"Sebentar lagi juga dia dateng," kataku sembari mengeluarkan buku pelajaran saat ini. Sheela sedari tadi terus saja mengoceh disampingku, ia begitu penasaran bagaimana Elang saat kemarin."Tuh kan, dateng. Aku bilang juga apa, pasti dateng." Sheela hanya senyum-senyum tidak jelas. Elang memasuki kelas saat bel berbunyi sepuluh menit yang lalu. Sudah tidak aneh.
Ia langsung berjalan kearahku. Agar ku tebak, sebentar lagi pasti dia akan mengusir Sheela.
"Minggir lo cabe!" kata Elang dengan melempar tas nya ke meja Sheela. Kan, tebakkanku pasti benar. Sheela langsung menatap Elang sebal. Walaupun begitu, Sheela tetap pergi dan duduk di samping Azam.
"Hai!" sapanya saat duduk disebelahku.
"Hai!" sapaku balik. Ia terlihat lebih ceria hari ini. "Udah gak ngambek lagi, 'kan?"
"Enggak," katanya dengan tersenyum.
"Lo tau gak? Gue punya kucing baru," kata Elang dengan menunjukan foto kucingnya kepadaku. Eh, mengapa dengan tangan Elang? Telapak tangan dan jari-jari nya di perban.
"Tangan kamu kenapa?" tanyaku. Dia malah menyembunyikan tangannya dibelakang tubuhnya. Pasti terjadi sesuatu.
"Lo suka kucing gak?" Pasti Elang berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Kenapa?"
"Kalau lo suka, ntar gue bawa kesekolah."
Bodoh. Apa apaan dia ini?
"Gak, aku gak suka. Dia suka nyakar," kataku. Kulihat Elang memasukkan kembali handphonenya kedalam saku.
"Lo suka hamster?"
"Suka. Lucu soalnya."
"Suka hamster atau elang?" tanya Elang. Agar ku tebak, pasti dia akan menggombal.
Belum sempat Elang melanjutkan perkataannya, guru sudah masuk dan siap untuk mengajar.
Baru setengah jam pelajaran berlangsung Elang sudah tidak kuat berada di kelas. Ia izin keluar bersama Azam. Mungkin saja tidak kembali sampai istirahat. Sheela yang melihat Elang dan Azam keluar, ia langsung berjalan menuju kearahku dengan membawa buku.
"Buruan, lo ceritain ke gue. Sebelum Elang dateng," kata Sheela saat duduk disampingku.
"Jangan yang kemarin, ya?"
"Yaudah terserah lo. Cepet!" serunya. Sepertinya Sheela benar-benar penasaran.
"Lo suka sama Elang ya?" Ia langsung melotot kearahku saat aku bertanya seperti itu.
"Gak! Buruan."
"Yaudah, yaudah. Gue ceritain nya yang pendek aja ya. Ini cerita yang paling gue inget detailnya. Waktu itu malem-malem ..."
***
Aku berjalan menuju gerbang depan komplek perumahan untuk mencari tukang nasi goreng langganan. Jam masih menunjukkan pukul setengah satu malam.
Malam ini sangat sunyi, atau karena sudah malam?
Saat sampai di tukang nasi goreng, aku seperti kenal dengan seorang pemuda yang sedang menunduk memainkan handphone. Ya, itu seperti Elang. Pria yang berusaha mendekatiku akhir-akhir ini.
Ia menoleh saat aku memesan satu nasi goreng. "Hei cantik! Kok belum bobo?" tanyanya genit.
Yang aku pikirkan adalah sedang apa dia disini?
Ia mendekat ke arahku seraya memasukan handphonenya ke dalam saku. "Lo ngapain disini? Cewek gak baik keluar malem-malem, kecuali, yang emang kerjanya malem." Aku menghiraukan perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG
Teen FictionMungkin menjadi pria dingin adalah keinginan Elang. Tapi apa daya, Elang hanyalah anak nakal yang jauh dari kata sempurna. Elang ingin menjadi dingin hanya karena mencari pengalaman. Elang bukan anak broken home ataupun punya masa lalu yang kelam. ...