(6)

34 6 0
                                    

Kadang gue pengen unpublish cerita ini. Kadang.

hbd bess 🌷

Klik 🌟 kuyy

***

Nomor punggung 21 menjadi bahan teriakkan yang paling favorit bagi anak-anak cewek di SMA Nusa Bangsa. Pertandingan sudah tiba dibabak final. Seperti yang dikatakan Odney waktu itu, kelasnya Tian atau lebih tepatnya 12 IPA 2 tepat dikalahkan oleh 12 IPS 2. Dan sekarang pertandingan yang sedang berlangsung ini adalah pertandingan antara 11 IPS 3 melawan 12 IPA 1, tak henti -hentinya para anak-anak cewek itu meneriakan nomor punggung 21 yaitu nomor punggungnya kapten futsal, Odney.

Teriakkan lebih kencang lagi ketika laki-laki dengan nomor punggung 21 itu mencetak gol digawang lawan. Tak seperti teman-teman timnya yang begitu gembira, Odney hanya tersenyum sambil mengangkat sebelah alisnya kepada Tian yang duduk di kursi penonton. Tian yang melihat itu langsung membuang pandangannya ke arah lain, seakan ingin menghindar dari ejekan yang Odney berikan.

Di tempat lain. Diantara para pendukung Odney terdapat seorang gadis yang selalu menghindar dari Odney. "Masa cuma senyum doang, teriakin dong, 'Semangat mantan, gue dukung lo dari sini.' Gitu" goda Dhea ketika ia tak sengaja melihat Stella tersenyum. Mendengar godaan dari Dhea, rona merah pun muncul di pipi Stella. Seakan takut ketahuan lagi, Stella langsung menutupi wajahnya. "Kalo masih suka tuh bilang aja, entar kalo dia udah punya monyet baru nyesal." ucap Dhea seakan memberi nasihat kepada sahabatnya itu. "Eh ngomong-ngomong ada yang mau gue omongin sama lo." ucap Dhea lagi yang kini dengan nada yang lebih serius.

::::::

"Lo gak ngasih selamat gitu ke gue?" tanya Odney kepada Tian yang sedang membantu mengemasi barang-barangnya. Eh, gak juga sih...Tian hanya lihatin doang.

"Ngapian coba? Kan udah banyak orang yang ngasih selamat ke lo." jawab Tian dengan wajah cemberut yang tak bisa disembunyikannya.

Odney menatap Tian. "Ya haruslah lo kan sahabat gue, waktu lo menang basket aja gue kasih selamat...terus lo sekarang gak mau gitu?" tanya Odney lagi. Sebenarnya sih Odney juga gak masalah kalau Tian gak ngucapin selamat ke dia, tapi Odney hanya ingin melihat bagaimana ekspresi Cemberutnya Tian. Rasanya ia ingin tertawa melihat sahabatnya ini, tapi dia menahannya agar misinya tercapai.

"Apaan sih lo, ayo!" ucap Tian seakan mengalihkan pembicaraan.

Odney tertawa ketika Tian sudah berjalan meninggalkannya. "Oeyyy tungguin gue dong!" teriak Odney sambil berlari kecil ke arah Tian.

Kedua orang itu sempat bercanda gurau di tengah perjalanan menunju ke tempat parkir. Namun tiba-tiba langkah mereka terhenti karena sebuah panggilan.

"Kak,kak odney!" Panggil seorang gadis yang sudah dikenal oleh Odney.

Odney berbalik menatap gadis itu. "Iya, kenapa Dhea?" tanya Odney sambil tersenyum.

"Pasti mau minta foto bareng nih." batin Tian.

"Boleh gak--"

"Boleh kok." potong Odney. Dhea menatap Odney bingung, karena Dhea belum menyelesaikan ucapannya.

Masih dengan senyum di bibirnya. "Mau minta foto bareng, kan?" tanya Odney dengan percaya diri. Mendengar pertanyaan yang diajukan Odney, Dhea pun hanya menjawabnya dengan anggukan dan tersenyum.

Odney mengenal Dhea karena dia adalah gadis yang selalu meminta foto bareng dengan Odney disegala kegiatan dan Odney jadi lebih dekat dengan dia, karena gadis yang bernama Stella. Ya...Dhea sahabatnya Stella.

"Yaudah kasih aja hp lo ke Tian, nanti dia yang fotoin." ucap Odney sambil menatap Tian seraya minta tolong.

Situasi seperti inilah yang bikin Tian kesal ketika gadis ini meminta foto bareng Odney, pasti dia yang akan menjadi tukang foto. "Huu menyebalkannya." kata-kata itulah yang selalu terucap di dalam hatinya ketika situasi seperti itu terjadi.

"Ehh gak...gak...gak usah, soalnya mau pake kamera aja. Tapi tunggu yah," ucap Dhea sambil melirik kesana-kemari.

"Yes, akhirnya batal juga jadi tukang foto dadakan." batin Tian.

"Kemana sih..." guman Dhea pelan. "Sini!" Panggil Dhea ketika melihat orang yang dia cari.

"Sorry,sorry, tadi diajak ngomong sama--" ucapan terpotong ketika melihat Odney yang juga sedang menatapnya. "...orang, iya orang." sambungnya. Ujung bibir Odney terangkat sediki.

"Yaudah ayo! Gue udah mau dijemput nih." ucap Stella.

Mendengar ucapan Stella, Odney dan Dhea langsung berdekatan dan mengambil gaya. Sedangkan Stella mulai mengambil gambar mereka beberapa kali.
Setelah Stella selesai mengambil gambar kini Tian membuka suaranya.

"Sekarang gue," ucapnya

Mereka bertiga melihat Tian dengan tatapan bingung, tapi kemudian Stella langsung mengarahkan kameranya ke arah Tian. Namun sebelum Stella menggambil gambarnya, Tian malah menutup lensa kamera Stella dengan telapak tangannya.

"Ah, maaf." Stella langsung menurunkan kamerannya.

Tian berdecak sambil menggaruk belakang kepalanya. Hening. Itulah yang terjadi di antara mereka berempat sekarang. "Stella, ayo!" bisik Dhea pelan. Sebelum Stella dan Dhea melangkah pergi, tiba-tiba Tian langsung menarik tangan Stella.

"Maksud gue, sekarang gue yang foto bareng lo. Masa cuma dua orang itu aja sih yang bisa, kita berdua bisa juga kali." Tian melepaskan tali kamera yang tergantung di leher Stella.

"Tolong fotoin dong," Tian memberikan kamera itu ke Dhea. Kemudian Tian menggambil hpnya dan memberikannya kepada Odney. "Fo.to.in" ucapnya dengan menekankan setiap suku kata. Odney mengambil hp Tian sambil memutarkan matanya.

Mata Odney membulat saat melihat dengan jelas tangan Tian yang kini berada di bahu Stella. Tapi apa yang Stella lakukan, dia tetap membiarkan tangannya Tian tanpa merasa risih. Tian tersenyum sambil mengangkat sebelah alisnya sambil berkata, "Jacpot" tanpa suara, dia melakukan persis seperti yang Odney lakukan tadi. Yah...walaupun dia menambahkan kata 'Jacpot' sih. Walaupun begitu gak mungkin kan Odney memukul Tian yang adalah sahabatnya sendiri, yang kini sedang balik mengejekkan dengan memanfaatkan Stella. Jadi Odney hanya mengangguk-angguk kepalanya sambil mengambil gambar mereka berdua.

To be continue 🙇‍♀️

Tidak Ada Alasan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang