Chapter 3

7 0 0
                                    

Mia.

"good job Jan, ini yang aku butuhkan. Rapih dan tak seperti buatanku yang memakan waktu lama dengan hasil yang aku sendiri jijik melihatnya" kata ku melihat hasil kerja Jani, laporan keuangan bulan lalu yang tidak berhasil aku kerjakan, aku memasang senyum bangga padanya, tidak salah aku menempatkannya disini.

Jani tersenyum, namun bukan senyuman caramel latte-nya lagi. Sepertinya ia masih menyimpan kesal pada Adit. Tapi apa sebegitu kesalnya gadis ini pada Adit? Apa bila yang mengatakan hal itu adalah Zaf atau Miko yang mengatakannya, Jani akan marah seperti ini juga? Walaupun sepertinya mereka tidak mungkin berkata sekasar Adit.

Jani kembali ke ruangannya setelah aku beri tugas selanjutnya.

"Dit, aku mau ke toko buku sebentar ya, ada yang aku cari. Engga lama kok. Sebelum toko tutup aku akan sampai" Aku berpamitan, ada sesuatu yang ingin aku cari.

Adit hanya mengangguk, ia sedang fokus pada cupcake di hadapnnya, jarak dari matanya ke cupcake itu tidak sampai satu jengkal. Entah itu teliti atau lebay, ya terserah dia lah. Yang aku tahu, kue buatan Adit membuat cafeku dikunjungi banyak remaja labil yang katanya nge-fans sama kokiku itu.

Aku keluar dari pintu café dan –

"oops" seseorang menabrakku.

Tasku jatuh.

"Mia" Pria itu Alvin, dengan sigap ia mengambil tasku dan menyerahkannya.

Aku tersenyum "terima kasih" kataku menerimat tas dari tangannya dan kembali menyandangnya di bahu sebelah kiriku.

"mau ke mana?" Tanya Alvin.

"mau ke toko buku" jawab ku singkat.

"mau di antar?" Alvin mengangkat alisnya lagi. Ya tuhan, aku gemas sekali dengan pria ini.

"em... boleh" Aku mengangguk. Lumayan. Aku malas menyetir siang ini.

Aku jarang sekali berkunjung ke toko buku. Rasanya sedikit asing dan pasti aku akan sulit menemukan apa yang aku cari di tempat ini.

"buku apa Mia?" Tanya Alvin yang dari tadi mengekoriku.

Aku sedang memilih-milih buku resep kue. Sebentar lagi ulang tahun Adit, aku berencana membelikannya buku resep, dia tidak pernah bahagia diberi hadiah selain buku resep atau alat-alat memasak.

"resep kue-kue Itali Vin" jawabku tanpa memalingkanwajahku dari rak buku dan meneliti satu persatu buku disana.

Alvin tak bersuara lagi. Sepertinya dia sudah sibuk dengan sesuatu yang aku tidak ingin tahu.

"Ini Mi" Alvin menyodorkan sebuah buku.

"binggo" kataku lalu mengambil buku itu dari tangan Alvin "Untuk bantuanmu ini, aku traktir kamu makan ya, di mall ini ada resto bakso yang enak" kataku sambil terus menatap buku itu. Adit pasi suka.

Alvin diam dam terus mengikutiku dibelakang, langkah kakinya jelas.

"Mia, aku punya kenalan. Dia buka café di daerah kemang. Usaha keluarga, cafenya sudah berdiri kurang lebih sepuluh tahun" kata Alvin setelah pesanan kami datang. Dua mangkuk bakso dengan punya Alvin yang special dan aku yang standard, perutku tidak muat banyak.

Aku tersenyum kaget "sepuluh tahun?" kataku.

Alvin mengangguk "nanti aku ajak kesana ya" kata Alvin.

Aku mengangguk, banyak bisa aku pelajari pasti, sepuluh tahun dan tetap bertahan itu adalah luar biasa.

--

MisdirectLoveWhere stories live. Discover now