Chapter 8

2 0 0
                                    


Mia.

Mereka semua ada di sini. Hampir setiap hari aku bersama Zaf, Miko, Jani dan Adit. Selama aku terbaring. Baru hari ini mereka menengok keadaanku. Yap. Ini hari senin dan café pasti tutup. Mereka masih menyumbangkan waktu istirahat yang berharga untuk menengok keadaanku. Itu sudah cukup.

Adit, sebenarnya hanya ia yang aku tunggu setiap aku melihat jam tutup toko, aku berharap dia sekedar mampir untuk melihat keadaanku.

Kedatangannya hari inipun tidak banyak bicara. Ia lebih banyak diam dan menebar senyum, entah kenapa dia jadi begitu dingin bahkan denganku. aku anggap masalahku yang kemarin dengannya sudah berakhir. Tapi sepertinya ada yang ia sembunyikan.

"thank's a lot ya" kataku setelah crew ChoCoffee café berpamitan, aku mencium pipi Jani, langsung tercium aroma manis yang segar buah ceri, aku mengenal aroma ini, Miss Dior Cherie, mamah pernah membelikannya dulu untukku namun tak terpakai, aku masih menyukai Vanilla.

"cepet sembuh mba, ChoCoffee kangen sama mba" kata Jani dengan senyumnya.

"bu Bos, jangan lama-lama lah di sini. Harus ada yang ngajarin Adit apa arti seni acak-acak dapur" kali ini Zaf berhasil membuatku terkekeh. Aku tahu sekali dia dan Adit selalu beradu mulut. Dan satu-satunya yang bisa melerai mereka adalah aku. Miko pasti lebih memilih keluar dari dapur.

Aku melirik Adit, ia hanya tersenyum menanggapi ocehan Zaf, ada apa dengan anak ini. Sepertinya aku melakukan kesalahan lagi.

Mereka kini sudah melewati pintu kamar satu persatu, dan Adit ikut bersama mereka.

"Adit, kamu engga mau nemenin aku di sini?" teriakku. Adit menghentikan langkahnya di depan pintu. Wajahnya sama sekali tidak menoleh padaku.

"Ada Alvin kan? Dia Cuma ke bawah sebentar" masih tanpa memalingkan wajahnya padaku, ia kembali melanjutkan langkahnya keluar dari pintu.

Rasanya ada yang teriris, katakatanya begitu ketus. Aku tidak pernah melihat Adit yang seperti ini. Alvin kah penyebabnya?

"Mia? Teman-teman kamu ke mana?" Alvin muncul dan menghancurkan semua kata yang ada di otakku.

"udah pulang" sahutku singkat. Aku masih berusaha memikirkan Adit. Tidak mungkin kan dia cemburu pada Alvin? Bukankah dia yang selalu sibuk menjodohkan ku sana-sini demi aku melupakan Aldo?

Ya, sepertinya lebih dari sepuluh kali dia berusaha mendekatkanku dengan temannya, tidak semarangan juga. Dia mengenalkanku dengan teman semasa kuliahnya yang sudah sukses. Dari pengusaha sampai PNS. Ah. Dan sekarang dia cemburu setelah aku hampir bisa melupakan Aldo?

"teman kamu yang namanya Adit itu juga pulang?" Alvin meletakkan pelastik berisi beberapa makanan di meja.

Aku diam. Jelas sekali ia tahu Adit tak ada di sini. Untuk apa dia mempertanyakannya?

--

Adit.

Mia memintaku tetap bersamanya? Maksudnya melihat mereka berdua dan berharap aku merestui mereka?

Aku benci merasa seperti ini. Rasanya lebih baik aku tidak berteman dengan Mia daripada punya rasa seperti ini. Rasanya otakku tidak berfungsi dengan baik. Ada yang menyumbatnya disana. Dan mataku, setiap malam aku berusaha memejamkannya lebih cepat sampai ia kelelahan sendiri menjelang pukul lima.

"Mas. Aku boleh nanya?" jani mengagetkanku. Aku menengok ke arahnya. Aku hampir lupa aku bersama seseorang didalam mobil ini.

Aku mengangguk. Aku harap pertanyaan anak ini tidak adaa hubungannya dengan Mia.

MisdirectLoveWhere stories live. Discover now