Part. 7

20 4 0
                                    


Tidak sampai waktu 20 menit, Rehan sudah memberhentikan laju motornya di jalanan depan rumah Adel. Rumah Adel terletak di perumahan bunga di jalan anggrek ungu, sesuai namanya jalan perumahan itu diberi nama bunga. Rumahnya tidak terlalu besar, cenderung sederhana, di depan terdapat halaman yang di tanami pohon belimbing yang kebetulan sedang berbuah, juga ada tanaman bunga mawar merah, bunga melati, dan juga bunga anggrek ungu yang menjadi penghiasnya.

Rehan mematikan mesin motornya, lalu menstandarkan motornya di jalanan depan rumah Adel. Adel yang menyadari kalau ia sudah sampai di depan rumahnya, segera beranjak turun dari motor Rehan.

"Thanks ya, gue masuk dulu." Ucap Adel lalu melenggang pergi begitu saja ke dalam rumahnya, sementara Rehan hanya menganga sambil matanya terus mengekori langkah Adel dari belakang.

"Anjir! lebih parah dari tukang ojek, udah nggak dibayar dicuekin pula." Umpat Rehan kesal.

Mata Rehan melirik Adel yang sedang mengetuk pelan pintu rumahnya juga mengucapkan salam, tidak lama pintu terbuka yang menampakkan Mamanya Adel yang langsung di salami Adel, mereka berdua lalu terlibat pembicaraan singkat. Tiba-tiba Mama Adel menghampiri Rehan yang salah tingkah karena tertangkap basah, masih memperhatikan Adel yang memasuki rumahnya dengan wajah kesal.

"Rehan yang nganterin Adel ya?" Tanya Mama Adel setelah sampai di depan jalanan rumahnya, tempat Rehan masih berada.

"Assalamualaikum tante." Rehan tidak menjawab melainkan langsung turun dari motornya, kemudian menyalami tangan Mama Adel.

"Waalaikumsalam. Maaf ya Rehan, Adel emang suka ngeselin anaknya." Ujar Mama Adel sambil tersenyum, berharap Rehan memaklumi.

"Gak apa-apa tante, kan kita musuh bubuyutan." Cengir Rehan, memperlihatkan deretan giginya.

"Jangan dong mending jadi sahabat karib aja, lebih asyik ya kan?" Tanya Mama Adel, dengan senyum keibuan.

"Sahabat doang nih tante? Hehehe.." Bukannya menjawab Rehan malah balik bertanya, sambil terkekeh pelan.

"Ehhh.. kalau lebih dari sahabat juga tante setuju kok." Ucap Mama Adel, menepuk lengan Rehan pelan.

"Hahaha..tante bisa aja" Rehan tersenyum malu, tapi tak sampai menampilkan semburat merah dipipinya. Jangan sampai, malu-maluin citra lelaki dalam dirinya.

"Eh ya ampun tante hampir lupa nih ngajak Rehan masuk, keasyikan ngobrol jadinya. Masuk dulu yuk?" Tanya Ibu Adel.

"Nggak usah tante, terima kasih. Tapi Rehan mau pulang aja, udah malem soalnya, takut dicariin bunda." Rehan menolaknya dengan senyum di wajahnya, kemudian berangsur menghidupkan mesin motor FUnya.

"Oh gitu ya, yaudah deh gak apa-apa mungkin lain waktu bisa ya." Ucap Ibu Adel sambil tangannya mengelus punggung tangan Rehan, setelah itu melepaskan tangannya.

"Iya tante, Rehan pulang dulu ya." Pamit Rehan sambil tangannya mengambil tangan Ibu Adel untuk disalami.

"Assalamualaikum tante."

"Waalaikumsalam."

***

Adel baru saja merebahkan tubuhnya di atas kasurnya, akan tetapi bunyi nada ponsel yang menandakan ada pesan masuk, membuatnya mendudukkan dirinya, kemudian mengambil ponselnya yang tadi dia taruh di atas meja dekat dengan kasurnya.

Serafina Yola Tarisa

Del

Adelia

Naufa

Renjani

Nyeeetttt

Adelia Naufa Renjani

ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang