Part. 10

37 2 0
                                    

Adel menatap ke empat temannya, yang sibuk masing-masing dengan ponsel pintarnya, kakinya terus melangkah hingga sampai dikarpet tempat mereka berempat ( Fina, Jhono, Qiya, Windi ) duduki saat ini, tangannya menaruh nampan berisi gelas kaca di tengah karpetnya.

Tidak lama kemudian, Rehan juga ikut menaruh teko besar kaca dekat dengan nampan gelas kacanya. Tangannya mengambil gelas kaca yang pertama kali, lalu menuangkan air sirupnya yang pertama kali juga, setelah itu meminumnya setengah.

"Akhirnya minumannya dateng juga, huaaah haus banget gue. lama banget deh bikinnya." Qiya yang memang sudah sangat kehausan segera mengambil gelas kaca, lalu menuangkan air sirup rasa jeruk kedalam gelasnya. Windi yang tersadar pun, segera melakukan hal yang sama karena ia juga kehausan sedari tadi.

"Sorry ya nunggu lama, tadi nyari sirupnya dulu." Ucap Adel tersenyum meringis. Tangannya juga mulai mengambil gelas kaca, menuangkan air sirup jeruk kedalam gelasnya, lalu meminum airnya pelan.

"Nggak apa-apa kok." Jawab Windi santai, yang langsung diangguki Qiya.

"Bismillah." Ucap Jhono, sebelum meminum air digelasnya.

"Loh gelas buat gue mana? tega deh masa keberadaan gue nggak dianggap ada gini." Tanya Fina menatap Adel sedih.

"Kok bisa kurang sih, tadi kan udah gue hitung pas ada enam." Ucap Adel kebingungan, tadi ia memang sudah benar-benar menghitung gelasnya ada enam kok.

"Nggak usah debat, bentar gue ambilin." Ucap Rehan yang melihat perdebatan itu, kakinya melangkah cepat ke arah dapur untuk mengambil gelas kaca satu lagi.

"Lo salah ngitung kali Del?" Tanya Fina lagi.

"Enggak lah fin, seorang Adel nggak mungkin salah hitung." Adel menggelengkan kepalanya, merasa yakin hitungannya selalu pas.

"Nih gelasnya, tadi ketinggalan di atas meja." Rehan memberikan gelas kaca yang didapatnya tertinggal diatas meja makan kayu didapur tadi, kepada Fina yang langsung mengambilnya.

"Makasih ya han, baik deh lo repot-repot mau ngambilin." Ucap Fina tersenyum menatap Rehan yang kembali duduk di dekat Jhono, tangannya mulai menuangkan air sirup ke gelas kacanya, lalu segera meminum airnya.

"Selaw aja." Jawab Rehan singkat, yang tidak luput dari pendengaran Adel.

"Saya udah nemu nih." Kata Jhono tiba-tiba kepada semua teman kelompoknya.

"Mana jhon, sini gue lihat." Rehan yang berada didekat Jhono pun, segera melihat.

"Okelah simple tapi tetap artistik." Ucap Rehan setelah melihat gambar contok untuk tugas kerja kelompoknya saat ini.

"Mana sini gue lihat." Fina meminta ponsel pintarnya Jhono, untuk melihatnya juga, yang langsung diberikan sang empunya--Jhono.

"Iya betul ini aja." Ucap Fina menganggukan kepala setelah melihat gambarnya,

"Gue sih oke, kalau kalian oke. Ya nggak win?" Ucap Qiya yang belum melihat tapi tetap menyutujuinya, tangannya menyikut lengan Windi yang direspon Windi dengan anggukan.

"Yaudah." Ucap Adel singkat yang menyetujui terakhir, setelah melihat gambarnya dari ponsel pintarnya Jhono yang diberikan Fina disampingnya.

"Ini bahan-bahan yang perlu dibeli, kita patungan 10.000 ribu perorang ya." Ucap Adel setelah membaca rincian bahan-bahannya.

Windi, Fina, Jhono, Qiya, dan Rehan bersama-sama mengeluarkan selembar mata uang yang berbeda-beda, setelah itu memberikannya kepada Adel

"Yang beli bahannya Rehan atau Jhono aja ya, gue mager bawa motor." Ucap Windi menatap teman-teman kelompoknya sekilas, lalu kembali fokus ke ponsel pintarnya yang lagi-lagi menampilkan layar orange, dengan menampilkan jejeran kata yang banyak dan rapi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang