part 12 :Hanan

11 6 0
                                    

"bro, gue pulang duluan"

"sumringah banget lo dari tadi pagi"

"jangan jangan...." tatapan sinis Tyo dengan matanya yang hampir benar benar hilang

"kalau Fatma pulang dari lombok, lo harus bawain makanan buat gue. Titik pokoknya"

"dipikiran lo makan mulu. Dah lah ntar telat, mati gue kena omel nyonya" aku langsung menyandang tas ku dan pergi keparkiran. Baru aja mau ngegas motor tiba tiba Yara ngalangin jalan lewat gue.

"Hanan stop!!"

"huffff, ada apa kak?" jawabku dengan malas. Seketika mood ku berubah 360°

"antarin gue pulang"

"tapi kak..."
Belum juga aku siap ngomong dia udah naik ke motorku. Kan ga mungkin dong aku nyuruh dia turun

"ayo buruan Hanan"
Yara langsung melingkari perutku dengan tangannya. Baru kali ini aku risih bonceng cewek. Biasanya sama Fatma enjoy aja

"maaf kak, tolong jangan pegang perut. Geli" ucapku dengan risih

Aku langsung pergi menuju rumah Yara. Karna aku ga tau ya sampe sore dia cuman ngadalin aku, 2 jam terbuang hanya untuk nyari rumahnya. Hari itu aku kesal sekali, sedangkan kedatangan Fatma di bandara 1 setengah jam yang lalu.

Setelah nengantarkan Yara yang rumahnya serasa diujung dunia aku langsung pergi ke bandara. Gila itu seakan kecepatanku membelah kemacetan. 1 jam aku baru datang di bandara.
Aku langsung turun dari  motor dan berlari menuju kursi tunggu. Berharap Fatma masih menunggu, ternyata bandara  ditutup

"maaf mas, bandara di sterilkan sementara. Karna terjadi pembunuhan" salah seorang penjaga bandara mencoba menghalangiku yang memaksa hendak masuk

"saya mohon pakkk"

Drettt drettt

Handphone ku bergetar, membuatku pergi menjauh dari penjaga itu

"ada apa yo?"

"pulang sekarang!"

"kenapa? Aku lagi cari Fatma"

"pulang! Papa lo masuk rumah sakit"

Aku langsung mengecek panggilan di handpone ku. Ternyata 10 panggilan tak terjawab dari mama.

"tapiii.. Fatma?"

"dia aman"

"aman gimana? Dibandara ada pembunuhan lo bilang aman!"

"lo ga usah khawatir. Ntar gue kirim alamat rumah sakitnya"

"yakin ya lo. Awas terjadi apa apa sama Fatma abis lo yo"

Aku langsung meninggalkan bandara dan pergi kerumah sakit, aku panik bukan main saat itu. Satu sisi aku belum menjamin Fatma aman, satu sisi ayahku dalam keadaan sekarat.

Setiba rumah sakit aku langsung berlari, namun tiba aku merasa semua yang kulihat terbalik 180° penglihatanku gelap.

Tttttt

"Hanan! Hanan!"
Suara itu samar sekali, aku melihat bayang bayang wajah namun sangat buram, hampir tak nampak. Aku mencoba memegang kepalaku yang pusing dan mengembalikan penglihatanku seperti semula

"Mama?" jawabku lemah, setelah aku tau pasti kalau orang didepanku itu mama. Aku melihat jelas kekhawatiran di raut wajahnya. Seolah ingin mengatakan sesuatu namun tak tersampaikan.

"kenapa ma?" tanyaku mencoba ingin memastikan yang di cemaskan mama

"papamu.."

"papa baik baik ajakan ma!" aku bangkit dari ranjang rumah sakit dan mencengkram kuat tangan mama. Wajahku panik

"MAMA?"

aku yang panik mencoba bangun dan masuk kekamar ruang rawat papa seperti yang telah diberi tau tyo.

Ketika aku masuk, aku menemukan kain putih diatas ranjang. Aku langsung berlari dan membuka kain putih itu, ternyata papa. Aku langsung jatuh lemas, tak berdaya bahkan seakan aku tak bernyawa lagi. Aku hanya bisa pasrah dengan kehendak tuhan, aku hanya bisa mengatakan "tuhan kenapa begitu cepatnya" Mama datang memelukku. Seakan kini hanya aku yang ia miliki.

----
Gemuruh hentakan kaki hanya terdengar ditelingaku. Tapi pikiranku kosong, tak tertuju. Menatap kedepan, tapi tak tau yang kulihat.

"Hanan!" seakan suara itu menggaung di telinganku

"Hanan!" seseorang memegang bahuku. Memelukku dan mencoba menenangkanku

"Fatma?" aku memandanginya dan memelukknya.

"Papa Fat...."

"aku tau, aku tau itu berat. Tapi kamu jangan kaya gini terus. Kamu harus kuat, kamu ga sendiri masih ada aku, mama kamu, temen temen kamu dan juga Allah"

-----
Dorrrrr

Suara itu ditembakkan ke langit dengan waktu bersamaan. Pertanda upacara pemakaman papa dimulai.
Aku melihat mama hanya bisa menangis memegang Foto papa ketika jenazah beliau dimasukkan liang lahat.

Aku hanya mencoba menahan tangis ini. Fatma yang sedari tadi disampingku langsung memegang tangan ku dengan erat, sama seperti 3 tahun yang aku lakukan padanya dulu. Aku melihatnya, ia hanya tersenyum seakan mengatakan aku harus kuat dan tabah

Jangan lupa vote ya😘
Baperan sendiri ketika buat bagian ini. Huhuhuhu alay ya😂

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang