15. Counter Attack!

1K 106 179
                                    

Aku melihat Shiro dan Eliza pergi dariku. Mereka... menghilang dalam kegelapan, terhisap ke dalam suatu pusaran hitam yang tak kuketahui seberapa dalamnya. Karen juga.. aku tak tahu dia kemana. Apa... dia meninggalkanku juga? Dia terlihat akan menyusul Shiro dan Eliza ke dalam sana.

Tidak, aku tak menginginkan ini! Shiro! Eliza! Karen!

Bzzttt!

   "Matilah seperti serangga di sana, petualang kelas Besi."

Tiba-tiba sesosok pria berambut dan bermata cokelat, berpenampilan seperti petualang pada umumnya, dan membawa sepasang pedang di pinggangnya, muncul dihadapanku sambil tertawa kecil. Dia...

   "Randiiiii!!!"

Dalam seketika, semua penglihatan itu menghilang, bersamaan dengan sadarnya diriku.

   "Hah... hah... hah..."

Terbangun dengan keadaan emosi melihat penglihatan tersebut, nafasku terengah-engah seperti orang yang baru saja mengikuti lari marathon sejauh 12 kilometer. Larutan air garam sedikit demi sedikit menetes dari dahi serta pipiku, menjatuhi kain putih... yang kupegang?

Setelah menyadari kain putih yang ternyata adalah selimut itu, aku segera menolehkan kepalaku ke kiri dan ke kanan memastikan lingkungan sekitar. Beberapa detik kemudian, aku sadar bahwa aku berada di sebuah kamar yang belum pernah kudatangi. Aku di kamar siapa?

   "Oh, kupikir ada seekor monster yang memasuki rumah, ternyata itu hanya kamu," ucap seseorang.

Mendengar suara lembut yang sedikit diikuti nada gemetar, aku menoleh ke suara tersebut. Di pintu berdiri seorang nenek tua yang rambutnya sudah seluruhnya memutih dan matanya pun terlihat sulit untuk dilihat dengan jelas. Kulitnya juga sudah jauh dari kata mulus. Siapa dia?

   "Maaf, siapa anda dan dimana aku?" tanyaku kebingungan.

   "Kau di rumahku, memangnya dimana lagi?" jawab sang nenek tua tersebut.

Ia berjalan ke sebuah kursi goyang di kamar ini dan duduk di sana. Kemudian, ia menggoyangkan kursinya dan mulai memejamkan matanya.

   "Apa yang terjadi padaku?"

   "Kau pingsan di jalan, jadi aku memungutmu."

Memungut? Jadi nenek ini menganggap aku benda, ya? Jika saja ia bukanlah penyelamatku mungkin aku sudah membantahnya lebih banyak lagi.

Tapi... [Paralyze] kah? Skill ini benar-benar merepotkan. Selain bisa menghentikan pergerakan, sirkuit manaku juga dapat dilumpuhkan sehingga aku tak bisa menggunakan sihir maupun skillku. Bahkan skill regenerasi super yang kudapat dari dewa tidak berfungsi.

[Paralyze] benar-benar skill yang merepotkan.

   "Ah, sudah berapa lama aku pingsan?"

   "Hm... mungkin sekitar dua hari?"

Dua hari!? Bukankah itu terlalu lama!? Bagaimana dengan Eliza dan Shiro!? Dengan dipenuhi pikiran negatif, aku bangkit dari kasur dan melangkah menuju luar ruangan.

   "Hei, mau kemana, nak?"

   "Aku ingin menyelamatkan temanku."

   "Menyelamatkan temanmu? Memangnya ada apa dengan temanmu?" tanya nenek itu.

   "Mereka diambil oleh sekelompok penjaga palsu yang dipimpin oleh seseorang bernama Randi."

   "Ah, Randi si pembelot itukah?"

Randi si pembelot? Nenek ini mengenal orang berengsek itu?

   "Kau tahu dia, nek?"

   "Tentu saja tahu. Di kota ini tidak ada yang tak mengenalnya," jelas nenek ini, kemudian ia menceritakan apa yang ia tahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The World's End, But We're Survive in Another World [DROP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang