Pagi yang ceria mengawali hari, seorang gadis manis dan jelita dihiasi dengan kebisingan para kendaraan roda dua dan empat di sekitar wilayah Jakarta, kota metropolitan dengan ciri khas betawi dan ondel-ondel.
Lala pun sudah siap, untuk bekerja di resto kembali dengan mengenakan dressing putih dengan lepis pencil abu-abu, keluar di balik pintu kosannya dan duduk di jok motorya.
Ia pun mulai menjalankan motor beat merahnya, menuju perjalanan ke restoran indah.
Dua jam berlalu, motor Lala sudah terpampang di parkiran yang berada di area restoran.
Ia melangkahkan kakinya, memasuki resto disambut dengan senyuman pak Heri sang pemilik restoran.
“Pagi bos,” sapa Lala pada pak Heri yang ada di hadapannya.
“Pagi juga La…hari ini, kelihatannya kamu bersemangat sekali,”ucap pak Heri melihat raut wajah Lala yang ceria.
“Yaiyalah bos, hidup itu harus dijalani dengan keceriaan,” gumam Lala pada bosnya itu.
Lala pun melangkah meninggalkan pak Heri, menuju ruang ganti untuk mengenakan seragam waiters.
Beberapa menit berlalu, Lala sudah keluar dari ruang ganti dan siap untuk melayani para tamu hari ini.
Kemudian ia melangkah, ke beberapa meja tamu yang ada di restoran menanyakan pesanan yang diinginkan para tamu untuk makan siang.
Lepaskanlah ikatanmu
Dengan aku biar kamu senang
Bila berat melupakan aku
Pelan-pelan saja
Nada kontak Lala tiba-tiba bergetar, saat ia sedang sibuk dengan pesanan para tamu yang ada di restoran, Lala pun bergegas mengambilnya tertera di layar LCD ponselnya revan calling.
Ia pun, segera menekan tombol hijau.
“Halo Van ada apa?,” tanya Lala singkat.
“Sorry ganggu waktunya, loe bisa ga ketemuan sama gue di café elesca?,” ucap Revan sembari bertanya pada Lala.
“E…klo sekarang, ga bisa tapi ntar malem insyaallah bisa,” jawab Lala sambil menggigit bibir mungilnya.
“Oh yahudah deh, ampe ketemu nanti malem,”ucap Revan, sembari mengakhiri obrolannya dengan Lala.
Lala pun melanjutkan pekerjaannya, melayani para tamu yang ada di restoran.
“Hai La…ke mana aja sih, udah lama ga keliatan,” sapa Nina dari belakang sambil menepuk bahu Lala.
“Akh loe Nin ngagetin gue aja, eh akhir-akhir ini gue sering jalan sama Revan,” ucap Lala panjang lebar pada Nina.
“Oh iya, by the way gue denger dari Ari katanya loe diajak dinner sama bokap nyokap Revan dari amrik,” ucap Nina.
“Iya…semalem gue diundang ke rumah Revan,” ucap Lala.
“Terus, pendapat ortu Revan tentang loe gimana?,” tanya Nina penasaran.
“Menurut mereka, gue tuh cantik, anggun dan sopan,” ucap Lala pelan pada Nina.
“Wah…bisa masuk criteria calon menantu tuh,” ledek Nina dengan suara lantang.
“Apaan sih loe Nin,” ucap Lala, sembari menjitak kepala Nina serta mencubitnya.
“Duh La, ampun-ampun…gue ga akan ngomong gitu lagi,” ucap Nina memohon pada Lala yang kesal padanya.
Mereka berdua pun fokus kembali, ke pekerjaan menghampiri tiap meja pelanggan yang ada di dalam restoran indah.
Semetara Revan dan Ari, sedang diberikan setumpuk tugas oleh beberapa dosen yang masuk ke kelas mereka.
“Aduh Van, tugas seabrek kayak gini…bikin otak ngebul tau,” keluh Ari sembari meletakkan pulpennya.
“Dibawa enjoy aja sih, ntar juga kelar,” ucap Revan.
“Te…otak loe sama otak gue jelas beda, loe encer gue padet, iya…loe cepet kelar nah gue kagak,”celoteh Ari pada Revan.
“Ari…Ari…,”ucap Revan seraya tertawa kecil.
“Yahudah, ntar klo ada yang susah gue bantuin deh,” ucap Revan menyemangati sohibnya, dan Ari hanya sersenyum penuh makna pada Revan.
“Revan Aditya, Ari Saputra, jangan buat keributan di kelas,” ucap dosen Rezky sedikit membentak.
“Iya pak,” ucap keduanya sambil menunduk.
Semua mata tertuju pada Revan dan Ari, namun hanya sekilas mereka pun fokus kemabali pada tugas yang diberikan pada dosen begitupun Revan dan Ari konsen pada setumpuk tugasnya.
Kini suasana kelas begitu hening, hanya suara angin yang berhembus waktu bergulir seperti air yang mengalir deras.
Materi kuliah hari ini berakhir, dengan terkumpulnya setumpuk tugas di meja dosen hasil usaha para mahasiswa serta dosen pun keluar dari ruangan.
Rumunan mahasiswa menyebar ke setiap tempat, sementara Revan dan Ari melangkah ke parkiran.
“Ri doain gue yah!,” ucap Revan histeris pada sohibnya.
“Emang, loe mau ke mana dan mau ngapain?,” tanya Ari heran sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Gue mau ke café, dan rencananya mau nembak Lala ntar malem,” ucap Revan panjang lebar pada Ari.
“Hah…loe mau nembak Lala! Terus pas banget, malem ini kan malem minggu,”ucap Ari histeris.
“Oh iya Ri, by the way gimana kabar loe sama Nina?,” tanya Revan pada Ari sembari menyikut lengan Ari.
“Bae kita juga sering telponan, smsan, terus jalan sama dia,” jawab Ari sambil tersenyum.
“Yahudah gue cabut duluan Ri,” pamit Revan sambil masuk ke dalam mobil mercy miliknya.
“Good luck bro, buat misi terpenting dalam hidup loe,” ucap Ari sembari mengacungkan kedua jempolnya.
Revan pun menjalankan mobilnya, dan melesat meninggalkan area kampus disusul dengan BMW support milik Ari meluncur ke permukaan jalan menuju perjalanan pulang ke rumahnya.
Begitupun dengan Revan menuju rumahnya, untuk mempersiapkan mental dan kata-kata, buat nembak Lala di café elesca yang sudah di booking Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiters Fall in Love Muslimah Version (Telah Terbit)
Teen FictionLala seorang waiter dan Revan seorang Mahasiswa pintar yang suatu hari bertemu di restoran, yang membuat mereka sering bertemu dan timbulah benih-benih cinta diantara keduanya.