(8)

16 5 4
                                    

Kalo ada kritik dan saran, silahkan.
.
.
.
Klik  🌟 kuyyy

***

Mata Stella bergerak kesana kemari untuk mencari seseorang, tangan kirinya diletak diatas kepala, setidaknya kepalanya sudah terhindar sedikit dari cahaya matahari. 

"Mana sih nih orang," gumannya pelan.

Sudah hampir empat menit dia berdiri di atas terik matahari untuk mencari orang itu. Dan Stella sudah mengambil keputusan, jika sampai lima menit orang itu tidak kelihatan, dia akan pergi saja.

Dorrrrr

Kaget. Dengan segera Stella melihat ke sebelah kanan dengan mulut yang seperti huruf O dan mata yang melebar, akibat keterkejutannya itu. Kening Stella mengerut ketika melihat cowok yang mengagetkannya itu malah cengegesan, seperti orang yang tidak berdosa.

Tangan cowok itu menarik tangan kanan Stella untuk mengikutinya ke bawah pohon yang tidak terlalu jauh dari tempat tadi.

"Ngapain berdiri dipanas, pengen mimisan?" tanyanya yang diakhiri dengan sebuah senyuman.

"Ya enggak lah, gue lagi cari kak Tian. Kata anak-anak 12 IPA-2 sih lagi di lapangan," jelas Stella.

"Terus kenapa lo berdirinya dipanas, kenapa gak disini aja?" tanyanya lagi.

"Kak Tian gimana sih, kalo dari sini tuh gak bakalan kelihatan kan ketutup sama dahan pohon." jelas Stella dengan sedikit kesal.

"Gue kan ganteng, pasti tuh dahan bakalan kebuka deh." Tian tersenyum sambil menaikkan satu alisnya.

Namun Stella menatapnya dengan wajah datar. Tian kemudian terkekeh dengan sikapnya sendiri.

"Emang lo ada perlu apa sama gue?"

"Bukan gue, tapi bu Irma. Dicari bu Irma katanya, kak Tian harus datang ke 12 IPA-1 sekarang." jelas Stella.

"Oh yaudah, thanks ya,"

"Yaudah, ayo!"

"Kemana?"

"Ke tempatnya bu Irma lah,"

"Sama lo?"

"Iya"

"Ok," Tian tersenyum sambil berjalan duluan, disusul Stella.

"Kita ikut disini aja ya, deket." ucap Tian sambil menaiki anak tangga.

Dulu hanya ada dua tangga saja untuk naik ke lantai 2, tapi sekarang sudah ditambah satu tangga lagi yang dekat dengan kantin dan lapangan.

"Udah bisa dilewatin ya?"

"Yaialah, kan kaki lo aja udah injak 3 anak tangga, jadi arti udah bisa."

Stella mengangguk-ngangguk.

"Lo baru pertama kali naik tangga ini, ya?" tanya Tian tanpa melihat kebelakang.

"Iya,"

"Wah sama dong, harus diresmiin nih. Gimana kalo makan bakso di kantin?" Tian tersenyum sambil melihat kebelakang, bahkan dia berhenti.

Stella balik melihat Tian dengan bingung.

Masih dengan senyumannya, Tian kembali  bertanya, "Mau gak?"

"Cuma naik tangga kok diresmiin sih?" tanya Stella masih dengan wajah bingungnya.

"Baru ajak resmiin naik tangga untuk pertama kali aja lo kayak gini, terus gimana kalo gue ajak lo jadi pacar gue?" Tian kemudian berbalik dan kembali meneruskan jalannya. Sedangkan Stella masih terdiam ditempatnya.

***

"Pokoknya sama dengan yang saya bilang tadi deh ke kamu, awas jangan sampe lupa." ucap bu Irma kepada Tian.

"Ok siap bu, kalo gitu saya permisi dulu." ucap Tian sopan.

"Sekarang kamu ya Stella, hmm...tunggu sebentar ya." ucap bu Irma sambil membuka buku yang cukup besar.

Tian yang hampir sampai dipintu kelas, tiba-tiba kembali ke meja guru.

"Ada yang bisa saya bantu lagi, Tian?" tanya bu Irma yang sempat melirik ke arah Tian.

Tian menggaruk belakang kepalanya. "Saya pinjam Stella sebentar, boleh?"

Stella langsung melihat Tian dengan wajah kaget.

Bu Irma yang sedang fokus dengan buku yang sedang dia baca, langsung melihat ke arah Tian dengan wajah yang cukup membuat Tian deg-degan.

"Kalo boleh sih," ucap Tian dengan sedikit pelan.

Bu irma masih menatapnya dengan tatapan itu, tapi kemudian kembali membaca buku yang tadi. "Hmm...asal dikembalikan."

Tian menahan tawanya ketika mendengar jawaban dari bu Irma. Kemudian dia menarik tangan Stella agar sedikit menjauh dari meja guru.

"Jadi gimana, mau kan?" Senyumnya tidak hilang.

Stella menatap Tian dengan wajah bingung. "Jadi apaan, ya?"

"Jadi pacar aku," ucapnya santai.

Mulut Stella berbuka seperti huruf O.

Tian tertawa pelan. "Makan di kantin, buat resmiin naik tangga yang tadi loh."

Stella masih menatapnya seperti tadi tanpa menjawab apa-apa.

"Stella?"

"Eh,eh"

Tian berdecak. "Jadi apa gak?"

Tapi kembali lagi Stella menatapnya dengan wajah bingungnya. Hanya kedua keningnya saja yang terangkat seperti mewakilkan mulutnya untuk bertanya, kenapa?

"Ck, Stella nih kenapa sih." Tian menggaruk belakang kepalanya. "Jadi gak makan dikantin?" tanyanya sambil membuat gaya.

"Eh, iaia jadi kok."

Tian tersenyum sambil mengangguk. Ketika dia melihat ke arah pintu, terlihat Odney yang baru saja ingin masuk namun langkah terhenti. Odney mencabut kedua headset yang ada di telinganya sambil melihat punggung Stella dan wajah Tian secara bergantian. Tidak ingin membuat suasana semakin rumit, Tian pun pamit kepada Stella.

Ketika sudah dekat dengan Odney, Tian tersenyum sambil menepuk bahu Odney dan Odney pun membalas senyuman itu sambil menaikan kedua alisnya.

Stella kembali di samping meja guru, menunggu bu Irma yang masih fokus dengan buku yang dia baca, seperti buku laporan nilai karena Stella bisa melihat angkah-angkah yang terdapat dibuku itu.

Ditempat duduknya, dengan terang-terangan Odney melihat Stella yang sedang melihat ke arah jendela. Entahlah seperti ada yang aneh dihati Odney, namun dia tidak tahu apa itu. Stella yang merasa seperti ada orang yang menatapnya, pun menyisir pandangannya di ruangan kelas itu. Sampai akhirnya matanya menangkap satu cowok yang sedang menatapnya juga, tidak terlalu lama, sampai akhirnya cowok itu memutuskan pandangan mereka dan memilih untuk sibuk dengan hpnya. Stella yang melihat itu hanya bisa menghela nafas sambil menutup matanya.

Kalo belum klik  🌟 , silahkan klik.
Lupa komen? Ayo komen 😅

To be continue 🙇‍♀️

Tidak Ada Alasan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang