"Bintang kecil," Elang mulai sedikit bernyanyi saat memasuki kawasan sekolah. "otokowok."Elang memarkirkan motornya dipaling pojok parkiran, karena sekitar dua menit lagi bel masuk akan berbunyi. Di belakang sudah ada Sheela, "Tumben udah berangkat? Lo di tunggu di ruang BK tuh, sama Azam."
Elang yang sudah biasa seperti ini, ia langsung berjalan kearah ruang BK. Saat ia masuk keruangan itu, Azam sudah berada di dalamnya.
"Permisi," kata Elang saat baru memasuki ruang BK. "Oy Lang!" seru Azam saat tahu kalau Elang yang datang.
Elang langsung duduk di kursi samping Azam dan berhadapan dengan Dasbot---Dasrul Botak---sebutan biasa Elang dan Azam. Elang tahu kenapa ia dipanggil kesini, karena ia dan Azam kemarin membolos pelajaran lagi. Parahnya, mengajak Bintang.
"Elang, tumben udah berangkat?" tanya Pak Dasrul memulai percakapan. "Kalau di ruangan buka topinya."
"Berangkat cepet salah, terlambat salah," bisik Elang. "Maunya apa sih?" kata kata itu kembali Elang telan, ia tak mau kembali diskors. Ia tak bisa bayangkan bagaimana ibunya nanti memarahi dirinya apalagi kalau tidak bertemu dengan Bintang.
"Kemarin kalian kemana? Kalau mau bolos itu kalian saja, jangan ngajak Bintang." Elang menatapnya dengan malas, apalagi Azam. "Bintang itu anak baik, jangan bikin dia jadi nakal. Ya, Elang? Dengar tidak?"
"Iya pak, denger," saya punya kuping.
"Azam juga, Elang kemarin sudah janji sama bapak ga bakal bolos lagi. Tapi kamu ajak, ya dia bolos lagi." Azam menatapnya semakin malas. Ingin rasanya Azam menyiram dengan air cabai.
"Maaf," kata Azam. Dengan terpaksa ia mengatakan ini pada Pak Dasrul.
"Elang dengar ga tadi bapak bilang apa? Kalau di ruangan topinya di buka," katanya. Elang dengan enggan membuka topinya. "sekarang saja pakai topi, kalau upacara gak pernah pakai topi."
"Eh! Gua buka topi ga nih? Kalau gua buka nanti kaya dia lagi, botak." tanya Elang dengan berbisik ke Azam. "Gue gatau kalau itu."
Elang akhirnya pasrah dan berniat untuk membuka topi, tapi sebelum ia membuka topi, ia mempunyai alasan untuk keluar dari sini. "Oh iya pak! Kelas kita ada ulangan fisika sekarang, masa kita ga ikut?"
"Iya pak. Ga kasian sama kita pak?" Bujuk Azam kepada Pak Dasrul.
"Yaudah, sana. Tapi inget, jangan ulangin lagi. Apalagi kalian ajak ajak Raib," katanya. Dengan selalu membanggakan Raib---anak teladan se sekolah---. Tapi Elang sedikit heran, mengapa Pak Dasrul membebaskan mereka berdua semudah itu. Apalagi, Pak Dasrul tidak memberi hukuman.
"Yaudah, makasih pak."
Setelah keluar dari ruangan BK mereka langsung menuju kantin, untuk alasan tadi, Elang hanya mengarang. "Heh! Kok lo ga bikin ulah sih?" tanya Azam.
"Tenang, Zam. Sebelum gue sama Bintang kemarin keluar, gue kesitu dulu, buat acak-acak buku catatan anak anak berprestasi di BK."
"Itu mah ga seberapa Lang, biasanya lo cerdas kalau masalah Dasbot. Lo lagi kenapa?" tanya Azam. Mungkin ia heran kenapa Elang tidak berulah seperti biasanya.
"Tapi seenggaknya kita gaakan di skors kalau sekali lagi bolos, Zam."
"Serah dah," kata Azam mengakhiri perdebatan ini. "Coba gua pengen liat gimana rambut baru lo?"
Elang langsung membuka topinya, dan terlihat warna biru langit di rambutnya. Kemarin ia merengek kepada Bintang untuk mengantarnya ke salon untuk mengecat rambutnya. Warna rambutnya terlihat cocok - cocok saja bagi Elang, karena ia sedikit kebulean. Elang bukan blasteran, tapi gen dari buyutnya menurun kepada Elang. Itulah sebabnya mengapa wajahnya sedikit kebulean.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG
Teen FictionMungkin menjadi pria dingin adalah keinginan Elang. Tapi apa daya, Elang hanyalah anak nakal yang jauh dari kata sempurna. Elang ingin menjadi dingin hanya karena mencari pengalaman. Elang bukan anak broken home ataupun punya masa lalu yang kelam. ...