5. Status yang Membingungkan

1.8K 180 9
                                    

Setelah lebih dari 2 jam berjalan menyusuri hutan, kami akhirnya sampai di kota Liara, kota yang kami tuju. Kami memang belum masuk ke dalam kota, tapi dari luar kota ini memang terlihat bagus dan memang terlihat seperti kota pada umumnya di abad pertengahan. Tapi kelihatannya pengetahuan lebih maju dari pada pembangunan.

“Shiro, apa kota Liara memang seperti ini?” tanyaku.

“Bukankah tuan bisa memeriksanya sendiri di smartphone milik tuan?”

“Iya juga sih...” jawabku tersenyum masam.

Aku mengambil smartphone-ku dari kantong celana dan membuka aplikasi peta, lalu memeriksa kota Liara. Eliza melihat bongkahan besi yang menyala di tanganku itu dengan tatapan kagum dan penasaran. Kupikir ia akan bertanya, tapi sebaiknya aku menjawab saja duluan.

“Rang—”

“Ini adalah alat yang bernama smartphone. Bisa kau bilang sebagai artifak atau semacamnya, yang jelas ini punyaku dan bisa menampilkan peta secara instan” ucapku sambil menggoyangkan smartphone-ku.

“Begitu... kenapa kau bisa menebak pikiranku? Apa karena alat itu juga?” tanyanya dengan wajah bodoh.

“Dimana-mana kalau ada seseorang yang melihat hal yang baru, dia pasti bertanya-tanya apa benda itu dan semacamnya, benar kan?” jelasku sambil memasukkannya kembali ke dalam kantong.

“Hum hum...” gumamnya sambil mengangguk.

Kenapa kau begitu serius? Bukankah ini hanya semacam artifak? Tapi menurut penjelasan Shiro, artifak adalah suatu benda yang sangat langka di dunia ini, jadi mungkin itu alasannya kenapa Eliza begitu serius memperhatikan ini.

“Oh ya, Rangga, apa kau punya kartu identitas?” tanyanya.

Kartu identitas? Oh, kartu berwarna cokelat yang diberikan dewa padaku di alamnya itukah? Aku mengambilnya dari kantong kananku yang juga tempat smartphone-ku berdiam diri.

Aku menyerahkannya pada Eliza dan membiarkannya melihat. Aku belum melihat satu huruf pun dari sana, jadi aku tidak tahu apakah status kekuatanku itu bagus atau tidak. Ketika ia memperhatikannya dengan seksama, ia sedikit terkejut dengan apa yang dia lihat.

Melihatnya membuat ekspresi semacam itu di wajahnya, aku sendiri jadi penasaran dengan apa yang tertulis di sana.

“Ada apa? Apa ada yang salah denganku?” tanyaku.

“Tidak terlalu sih, hanya saja aku terkejut dengan skill dan magicmu yang tak terbaca di kartu ini” jawabnya sambil menunjukkan kolom skill dan magic di kartu identitasku.

----------

Name : Rangga Wijaya

Race : Human

Gender : Male

Level : 0

Job : -

Battle Power : 20

Magic : ???

Skill : ???, ???, ???, ???, ???

----------

Apa ini!? Kenapa nggak kebaca!? Lalu level 0!? Battle Power 20!? Oi, bukankah ini sangat lemah!?

“Kamu kenapa? Bukankah kau yang mempunyai kartu ini?” tanya Eliza membuyarkan pikiranku.

“Ah tidak, sebenarnya aku juga belum tahu bagaimana statusku ini, jadi aku juga sama terkejut dan bingungnya denganmu” jelasku sambil tersenyum masam.

“Hah!? Kok bisa?”

“Yah, ceritanya panjang.”

“Huh, bilang saja kau ini baru saja cukup umur untuk mendapat kartu identitasmu sendiri” ucapnya sambil tersenyum nakal padaku.

The World's End, But We're Survive in Another World [DROP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang