13. Sambutan di Gerbang Masuk

1.3K 123 54
                                    

   "Tuan, apa anda tidak apa-apa?" tanya Shiro.

   "Ya, aku baik-baik saja, tak usah dipikirkan. Lebih baik tambah saja kecepatannya," jawabku sambil menahan rasa mual di perut.

Saat ini aku tengah berada di atas punggung Shiro yang sedang melaju di udara menuju kota Oxy, tepatnya menuju markas Dayle Halbert. Kota Oxy dan Liara berjarak satu hari jika melewati jalan utama dan memakai kereta kuda. Alasan mengapa Eliza sampai di Liara begitu cepat dari kota Oxy, itu karena ia berjalan melalui hutan sebagai jalan pintas.

   "Rangga, kau tidak apa-apa?" tanya Eliza dari belakang.

   "Jangan ganggu ak—ubh!"

Ketika aku ingin membalas Eliza, tiba-tiba mulutku dipenuhi sesuatu dari dalam sehingga membuat diriku terdiam. Seketika itu juga, aku langsung memuntahkan isi mulutku ke bawah agar merasa sedikit lebih enak. Kelihatannya aku memang mengalami masalah kalau menunggangi Shiro, padahal sebelum dikirim ke dunia ini, aku sama sekali tak merasa pusing waktu menaiki pesawat.

Kalau kalian bertanya, ya, Eliza ikut denganku, sedangkan Fiena tetap tinggal di Eliolas, tokonya. Sebenarnya aku tidak ingin gadis ini ikut, tapi ia sangat keras kepala dan memaksa. Dia mengatakan bahwa ia ingin membunuh Dayle dengan tangannya sendiri. Keras kepala sekali gadis satu ini.

   "Shiro, bisakah kau terbang lebih cepat? Aku benar-benar mual," ucapku menahan rasa mulas yang sedari tadi berputar dalam perutku.

   "Baik, tuan."

Di saat itu juga, Shiro mengepakkan sayapnya dan menambah kecepatan. Aku tahu walaupun sampai di Oxy belum tentu rasa mual ini menghilang begitu saja, tapi lebih cepat lebih baik, paling tidak menurutku.

Dalam waktu kurang lebih 45 menit, akhirnya kami tiba di dekat gerbang masuk Oxy. Mirip seperti Liara, Oxy juga dikelilingi dinding beton yang tingginya sekitar 3 meter dan gerbang masuknya di jaga oleh sepasang penjaga yang memiliki perlengkapan lengkap serta berwajah menakutkan. Aku tidak tahu sebesar apa BP mereka, tapi kelihatannya mereka lebih lemah dariku.

   "Rangga, mereka adalah penjaga dari Dobarth."

Eh? Bandit-bandit keji itu? Kenapa mereka bisa menjadi penjaga pintu masuk?"

   "Apa maksudmu?"

   "Beberapa waktu lalu sebelum aku membalaskan dendam kakakku kepada Dayle, bandit Dobarth melakukan serangan terhadap bangsawan yang berkuasa atas kota ini. Bangsawan itu kalah total dan mayat-mayatnya di gantung di dekat alun-alun."

Di gantung? Sial, otakku secara otomatis membayangkannya. Sepertinya aku harus muntah sekali lagi agar perutku merasa lebih nyaman. Tapi sayangnya, aku tidak bisa melakukan itu sekarang. Mengapa? Kami sedang bersembunyi di balik pohon-pohon hutan di sekitar tembok Oxy. Kalau aku mengeluarkan isi perutku sekarang, kami pasti akan ketahuan dan dibunuh dalam seketika.

   "Ah, aku bosan bersembunyi. Aku keluar saja," kataku sambil berjalan keluar dari hutan menampakkan diri sekaligus menahan mual.

   "E-eh!? Rangga, tu-tunggu!"

Tanpa menggurbis perkataan Eliza yang mengikutiku dari belakang, aku melangkahkan kaki mendekati gerbang masuk Oxy bersama Shiro, dalam wujud naga kecilnya, yang berbaring di atas kepalaku. Tentu saja, melihat diriku dan Eliza yang hendak memasuki Oxy melalui gerbang, kedua penjaga tersebut tersenyum sinis.

Berjarak sekitar 5 meter dari gerbang, kedua penjaga tersebut menghentikan langkahku dan Eliza sambil memasang ekspresi meremehkan.

   "Berhenti di sana, bocah ingusan dan nona manis," ucap salah satunya.

The World's End, But We're Survive in Another World [DROP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang