dylm ; part delapanbelas

2.3K 221 12
                                    

Kala pagi menyapa cahaya hangat mentari pun ikut bersinar

Dimana semerbak harum bunga yang bercampur,  membawa mu pada sebuah kedamaian

.

.

.

.

.

.

.

Pagi yang hangat menyapa indah nya kota seoul hari ini, seokjin sudah terbangun beberapa jam yang lalu dan memilih untuk segera membersihkan tubuhnya

Setelahnya ia mengenakan baju berwarna pink dan jeans putih pendek selutut, sedikit menyelipkan rambut dibelakang telinga nya dan sedikit merapikan poni tipis yang menutupi dahinya.

"Terkadang aku bingung pada wajah ku. Dulu eomma bilang bahwa aku tampan tapi kenapa orang lain bilang bahwa aku cantik? Termasuk namjoon." Ucap seokjin sembari mengamati wajahnya lewat pantulan cermin "Hemmm setelah kulihat-lihat, ternyata aku memang mempunyai visual yang tampan hanya saja terlihat lebih cantik." Monolog seokjin dengan senyum penuh percaya diri, kemudian menaruh sisir di meja rias. :v

Seokjin melirik arloji mini kesayangannya "astaga ini baru jam tujuh tapi aku sudah wangi, biasanya aku bahkan masih enggan beranjak dari ranjang kecuali namjoon yang mengganggu ku."

Seokjin bergegas keluar kamar dan iris coklat miliknya menagkap sosok kekasih yang masih terlelap. Ia mendekat kearah namjoon dan mengamati wajah kekasihnya dalam beberapa detik "Dia terlihat tampan jika sedang tidur." Puji seokjin setelahnya ia menyibakkan tirai jendela. "Ah iya, aku akan membuatkan sarapan untuk namjoon pagi ini." Kemudian seokjin berlari kecil menuju dapur dan mulai berkutat dengan alat-alat dapur

Seokjin menggigit pelan jari telunjuknya, ia benar-benar bingung saat ini "Aishh aku memasak apa untuk namjoon?" Seokjin membuka kulkas dan pilihan nya jatuh kepada beberapa potong roti. Ia mengambil roti itu dan kembali berkutat pada aktivitasnya

Seokjin membelah roti itu dan mengoleskan selai kacang kedalam roti tersebut, kemudian ia memanggang beberapa potong roti yang sudah ia isi dengan selai. Saat asik dengan roti yang seokjin buat ia dikaget kan oleh lengan kekar milik namjoon yang menyapa hangat pinggang ramping miliknya "omoo!! Joonie kau mengangetkan ku saja huh." Kesal seokjin

Namjoon hanya terkekeh dan menaruh kepala nya di bahu seokjin serta menghirup aroma strawberry yang selalu melekat pada tubuh seokjin."Aroma roti panggang buatanmu itu menusuk indra penciumanku sayang, maka dari itu aku segera bangun jinseok." Ucap namjoon tanpa melepaskan pelukan hangat nya

Seokjin pun lagi-lagi dibuat tersipu oleh ucapan namjoon."Em..eumh.. sudahlah joon lebih baik kau mandi setelah itu kita sarapan bersama." Ucap seokjin menyembunyikan semburat merah yang menempel di kedua sisi pipi hingga telinganya. Namjoon bergeleng cepat "Nanti saja jinseok, aku sangat menyukai moment seperti ini."

"Joonie, jika kau terus begini aku tidak bisa bergerak. Menyingkir dan cepatlah mandi atau aku akan marah padamu.!" Ucap seokjin yang mulai geram dengan tingkah namjoon yang sedari tadi memeluknya dari belakang. Namjoon hanya mengangguk malas "hemm baiklah jinnie." Setelah nya namjoon langsung menuju kamar mandi

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Namja itu berjalan keluar dari gedung tua.
Dibawah panasnya terik matahari yang menyengat, lelaki bernama lee jaehwan itu terus saja menyusuri jalan. Matanya menyisir di setiap sudut jalan

Tujuannya hanya satu.
Mencari tempat tinggal kim seokjin

"Dimana temoat tinggal namja brengsek itu tinggal? Lihat saja jika aku mendapatkan mu, aku akan menghabisi mu dengan tanganku sendiri!"

"Aku memang mencintainya dulu. Tapu tidak setelah kejadiań itu! Kau akan menanggung perbuatan kedua orangtua mu!"  Ucap jaehwan sambil memicingkan matanya dan tersenyum tipis. Lebih tepatnya seringan tajam yang mengerikan

Langkah lebar lee jaehwan terus melaju,  melewati gedung bertingkat, toko perhiasan, taman bermain, universitas kota seoul, dan sebuah apartemen megah

Langkahnya  terhenti ketika maniknya tanpa sengaja menangkap sosok yang ia cari di seoul. Seorang kim seokjin yang tengah bersantai di koridor apartemen dengan secangkir minuman yang menemaninya. Lee jaehwan semakin menajamkam indra penglihatannya. Apakah seorang namja yang sedang bertengger manis dibalik pagar apartemennya itu memanglah kim seokjin

Dan ternyata benar,

"Kena kau kim seokjin" ia menggangguk-anggukan kepalanya serta tangan yang mengepal kuat. Setelahnya ia melnggang pergi dengan senyum liciknya

Sedangkan kim seokjin hanya tetap santai memainkan ponselnya sembari menunggu namjoon keluar menemaninya, tanpa tahu bahwa nyawa seorang kim seokjin sedang terancam

.

.

.

.

.

.

.

.

Waktu kini tengah  menunjukan pukul 18.40 kst

Seokjin masih setia di depan cermin sembari merapikan baju yang ia kenakan. Terdengar suara ketukan pintu kamar yang begitu keras dan tidak sabaran. Tanpa membuka pintu pun seokjin sudah tahu siapa pelaku semena-mena itu, yak! Siapa lagi yang tinggal diapartemennya selain ia dan namjoon? Seokjin berjalan malas membuka pintu " astaga, namjoon benar-benar tidak sabaran. Rasanya aku ingin menendang wajahnya sekarang juga!" Ucap seokjin dalam hati

Dan saat pintu dibuka, benar saja bahwa namjoon lah pelakunya. Namjoon tersenyum manis tapi nyaris membuat seokjin mual.

Pasalnya tadi siang saat namjoon bercerita tentang masalahnya demgan kedua orangtuanya, namjoon berharap seokjin dapat membantu menyelesaikan masalah ini. Dengan senang hati seokjin memberi saran agar namjoon segera kembali ke rumah dan meminta maaf kepada orangtuanya sekaligus memberi pengertian. Karena kita sebagai anak memang sudah semestinya untuk berbakti kepada kedua orangtua kita, sebesar apapun masalah yang kita hadapi percayalah bahwa selalu  ada jalan keluar yang terbaik.

Dan yang membuat seokjin malas adalah saat namjoon mengajak seokjin untuk menemaninya pulang sekaligus memperkenalkan seokjin dengan kedua orangtua namjoon

Tunggu, ini benar-benar gila

"Apa" ucap seokjin datar sambil menaikan sebelah alisnya

"Kau sudah siap jinseok?"

Pertanyaan apa itu? Siap untuk apa? Sulit di mengerti

"Entah" kali ini seokjin menghembuskan nafas kasar

Namjoon menarik tangan seokjin kemudian menggenggamnya. Mencoba untuk menyakinkan seokjin "jinseok sayang, percayalah bahwa semua akan baik-baik saja"

Seokjin memandang lantai sekilas, kemudian kembali menatap namjoon sambil tersemyum hangat "baiklah joon, aku akan percaya itu. Ayo berangkat"

Namjoon tersenyum.

Setelahnya namjoon segera menggandeng seokjin dan melenggang pergi

.

.

.

.

.

.

.

.

Jangan bosen ya. Karena cerita ini mendekati ending

Voment jangan lupa. Karena itu membantu saya :)

Gomawo❤

Do You Love Me (@NAMJIN) //END//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang