Baru saja beberapa menit Adel dan Rehan disini, tetapi rasanya seperti sudah berjam-jam lamanya. Ibu risma tega sekali membiarkan anak muridnya terpapar sinar matahari, dengan intensitas tinggi seperti ini.
Bagaimana tidak! Saat ini sudah menunjukkan Pukul 13:12, yang artinya matahari sedang bersemangatnya menyinari bumi, siang ini. Sekolah Rehan dan Adel memang sekolah siang, masuknya jam 12:30 pulangnya jam 17:30. jadi, jangan heran kalau melihat Rehan dan Adel dihukum pada jam pelajaran pertama, tapi waktunya sudah sesiang ini.
"Ini semua gara-gara lo, tau nggak!"
Itu suara Adel, matanya tetap fokus kedepan tak berminat menoleh kearah Rehan. Muka Adel saat ini, benar-benar seperti baju yang belum disetrika berbulan-bulan. Kusut bangeeeettt!
"Lah, kenapa jadi gara-gara gua?" Rehan tak terima. Rehan melirik Adel sekilas sebelum kembali fokus kedepan, entah apa yang sedang dilihatnya.
"Kalau lo nggak ngambil pulpen gue, terus nggak ngasih tau Ibu risma kalau gue nyontek buku si Jono. gue pasti masih dikasih toleransi dan nggak dihukum kayak begini. Apalagi dihukumnya bareng lo lagi, males banget sumpah!" Adel mengerucutkan bibirnya hiperbolis.
"Elo aja yang bego! gua kan, cuma ngambil pulpen lo, bukan buku lo! Lo kan bisa minjem pulpen ke temen sekelas, tanpa perlu repot-repot ngejar gue kayak tadi!" Sengit Rehan kasar, tak terima pada tuduhan Adel yang menyalahkannya sepenuhnya.
Adel tiba-tiba membisu, mencerna ucapan Rehan.
"Lo bego tapi sok pinter! bilang aja lo emang sengaja ngejar gue, lo terpesona kan sama gue." Rehan menoleh mendapati Adel sedang meliriknya sinis. Alisnya dinaikkan berulang kali menyebalkan. kalau saja membunuh orang itu tidak berdosa, mungkin Adel sudah membunuh Rehan detik ini juga!
"Terpesona sama lo? Idih amit-amit" Cemooh adel, sambil pura-pura ingin muntah mendengar ucapan Rehan.
"Amit-amit.. padahal dihati mah imut-imut tuh." Rehan menatap Adel dengan satu alis dinaikkan dan bibir dimiringkan hiperbolis.
"As you wish lah" Adel meniru gaya wajah Rehan yang sedang menatapnya saat ini, satu alis dinaikkan dan bibir dimiringkan licik.
"Lo sendiri kenapa nggak ngumpulin PR? aaaa..gue tau lo nggak bisa jauh-jauh kan dari gue? Jadinya ngikutin gue terus. ngaku aja deh!" Adel langsung mencecarnya lagi, menantang. Menantang adu argument lebih tepatnya.
Rehan tampak berfikir.
"Hah, lo pikir lo siapa? Sampe-sampe gue harus ngikutin lo terus? Itu alasan terbego di imajinasi, yang masuk dalam otak cetek lo! dan gue nggak akan ngelakuin buat hal sebego itu!" Rehan tampak emosi, ketika mengucapkannya. Ada gurat khawatir samar-samar diwajahnya saat ini. Entah, mengkhawatirkan apa.
"Sewot banget lo! biasa aja bisa kali!"
"Siapa yang sewot.."
Hening..
Keduanya pun sama-sama memilih bungkam, larut dan sibuk dengan pikirannya masing-masing."Panas banget gilaaa.." Rehan menarik-narik kerah bajunya kedepan lalu kebelakang dengan gerakan cepat, menghasilkan angin yang berhembus pelan mengenai tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABU-ABU
Подростковая литератураTeenfiction-Romance-Comedy ~~~ Abu-abu itu aku. Abu-abu itu kamu. Abu-abu itu Dia. 'Untuk kisah kita yang abu-abu. Di masa putih abu. Semoga tidak berakhir kelabu.' ~~~ Adelia Naufa Renjani. atau yang sering disapa 'Adel', paling tidak suka jika hid...