"Dari mana?" tanya Bintang. Elang duduk di sebelahnya, setelah ia mengusir Sheela. Dan didepan, Pak Bowo masih saja mengoceh tentang Elang, itu bukan masalah bagi Elang."BK," kata Elang. Ia masih memikirkan bagaimana ia membujuk Bintang agar mau membawanya ke salon yang kemarin.
"Bin, mau bawa gue ke salon kemarin gak?"
"Ngapain?" tanya Bintang. Elang sesekali melihat ke arah pak Bowo. Elang menatap Bintang dengan senyuman. "Mau cat alis sama bulu ketek, biar senada."
"Alay!"
"Yaelah," jawab Elang dengan lesu.
Bintang kembali fokus melihat kearah papan tulis, membiarkan Elang yang tetap membujuknya. Percuma saja. Elang langsung cemberut dan mengoceh tidak jelas.
"Ngambek mulu, jelek."
"Bodo," kata Elang dengan langsung menutupi wajahnya dengan tas.
Bintang tidak terlalu peduli dengan kekasihnya, karena sudah sangat sering Elang seperti ini. Membuat Elang kembali cukup dengan memberinya permen karet, itu sudah sangat cukup, apalagi jika ditambah dengan bola.
Kekanakan.
"Nih aku punya permen karet, mau ga?" Elang tetap diam. "Yaudah, aku makan ya."
Elang langsung menegapkan badannya dan mengambil permen karet yang ada di tangan Bintang.
***
Setelah bel pulang berbunyi, Elang langsung menggandeng tangan Bintang pergi menjauh dari sekolah menggunakan motornya. Entah kemana Bintang akan dibawa oleh Elang.
"Ngapain sih kesini?" tanya Bintang dengan melipat tangannya di dada. Saat ia tau jika ia dibawa ke tempat balap tamia kesukaan Elang.
"Ssstt," jawab Elang. "Gausah kepo."
"Dasar gajelas!" gerutu Bintang. Ia terus berfikir mengapa ia dibawa ke tempat seperti ini.
"Gue mau kasih kejutan," kata Elang dengan meninggalkan Bintang. Bintang sangat keheranan, mengapa di tempat seperti ini lebih dominan remaja pria daripada anak-anak kecil.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Elang kembali. Ekspresi Elang yang berbeda membuat Bintang semakin keheranan. Apalagi tangannya yang berada dibelakang, seakan sedang membawa sesuatu. Tapi Bintang tidak yakin kalau yang Elang bawa adalah setangkai bunga.
"Gue mau ngasih lo puisi, gue harap lo suka." Elang tampak seperti gugup. "Judulnya Bintang," lanjutnya.
"Bintang kecil,
Di langit yang biru,
Amat banyak, menghias angkasa
Aku ingin,
Terbang dan menari
Jauh tinggi, ketempat kau berada"
"Sudah kuduga," ucap salah satu pria dibelakang Bintang. Sudah bisa dipastikan kalau dia adalah teman Elang. Bintang menatap Elang datar. Setelah selesai membacakan puisi yang berasal dari lagu, Elang mendekat kearah Bintang dan memberikan sebungkus permen karet kesukaannya.
"Gue sebenernya gak mau ngasih ini ke, lo. Padahal ini stok gue yang terakhir, tapi kalau buat lo mah gak apa-apa." Bintang menerima sebungkus permen karet yang diberikan oleh Elang. Kini mereka berdua sudah menjadi sorotan utama bagi orang-orang yang berada disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG
Teen FictionMungkin menjadi pria dingin adalah keinginan Elang. Tapi apa daya, Elang hanyalah anak nakal yang jauh dari kata sempurna. Elang ingin menjadi dingin hanya karena mencari pengalaman. Elang bukan anak broken home ataupun punya masa lalu yang kelam. ...