Part. 8

15 4 0
                                    

13:45
Waktu sudah menunjukan kalau seharusnya pelajaran di sekolah pancasila ini sudah berlangsung sejak setengah jam yang lalu, akan tetapi sampai saat ini belum ada kemunculan guru yang datang untuk mengajar.

Sama halnya seperti di kelas dua belas TKJ saat ini, tidak ada guru yang datang, malah justru seperti surga dunia yang mereka rasakan saat ini.

Tuk..

Tuk..

Tuk..

Suara sepatu yang menghentak lantai, kian mendekat ke arah kelas, membuat kelas dua belas TKJ segera berhamburan kembali ke tempat duduknya masing-masing. Munculah wali kelas mereka-Ibu Umay dari balik pintu, dengan tas di lengannya.

"Assalamualaikum." Salam Ibu Umay.

"Waalaikumsalam." Jawab mereka semua kompak.

"Selamat siang anak-anak." Senyum Ibu Umay mengembang.

"Selamat siang juga buuuu." Kompak mereka semua lagi.

"Hari ini, ada yang nggak masuk sekolah?" Tanya Ibu Umay, kepada semua muridnya.

"Masuk semua bu." Ucap ketua kelas alias Jono, dengan tangan di angkat untuk menarik mata Ibu Umay agar melihatnya.

"Alhamdulillah." Ucap Ibu Umay bersyukur.

"Anak-anak.. hari ini akan ada rapat sekolah. jadi, semua guru tidak bisa menjalankan proses mengajar saat ini. maka dari itu, hari ini kalian semua belajar dirumah ya." Ucap Ibu Umay langsung menyampaikan intinya masuk ke kelas perwaliannya ini.

"Yeaaayyy!!!" Seru mereka semua serempak lagi.

"Eitss.. Jangan seneng dulu, Ibu akan memberi kalian tugas dirumah. Perkelompok tapi ya.." Ucap Ibu Umay. Memang pelajaran pertama harusnya di isi dengan materi pelajarannya, yaitu pelajaran Seni Budaya dan Kesenian, akan tetapi karena ada rapat untuk membahas agenda kelas dua belas, ia tidak bisa memberikan materi pelajarannya untuk saat ini.

"Yaaahhh.." Mereka semua mendesah kecewa, sementara Ibu Umay terkekeh pelan.

"Ibu yang milihin kelompok? Atau kalian sendiri nih?" Tanya Ibu Umay lagi.

"Kita aja buuu!" Seru murid perempuan lebih mendominasi ingin memilih kelompoknya sendiri.

"Ibu ajaaa!" Sementara murid lelaki lebih mendominasi ingin Ibu Umay saja yang memilihkan, Sebab pasti akan lebih adil.

"Yaudah biar adil yang mau ibu pilihin, angkat tangannya ya!" Seru Ibu Umay.

Tujuh puluh persen mereka semua memilih untuk dipilihkan oleh Ibu Umay saja, sementara tiga puluh persennya ingin memilih sendiri.

"Nah, karena banyak yang maunya dipilihin Ibu. Ibu pilih secara acak ya." Ucap Ibu Umay sambil mengambil Absen kelas untuk melihat nama-nama anak muridnya.

"Yang ibu sebutkan namanya pertama, segera tulis nama-nama teman kelompoknya ya."

"Kelompok pertama Ratulea, Amara, Fathur, Gio, Zakky, Erlin." Ucap Ibu Umay sambil melihat satu persatu anak murid yang disebutkan namanya.

"Kelompok kedua Qiya, Rehan, Windi, Jonathan, Fina, Adel.
" Ucap Ibu Umay lagi.

"Ibu!" Adel mengangkat tangannya.

"Iya Adel?" Tanya Ibu Umay dengan satu alis dinaikkan.

Teman-teman sekelasnya menengok ke arah Adel semua, Membuat Adel seketika merasakan malu.
"Saya nggak mau satu kelompok sama Rehan!"

"Kenapa memangnya?" Tanya Ibu Umay lagi.

"Saya juga nggak mau satu kelompok sama dia, bu!" Ucap Rehan menatap Adel tajam. Membuat Adel menatapnya sinis, lalu membuang muka.

"Sudah diam! Enggak ada penolakan, ya! Adel. Rehan." Ibu Umay menatap bergantia kedua anak muridnya yang memang sering bertengkar ini.

"Tapi bu.." Adel menyatukan alis, dengan wajah sedihnya.

"Enggak ada tapi-tapian Adel." Tekan Ibu Umay membuat Adel pasrah, sementara Rehan acuh saja dengan wajah datarnya.

Setelah itu Ibu Umay melanjutkan lagi pembagian kelompok, yang sempat tertunda tadi.

***

Pembagian kelompok untuk tugas seni rupa anak muridnya sudah selesai, Ibu Umay pun pamit keluar dari kelas untuk menuju ruang rapat sekolah, tidak lama kemudian bel berbunyi 3 kali yang menandakan jam pulang sekolah.

Semua anak kelas 12 Tkj yang sudah siap dengan ransel dipunggungnya segera berhamburan keluar, ada yang langsung pergi keluar dari sekolah, ada yang pergi ke kantin, ada yang pergi ke toilet, dan ada yang pergi ke tempat parkiran untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan teman kelompoknya.

"Sepakat ya ngerjainnya dirumah gue?" Qiya bertanya lagi untuk memastikan. Sebab tadi saat ia mengajukan di kelas, semua teman kelompoknya mengiyakan.

"Dirumah gue aja gimana?" Tanya Adel dengan menatap semua teman kelompoknya bergantian.

"Gue sih setuju aja. yang lain pada setuju nggak nih?" Tanya Qiya karena di kelompok ini ia ketuanya.

"Setuju!" Seru Jono biasa dan seru Fina senang berbarengan.

"Yaudah." Ujar Windi cepat, sambil tetap menatap ponselnya yang menampilkan layar warna orange, dengan tulisan rinci yang rapih dan banyak.

"Kalau lo gimana han?" Tanya Qiya kepada Rehan, dengan kedua alis dinaikkan.

"Terserah." Jawab Rehan dengan muka dipalingkan ke kanan.

"Oke, fix ya dirumah Adel." Tegas Qiya yang tidak akan dapat diganggu gugat lagi.

"Eh jhon, gue sam.." Baru saja Fina ingin mengutarakan keinginannya, tapi sudah dipotong cepat oleh Rehan.

"Lo sama gue fin. Gue nggak mau sama bocah itu!" Ketus Rehan dengan mendelikkan matanya ke Adel, lalu menaiki motor FUnya untuk segera dihidupkan.

"Eh, lagian gue juga nggak mau kali sama lo!" Sinis Adel tangannya dilipat di depan dada, lalu membuang muka.

"Sudah, sudah. Ayo del kamu sama saya." Jhono segera menaiki, memundurkan, kemudian menghidupkan mesin motor vario hitamnya.

"Udah siap semua kan. Yuk, entar keburu sore lagi." Ucap Qiya yang sudah duduk dibelakang jok penumpang motor beat merah, kepunyaanya Windi yang duduk berada di depannya sudah siap untuk mengemudi.

Mereka semua meninggalkan sekolah menyusuri setiap jalan untuk sampai ke rumah Adel. Dengan Jhono, Adel, yang memimpin di depannya, Windi, Qiya, di tengahnya, dan Rehan, Fina, di belakangnya.

***

HalloHai,

Tankyutz💜

DILARANG MENJIPLAK DAN MENCOPAS CERITA INI.

HAK CIPTA TERLINDUNGI Tankyutz©2017

ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang