10. Menjual Material dan Berakhir Menjadi Petualang

1.4K 152 69
                                    

Setelah sekitar 45 menit berlalu, akhirnya pertempuran melawan gerombolan besar [Black Wyvern] itu berhasil kami menangkan. Saat ini para petualang sedang duduk di tanah karena kelelahan, termasuk para pengguna sihir dan senjata jarak jauh. Aku juga duduk mengambil nafas dengan Shiro yang beristirahat di pangkuanku.

Yah, dengan pertempuran selama ini, wajar saja jika aku juga lelah, terutama Shiro yang terbang ke sana kemari membawaku menembaki [Black Wyvern].

“Terima kasih atas kerja kerasnya, Rangga” ucap Fiena yang sedang mendekatiku membawa sebotol air minum.

“Ya, kau juga.”

Aku mengambil botol air minum yang ia sodorkan kepadaku, kemudian meneguk isinya sampai setengah. Botol air ini terbuat dari kulit hewan yang dikeraskan, berhubung plastik tidak ada di dunia ini. Memang aku bisa membuatnya, tapi itu akan menimbulkan kehebohan jika mendadak.

Kemudian Fiena duduk di sampingku dengan kedua kaki yang lurus ke depan. Ia menghela nafas sambil memejamkan matanya, kelihatannya ia lelah dengan pertempuran ini. Walau ia tidak berada di garis depan, Fiena terus mengerahkan sihir-sihir pendukung serta serangan dari jarak jauh, itulah yang membuatnya lelah.

“Jadi Rangga, apa sebenarnya itu?” tanyanya sambil menunjuk Exitium dan Katastrophe yang masih kugenggam.

“Sudah kubilang, ini senjataku. Versi kecilnya gogan” jelasku menatap matanya yang terlihat penasaran.

“Tapi bagaimana kau membuatnya? Selain itu, aku tidak pernah melihatmu memegang senjata sama sekali sebelumnya. Apa kau baru saja membeli itu?”

“Bukan, ini adalah murni buatanku sendiri. Aku akan memberitahukan caraku membuatnya, asalkan kau tidak menyebarkan ini. Setuju?”

“Setuju!” jawabnya langsung tanpa memikirkannya terlebih dahulu.

Kenapa dia langsung setuju saja? Apa karena dia sangat penasaran sampai-sampai setuju tanpa memikirkannya terlebih dahulu? Yah, aku tak masalah sih, lagipula aku memang ingin memberitahukan ini padanya dan Eliza.

Kemudian aku menceritakan tentang kekuatanku, tentu saja tentang pertemuan dengan dewa tidak kuceritakan, bisa gawat jadinya kalau kuceritakan. Setelah selesai menceritakan semua tentang kekuatanku, ia terlihat sangat terkejut.

“I-itu berarti kau bisa membuat uang juga!?” tanyanya keras.

“Jangan keras-keras!!”

JDAAKK!!

“Aduduh... Rangga, sakit tahu!!” serunya sambil memegang ubun-ubunnya yang baru saja kupukul.

“Salahmu sendiri bertanya sekeras itu!” balasku yang masih mengepalkan tangan kananku karena merasa kesal.

Walaupun ia hanya bertanya, kalau sekeras itu pasti petualang dan penduduk yang lain juga akan tahu, lalu tersebar kemana-mana.
Saat ini kami mendapat bantuan dari penduduk kota untuk menguliti mayat-mayat [Black Wyvern] ini. Jumlahnya yang banyak seperti ini tidak mungkin hanya dikuliti oleh para petualang sendiri, itu akan membutuhkan waktu sekitar 5 hari. Dengan bantuan para penduduk, mungkin akan menjadi 2 hari.

Kulit [Black Wyvern] sangatlah keras dan langka, karena itulah jika dijual akan sangat mahal harganya. Selain itu, dagingnya juga cukup enak untuk diolah menjadi makanan. Yah, untuk beberapa hari kota Liara ini takkan kekurangan bahan makanan. Mayatnya terlalu banyak.

Tulangnya... kalau tak salah bagian itu dapat digunakan untuk keperluan ramuan-ramuan khusus, alat-alat khusus, bahkan untuk upeti yang akan dikirimkan ke istana pun bisa. Raja mungkin akan senang jika dibawakan tulang dari mayat [Black Wyvern].

The World's End, But We're Survive in Another World [DROP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang