dylm; part duadua

2.2K 190 9
                                    

Putaran jarum jam terus berjalan tanpa henti. Begitupun dengan hari yang terus saja berganti.

Seokjin tengah memejamkan matanya dengan paksa agar ia bisa terlelap. Tetapi nyatanya hingga kini pukul dua pagi ia masih tetap saja terjaga

Tekanan dari jaehwan yang terus menerus membuat seokjin semakin takut padanya. Pikirannya kalut.

Entahlah rasa takut apa yang seokjin rasakan, mungkin saja ia sangat trauma dengan perlakuan jaehwan terhadap orang tua nya beberapa tahun silam.

Mengapa semua terjadi? Di saat ia sudah mulai sembuh dari luka lama, lalu memgapa tiba-tiba bekas luka itu tersayat lagi?

Rasa getir selalu menghantui nya lagi.

Tatkala surat terakhir yang ia dapatkan dari jaehwan kemarin pagi. Isinya lagi-lagi tentang hal yang sama.

Jaehwan berkata ia akan mengunjungi seokjin besok malam. Jika saja yang mengunjungi adalah namjoon mungkin saja seokjin sedikit merasa senang, tetapi ini jaehwan.

Bukan kah ini pertanda bahwa nanti siang adalah hari terakhir seokjin melihat dunia?

Apa seokjin harus berlari lagi untuk kesekian kalinya dalam permasalahan yang sama?

Seokjin sudah terlalu jengah untuk hal seperti itu.

Jaehwan bukanlah seorang namja bodoh yang akan melepaskan mangsa nya begitu saja. Jika saja mangsa itu berlari sejauh mungkin, jaehwan pasti akan selalu mengejarnya hingga dapat.

Jika kalian bertanya apa bukti nya jika jaehwan begitu?

Bukti nyata nya adalah kim seokjin. Peristiwa mengenaskan itu sudah terjadi  sangat lama sekali, dan seokjin pun sudah pidah ke kota seoul dalam posisi tidak bersalah.

Lalu apa sekarang? Jaehwan tetap menaruh dendam pada diri seokjin dan sampai kapan pun jaehwan akan selalu mengintai seokjin sampai ia bisa membalaskan dendam nya.

Seokjin benar-benar lelah dengan semua ini. Mungkin saja jika tuhan mau mengambil nyawa nya sekarang juga ia sudah siap.

Seokjin merasa hidup nya sudah tak berguna bagi siapapun. Bahkan ia tak punya siapa-sekarang.

Namjoon? Mungkin saja namjoon sudah tak perduli lagi dengan seokjin. Yoongi? Seokjin bahkan sudah jarang berkomunikasi dengan nya. Atau bisa saja orang-orang terdekat di sekitar seokjin sudah menganggap seokjin lenyap

Perlahan seokjin mulai menutupkan matanya dengan posisi memeluk guling .

Ia baru bisa tertidur saat jarum jam menunjuk angka 5 dini hari

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Eomma.. appa.. " Namjoon menyapa kedua orang tuanya yang tengah menonton televisi di ruang keluarga. Sontak saja mereka langsung menoleh ke arah namjoon yang berada di belakang mereka

Namjoon melirik jam dinding yang terpampang besar di ruang keluarga. Jarum pendeknya menunjuk angka 7. Ia memutar bola matanya malas. "Huft ternyata sudah malam lagi."

"Ne. Ada apa joon?" Tuan kim menyahut kemudian disusul namjoon yang duduk di sofa sebelah kiri mereka.

Seperti ada hasrat yang ingin namjoon sampaikan kepada kedua orang tua nya.

Namjoon merogoh saku celana dan memgambil ponsel nya. Ia mengotak-atik layar ponsel nya.

"Hem ada apa joon? Apa ada yang ingin kau sampaikan?" Tanya eomma sambil mematikan televisi. "Bekas lebam mu sudah mulai pudar, apa masih sakit joon?" Tanya eomma lagi, sambil mendekat ke arah namjoon.

Yak! Namjoon sudah bercerita bahwa ia tidak sengaja bertemu dengan namja bernama lee jaehwan di apartemen seokjin. Namjoon pun menceritakan bahwa ia sempat berkelahi dengan jaehwan. Hanya saja ia belum memperlihatkan adegan jaehewan yang sempat ia rekam di ponselnya.

"Em, sudah tidak terlalu." Namjoon masih fokus pada ponselnya

"Apa kau ingin, appa tambahi lebam mu?"

"Aishh appa, tega sekali pada anak mu yang tampan ini."

Namjoon menjawab tanpa menengok, dan masih tetap menunduk fokus pada ponselnya

Tuan kim menggeleng cepat "Ckckck, namjoon kau itu sangat tidak sop-"

"Eomma.. appa.. lihat lah ini." Belum selesai tuan kim bicara namjoon langsung menyela dan memperlihatkan video jaehwan pada kedua orang tuanya.

Tuan kim dan istrinya menyaksikan aksi lee jaehwan dengan pisaunya. Aksi seakan dia sedang menghabisi nyawa seseorang.

"Dia sangat mengerikan" ujar tuan kim.

"Ne mullon imnida. Dia berbahaya untuk seokjin, dia bisa melukai seokjin kapan saja. Kita harus kesana sekarang. Perasaan eomma tidak enak." 

Nyonya kim bergidik ngeri. Entah mengapa pikiran nyonya kim langsung tertuju pada seokjin. Rasa khawatir pada seokjin begitu kuat.

Tanpa menunggu lagi, ia mengajak tuan kim dan putra nya untuk segera bersiap pergi ke apartemen seokjin.

.

.

.

.

.

.

Waktu kini menunjukan pukul delapan malam. Hawa dingin yang menyelimuti kota seoul tentu saja membuat sebagian orang memilih untuk lebih cepat tidur dan mencari kehangatan

Tapi tidak untuk jaehwan. Ia bertekad untuk menghabisi seokjin malam ini. Dia  terus menyusuri jalan dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam kantong jaket levis miliknya.

Dengan semangat ia terus berjalan, tidak peduli dengan malam dingin yang seolah menjadi penghalang baginya untuk ke apartemen seokjin.

Tapi bagi jaehwan dia sudah bersahabat dengan malam.

Tak ada penghalang bagi seorang jaehwan

.

.

.

.

.

.

.

Annyeong chingu.

Part ini sengaja saya buat pendek. Jadi jangan kecewa.

Karna end nya ada di part selanjutnya.

Voment nya ya. Kalo ada yang kurang silahkan koment di kolom komentar.

Gomawo❣

Do You Love Me (@NAMJIN) //END//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang