Cahaya mentari terpancar dari langit biru, bersama awan yang memadunya kelihatan lebih indah serta cicitan burung kecil di pagi yang sejuk.
Dan kabut yang tebal di sekelilingnya, Revan masih tertidur lelap di kamar megahnya, mengenakan kaos lekbong hijaunya dan celana boxer hitam.
Ce aminor deminor ke ge
Kece lagi aminor deminor
Kece lagi
Nada alarm milik Revan bergetar, sampai Revan terbangun dari tidurnya dan ia pun meraba-raba kasurnya mencari di mana ponselnya berada, serta masih memejamkan matanya.
“Duh…berisik banget sih nih alarm!,” keluh Revan sembari membuka matanya melihat layar LCD di ponselnya.
“Oh…masih jam tujuh pagi, untung gue ga ada mata kuliah hari ini,” ucapnya sembari tersemyum tipis, dan ia pun beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.
Setengah jam berlalu, Revan telah usai mandi hanya mengenakan handuk di pinggangnya serta rambut kerennya yang nampak basah sehabis mandi, ia kelihatan lebih segar setelah mandi.
Revan pun melangkah ke lemari pakaian, untuk ganti baju seraya mengenakan t-shirt panjang putih dipadu dengan cardigan coklat garis putih serta jeans hitam panjang.
Keluar dari kamarnya menuruni anak tangga, menuju meja makan dan di meja makan ada bi Marni yang sedang menata sarapan untuk Revan.
“Pagi den Revan…,” sapa bi Marni.
Dan Revan hanya menampakkan senyum simetris pada bi Marni, sembari duduk di meja makan.
Ia pun mengambil dua buah roti, dan mengolesinya memberi selai kacang coklat pada roti setelah itu ia menikmati sarapannya.
Seusai sarapan Revan keluar dari rumahnya menuju garasi dan masuk ke dalam mobil mercy miliknya seraya melesat ke permukaan jalan meninggalkan rumah mewah revan menuju rumah ari sahabatnya. Satu jam berlalu mobil mercy milik revan sudah berada di depan rumah ari “ tin…tin…tin…tin…” suara klakson mobil revan “ woi ri, bangun udah siang masih molor aja” teriak revan dari lantai dua rumah ari dan ari keluar dari balik pintu balkon kamarnya “ woi van…loe ganggu aja!” sahut ari dari balkon kamarnya dan revan hanya tertawa melihat raut wajah ari setelah bangun tidur, ia pun masuk ke area rumah ari sembari menekan bel rumahnya “ting non…ting nong…” suara bel rumah ari dan seorang pembantu pun membuka pintu rumah ari dari dalam pelan “oh den revan…silahkan masuk” ajak bi leha pada revan “makasih bi” ujar revan singkat sambil masuk ke dalam rumah ari melangkah menuju ruang tamu seraya duduk di ruang tamu untuk menunggu ari selesai mandi.
Takkan ada yang pisahkan kita
Sekali pun kau telah tiada
Akan ku pastikan ku kan
Memeluk menciummu di surga
Nada kontak milik Revan bergetar, ia pun mengambil ponsel dari saku jeansnya dan melihat layar LCD di ponselnya tetera Pap calling.
Revan pun segera mengangkatnya, dengan menekan tombol hijau.
“Halo Van, gimana kabar kamu?,” tanya Papah Revan perlahan.
“Baik Pah, ada apa nelpon Revan?,” tanya kembali Revan.
“Papah cuma pengen ngasih tau sama kamu…Papah sama Mamah akan pulang ke Indonesia,” ucap Papah panjang lebar.
“Bener Pah kapan?,” gumam Revan.
“Rencanannya hari ini,” ucap Papah singkat.
“Yahudah ntar siang aku sama Ari jemput ke airport,” ucap Revan bersemangat.
“Udah dulu Van, salam buat semuanya,” ucap Papah sembari mengakhiri obrolannya dengan Revan anak tunggalnya.
Revan memutuskan sambungannya dengan menekan tombol merah, lima menit berlalu Ari sudah berada di ruang tamu bersama Revan.
“Oh iya Van, by the way loe ke sini mau ngapain?,” tanya Ari.
“Gue pengen ngajak loe, jalan habis bete di rumah,” jawab Revan.
“Oke tapi ke mana?,” tanya Ari lagi pada Revan.
“Ke tempat fitness,” ucap Revan singkat.
“Wah…ide bagus tuh, soalnya gue udah lama banget ga fitness,” ucap Ari sambil menjentikkan jarinya.
Kedua cowok keren itu pun keluar dari rumah Ari yang luas, dan masuk ke dalam mobil masing-masing.
Ari masuk ke BMW support silvernya, dan Revan masuk ke mercy creamnya menuju salah satu tempat fitness yang ada di Jakarta pusat.
Satu jam kemudian, mereka telah sampai di tempat fitness keduanya pun memasuki tempat fitness dan menitipkan tas mereka ke tempat penitipan barang.
Mereka melangkah ke ruang ganti, beberapa menit berlalu dua cowok keren itu keluar dengan mengenakan trening pendek, dan kaos trening pendek menuju pelatihan fitness.
Revan pun mulai mencoba minaraga dengan rilex, dan kelihatannya ia menikmatinya sementara Ari mengangkat dua drimbel dengan kedua tangannya untuk mengatur otot-ototnya.
Revan pun ke alat fitness yang lainnya, mencoba mengangkat drimbel paling besar sembari berbaring menggunakan otot-otot dan tenaganya, ia pun berhasil mengangkatnya dengan seimbang sedangkan Ari mencoba jumping untuk meninggikan badannya.
Setelah mereka mencoba semua alat fitness, serta badan mereka yang mulai mengeluarkan keringat.
Dua cowok itu pun mengusap kening mereka, dengan handuk kecil berwarna putih, setelah lelah melakukan fitness, mereka melangkah ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.
Lima menit berlalu, mereka keluar dari ruang ganti dan melangkah ke tempat penitipan barang untuk mengambil tas mereka, dan bergegas keluar dari tempat fitness menuju parkiran.
“Oh iya bro, sekarang loe temenin gue ke airport,” ucap Revan sembari menepuk bahu sohibnya.
“Emang loe mau ke luar negeri?,” tanya Ari heran.
“Duh…loe tuh ga jebo sih, kita tuh ke airport mau jemput bokap sama nyokap gue dari amrik…bukan mau ke luar negeri,” ucap Revan panjang lebar pada Ari.
“Oh…gitu,” ucap Ari kemudian.
Mereka pun masuk ke dalam mobil masing-masing, dan melaju meninggalkan area tempat fitness menuju airport soekarno hatta Jakarta.
Satu jam berlalu, Ari dan Revan sudah tiba di airport soekarno hatta keluar dari mobil dan melangkah memasuki bandara.
Mata mereka pun, mencari ke setiap sudut dalam bandara.
“Van mana, kok dari tadi ga keliatan?,” tanya Ari sembari celingak-celinguk melihat ke setiap sudut.
“Mungkin, belum nyampe mendingan kita tunggu di sana,” jawab Revan, sembari menujukkan kursi di sebelah sana yang cukup banyak orang.
Dan keduanya pun, berjalan ke sana dan duduk di kursi yang telah disediakan.
Setelah beberapa menit, ada sosok pasangan suami istri separuh bayah dari kejauhan melambaikan tangan ke arah Revan dan Ari yang sedang duduk di kursi.
“Papah, Mamah,” ucap Revan, sembari mengeryitkan alisnya memandang orangtuanya dari kejauhan.
“Van mendingan kita langsung samperin,” usul Ari sembari menepuk pundak sohibnya.
Dan keduanya berlari, menghampiri orang tua Revan dengan cepat tapi tiba-tiba.
“BRUK!!!,” Revan bertabrakan dengan seorang gadis cantik, seksi, tinggi serta anggun.
“Sorry gue ga sengaja,” ucap Revan sambil membantunya berdiri.
“Never mind,” ucap gadis itu singkat, sembari menoleh ke arah Revan dan memandangnya heran.
“Revan…,” ucapnya sambil menunjuk Revan.
“Fanny, hei apa kabar?,” ucap Revan sembari menjabat tangannya.
“I’m fine, udah lama kita ga ketemu semenjak SMA,” ucap Fanny panjang lebar pada Revan.
“Oh iya, by the way loe kuliah di mana?,” tanya Revan perlahan.
“Gue kuliah di ausi Van,” jawab Fanny kemudian.
“Sorry yah Fan, gue ga bisa lama-lama soalnya gue mau nyamperin bokap nyokap gue,” ucap Revan pada Fanny, dan temannya hanya mengangguk cepat sembari menampakkan senyum.
Sementara Revan dan Ari pun, menghampiri orangtua Revan seraya mencium tangan kedua orangtua Revan dan Ari pun juga.
“Sayang gimana kabar kamu?,” tanya Mamah Revan.
“Baik Mah,” jawab Revan singkat.
Mereka pun berjalan bersama, melangkah keluar dari airport soekarno hatta menuju parkiran, orangtua Revan masuk ke dalam mobil.
Sementara Revan, memasukkan koper ke dalam bagasi dan masuk ke dalam mobilnya begitu pun dengan Ari masuk ke mobilnya.
Kedua mobil pun, melaju meninggalkan bandara soekarno hatta menuju perjalanan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiters Fall in Love Muslimah Version (Telah Terbit)
Novela JuvenilLala seorang waiter dan Revan seorang Mahasiswa pintar yang suatu hari bertemu di restoran, yang membuat mereka sering bertemu dan timbulah benih-benih cinta diantara keduanya.