bisa saja ...

Cinta itu datang bersama waktu.

Tertanda,

N. Lidia

Tentang HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang