01

338 39 14
                                    

Jam pelajaran matematika sedang dimulai dari beberapa menit yang lalu. Hal itu membuat Elang sedikit jengah, ia benar-benar tak suka dengan pelajaran ini. Ia memutuskan untuk menutup bukunya dan berdiri. Ia izin pergi ke wc bersama Azam, sahabatnya.

Saat ini ia berjalan menuju kantin bersama Azam. Bisa dibilang Elang adalah anak nakal, ia mempunyai beberapa prestasi di BK. Bukan beberapa, tapi banyak. Karena kejahilannya yang berlebih dan membolos pelajaran. Tapi, Elang punya sedikit cita-cita yang mulia yaitu menjadi pria dingin.

Entah kenapa Elang selalu berkhayal ia menjadi pria dingin, ia penasaran bagaimana jika dirinya menjadi dingin. Seseorang yang selalu membuat onar tiba-tiba menjadi dingin dan irit omong seperti kekasihnya, Bintang. Menurut Elang, Bintang itu berbeda. Ia tidak akan menjadi pendiam jika bersama Elang, tapi jika banyak orang ia akan banyak diam.

"Males gue sama mtk, gurunya apalagi," gerutu Elang. Ia memesan makanan dan duduk disebelah Azam.

"Apalagi gua. Pengen gua gorok itu guru, anjeng." Azam mengambil air mineral didepannya dan meminumnya.

"Sabar Zam, sabar. Kalau negara ini gak ada hukum, itu guru juga udah gue bunuh dari dulu," kata Elang. Ia mengambil handphone di sakunya lalu memainkannya.

"Ngomong ngomong nih ya, hubungan lo sama Bintang kok aneh, Lang. Gue liat lo jarang ngobrol," kata Azam.

"Biasa aja."

"Menurut gue sih aneh Lang. Yang lain juga banyak yang bilang aneh," kata Azam. Pesanan makanan mereka sudah diantar, Elang memasukan kembali handphonenya dan memutuskan untuk makan.

"Iya."

"Mulai, kan. Lo itu udah di takdirin ga jadi dingin Lang, jadi pasrah aja," kata Azam.

"Hmm," jawab Elang tidak peduli. Ia lebih fokus terhadap makanannya.

***

Setelah bel istirahat berbunyi Elang memilih tetap di kelas bersama Bintang. Ia menyuruh Bintang untuk mengerjakan tugas matematikanya, sebenarnya Elang bisa mengerjakan itu, tapi ia terlalu malas untuk mengerjakan.

"Lo mau gue beliin makanan?" tanya Elang. Tangannya yang tidak mau diam membuat risih Bintang. Elang membuka buka tempat pensil Bintang dan memainkan isinya, mencoret-coret buku Bintang, dan sesekali memukul mukul meja dengan menyanyi.

"Tangannya diem Lang," kata Bintang akhirnya setelah ia jengah dengan Elang. "kamu beliin aku makanan, terserah apa aja. Balik kesininya yang lama ya."

Elang menatap Bintang dengan malas, biasanya ia yang bersikap seperti ini. Tapi, kali ini ia yang merasakan. Ia berjalan kearah kantin, ia bingung ingin membeli apa.

Setelah kembali ke kelas dengan jalan yang sengaja ia perlambat, ia kembali duduk di sebelah Bintang. Ia memutuskan untuk membelikan Bintang sebotol air mineral dan dua bungkus permen yupi.

"Kok belinya ini?" tanya Bintang dengan tertawa kecil.

"Gue bingung mau beli apa, kantin rame," jawab Elang. Ia membuka botol air mineral itu dan meminumnya sedikit. "Gue minta dikit, ya."

"Permennya untuk siapa?" kata Bintang dengan tetap fokus menyalin ulang tugasnya.

"Buat gue lah, yang beli gue." Elang langsung membuka bungkus itu lalu memakannya.

Bintang langsung mencubit pipi Elang dengan gemas. Elang langsung menatapnya sengit, "Sakit! Jangan cubit, elus aja."

Bintang tak menghiraukan perkataan Elang. Ia kembali fokus menyalin tugas. "Oh!"

"Ini yupi kalah enak sama tini wini biti, isinya cuma lima lagi," kata Elang saat yupi berbentuk bintangnya habis.

Bintang meminum air mineral yang diberikan oleh Elang, tanpa menghiraukan perkataan Elang.

"Lo pasti kebelet lagi ya? Diem mulu," kata Elang.

"Berisik." Bintang memberikan buku Elang yang sudah selesai ia kerjakan. "Dah sana ketempat sendiri," kata Bintang dengan mendorong bahu Elang.

"Selow elah," kata Elang. Ia beranjak lalu duduk di tempatnya.

Tak lama sesudahnya bel masuk berbunyi. Elang kembali tak mengikuti pelajaran, ia memilih untuk tidur dibelakang Firza. Temannya yang berbadan besar. Azam entah kemana, ia belum kembali dari istirahat.

"Kalau tidur mukanya kalem ya, Bin?" tanya Sheela dengan memandangi Elang yang sedang tidur. "Kalau bangun pengen gue gigit."

Bintang hanya tersenyum tipis, lalu ia melihat kearah Elang. Benar kata temannya, Sheela, Elang terlihat lebih kalem saat tidur. "Lo bisa jadian sama Elang gimana? Elang jarang keliatan deketin cewek, selama gue se SMP bareng sama dia. Setau gue dia belum pernah pacaran."

"Ga inget," kata Bintang dengan tersenyum. "mungkin Elang inget."

"Nih gue mau ceritain gimana Elang waktu di SMP dulu," kata Sheela. Bintang mulai tertarik untuk mendengarkan cerita Sheela.

"Dulu nih, Elang orang nya aneh, idiot, lengkap. Sekarang juga masih. Gue dulu sempet suka sama dia," kata Sheela. Bintang terus menyimak cerita dari Sheela. "tapi sekarang engga."

"Kok bisa suka?" tanya Bintang tetapi mata Bintang belum lepas dari Elang yang sedang tidur.

"Ya karena dia itu orangnya seru, ganteng. Dan, dia ga suka ngerokok, ngerokok sih pernah tapi ga sering." Bintang sadar kalau bibir Elang berwarna merah muda. "Dan, dia itu suka superhero."

"Waktu temen gue coba pdkt sama Elang, dia ngasih syarat kalau mau jadi pacarnya harus beliin dia pakaian superhero, lengkap. Bukan sekedar pakaian gitu, tapi harus bener bener nyata," kata Sheela.

"Emang." Bintang meminum sedikit air mineralnya yang tadi diberi oleh Elang.

"Ke lo juga?"

"Engga."

Sheela membuang napas lega, "Yang paling gue gak nyangka adalah, dia takut balon." Tawa Bintang pecah saat tau kalau kekasihnya---Elang---takut dengan balon. Akhirnya terkuak juga kenapa saat ulang tahun Bintang, Elang tidak membawa balon sedangkan yang lain membawa.

"Waktu itu, kelas kita mau ngerayain ulang tahun wali kelas. Nah dia dikerjain sama temennya, habis itu langsung masuk uks."

Bintang tercengang, Elang yang menurutnya sangat pemberani dan nakal malah takut dengan balon. Bintang langsung tertawa.

"Heh! Ngomong apa lo barusan?" Bintang dan Sheela kaget ternyata Elang sudah ada di belakang mereka. Elang menatap Sheela dengan mata merahnya karena bangun tidur.

"Kamu takut balon?" tanya Bintang dengan menahan ketawa. Makin cantik, pikir Elang.

"Ha? Engga, kata siapa?" Elang melotot kearah Sheela. Sheela hanya membalas dengan cengiran. "Jangan suka dengerin bullshit dari orang orang, apalagi yang modelnya begini."

Bintang sedikit tertawa lalu memukul bahu Elang, sedangkan Sheela menatapnya tajam. "Berisik lo!"

"Yang berisik itu Lo! Ya ga yang?" kata Elang. Wajahnya langsung berubah, ia langsung terlihat seperti dibuat buat.

"Mukanya biasa aja!" kata Sheela. Langsung dibalas dengan ejekan oleh Elang.

"Tumben bilang yang, mau apa?"

___________________________________

Yup!

Kritik & Saran!

Elang : Boy
Bintang : Girl

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang