"Lo udah makan?" tanya Elang.
"Udah." jawabnya.
"Oke," kata Elang lagi. "Lo bisa kerjain pr mtk gue ga? Gue gabisa."
"Engga." Lagi-lagi ia hanya menjawab seperti itu.
"Oh yaudah," Elang diam. Ia bingung harus berbicara apalagi, bahkan yang diajak bicara pun seperti tidak niat untuk menjawab.
"Kalau aja Tuhan bikin gue dingin, terus lo pendiem. Apa percakapan kita cuman oke, oh, yaudah?" kata Elang dengan meminum sedikit jus buahnya.
"Mungkin," jawabnya. "Tuh kan."
"Gue jadi pengen throwback gimana gue dulu pdkt sama lo," kata Elang dengan memiringkan kepalanya dan melihat keatas. Mikir.
"Lo ga minum jus nya?"
Ia langsung meminum jus jambunya hingga setengah. Tatapannya masih sama. Datar. Membuat Elang ingin mematahkan lehernya, jika ia masih tidak membalas pertanyaannya.
"Kamu diem dulu sebentar bisa ga Lang?" Akhirnya ia bicara. Pikir Elang.
"Bisa sih, tapi kalau gue udah diem lo ngomong ya," kata Elang senang. "lo ngomong ntar giliran gue yang diem."
"Lang," Panggilnya dengan wajah yang mulai penuh dengan keringat namun tetap datar.
"Iya, lo gausah keringet dingin gitu kalau ngomong sama gue. Gue tau, gue ganteng kan?"
Hening. Ia belum mulai bicara lagi.
"Aku lagi kebelet," katanya. Mungkin itu sebabnya ia tidak mau berbicara panjang lebar, takut keluar. Pikir Elang.
___________________________________
Yup!
Teenfic pertama
Sebenernya gabisa bikin cerita teenfic. Tapi karena dapet tantangan, jadi lakuin aja.
Saran & kritik dibutuhin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG
Teen FictionMungkin menjadi pria dingin adalah keinginan Elang. Tapi apa daya, Elang hanyalah anak nakal yang jauh dari kata sempurna. Elang ingin menjadi dingin hanya karena mencari pengalaman. Elang bukan anak broken home ataupun punya masa lalu yang kelam. ...