“Hah!?”
Kubuka mataku dan langsung bangkit dari posisi tidurku.
“A-apa yang terjadi?”
Pemandangan yang pertama kali kulihat adalah hamparan padang rumput hijau yang luas, tak ada apapun selain rumput dan beberapa pohon yang tumbuh di padang rumput ini. Dimana ini?
Apa yang terjadi padaku? Bukankah bumi sedang di ambang kehancuran? Kenapa aku bisa berada di padang rumput dengan tenang? Kutengok ke atas langit untuk memastikan.
“Meteornya... hilang...” gumamku.
Benarkah ini!? Meteornya hilang!? Aku selamat!? Tapi... kalau meteornya hilang, kenapa aku bisa berada di padang rumput? Bukankah aku tadi berada di universitas bersama Karen? Karen!?
Aku langsung menoleh ke sana kemari untuk mencari dirinya, tapi yang ada di sekitarku hanya rumput yang tingginya sampai ke mata kaki. Kebingungan semakin menerjang kepalaku, disertai kesepian dan angin sepoi-sepoi. Aku mendongak ke langit.
“Sebenarnya... dimana aku?”
***
“Tak ada siapa-siapa di sini... apa yang akan kulakukan?”Aku berbaring di bawah sebuah pohon yang tumbuh di padang rumput ini. Cuacanya sangat panas, mana mungkin aku berjalan di bawah sinar matahari yang terik seperti ini. Kalau kupaksakan, kepalaku akan sakit.
Rasa penasaran dan bingung bercampur di hati serta otakku. Ya tentu saja begitu, aku yang tidak tahu apa-apa ini tiba-tiba telah berada di tempat lain yang sama sekali tak kukenal. Ah... apa yang sebenarnya terjadi padaku?
Jangan katakan bahwa aku bernasib sama seperti para tokoh utama di novel-novel yang sering kubaca di internet! Mana mungkin hal fiksi seperti itu bisa jadi kenyataan! Kalau memang aku seperti tokoh utama di novel-novel yang pernah kubaca, pasti akan ada dewa yang menjelaskan semua kejadian ini!
Aku hanya memandang langit biru luas untuk melepas beban pikiranku ini untuk sementara. Apa ini dunia lain ya? Sepertinya memang begitu, habisnya tak ada satu pun gedung megah yang terlihat dari sini.
Sial, aku harus mencari peradaban dulu untuk saat ini. Tapi ada yang aneh dengan tubuhku, rasanya... bukan seperti diriku sebelumnya, entah apa itu. Aku tak dapat memastikannya.
Kemudian aku bangkit dan mulai berjalan menelusuri padang rumput yang tengah terserang oleh terik matahari.
***
Kenapa...“Kenapa harus hitam!?” teriakku di tengah padang rumput yang panas itu.
Kenapa aku berteriak seperti itu? Itu karena baju yang sedang kupakai ini! Kenapa bajuku berwarna hitam!? Bukankah sebelum aku di pindah ke sini aku memakai seragam kerjaku yang berwarna putih bernuansa merah itu!?
Bukan hanya bajuku yang berubah, celana serta sepatuku juga berubah menjadi warna hitam. Kenapa harus hitam semua!? Aku seperti dewa kematian yang sedang berjalan saja.
Ketika aku melangkahkan satu langkah lagi, tiba-tiba sebuah cahaya putih menerjangku dari depan dan secara refleks aku menutup mataku dengan tangan. Setelah beberapa saat, aku membuka mataku saat sudah terasa aman untuk membuka mata. Dan...
“A-apa ini?” kataku pelan.
Yang kulihat sekarang bukanlah padang rumput tempatku berjalan dari tadi, tapi sebuah... apa ini? Ruangan? Lorong? Entah, aku tidak tahu pasti. Yang pasti, saat ini aku berada di suatu tempat yang warnanya putih semua.
“Oi nak, sebelah sini.”
Eh? Suara? Kenapa ada suara orang di sini? Karena terkejut, aku langsung menoleh ke belakang mencari asal suara itu. Begitu kulihat ke belakang, ada sesosok... makhluk? Apa itu? Bentuknya sih seperti manusia, tapi... tubuhnya berwarna putih dan tak memiliki wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The World's End, But We're Survive in Another World [DROP]
FantasyPada suatu hari, dihari yang lumayan cerah, berita-berita besar bermunculan di TV dan berbagai medsos. Awalnya berita ini hanya di medsos dan hanya dianggap hoax, tapi hari ini terbukti bahwa berita itu adalah benar. Berita itu tentang ramalan kiam...