0. Prolog

28.5K 1.1K 17
                                    

Setelah dua bulan menjadi suami istri, nyatanya hubungan Zaya dan Afriz justru makin hangat dan rekat. Sama sekali tak mencerminkan bahwa pada dua bulan yang lalu, keduanya hanya mempersiapkan pernikahan selama sepuluh hari sejak prosesi lamaran.

Tempo yang terhitung singkat dan terbilang terburu-buru itu, membuat Afriz tak mau membuang-buang waktu dengan menampung keluhan-keluhan Zaya tentang mulut para tetangga, yang menurutnya sama sekali tak penting untuk terlalu didengarkan apalagi dipikirkan. Baginya, selama nanti mereka menjalani pernikahan ini sebagaimana mestinya, mulut-mulut usil itu akan bungkam sendiri.

"Kita yang menjalani, bukan mereka." Begitu, kata Afriz waktu itu. Meyakinkan Zaya sekaligus dirinya sendiri bahwa orang-orang itu tak memiliki urusan dengan keluarga kecil mereka nanti.

Ya, memang tak ada lagi waktu bagi dirinya dan Zaya untuk cengeng-cengengan, apalagi bersikap sok jual mahal. Jika memang masalahnya adalah status Zaya yang belum pernah menikah tetapi sudah punya anak, keyakinan sudah tak memberi ruang bagi keraguan.

Terdengar notifikasi pesan masuk, sehingga menginterupsi ingatan Afriz. Lalu dibukanya pesan suara yang baru saja dia terima.
"Mas kan suka nonton wayang di YouTube. Kebetulan, di sini besok malam ada pertunjukan wayang, Mas. Siaran langsung. Mau nonton, nggak?" tanya Zaya dari seberang.

Merasa tak memiliki kegiatan yang mendesak, Afriz menekan simbol mikrofon di layar ponselnya sambil berbicara. “Ini ajakan nonton bareng yang terselubung?”

"Hiiih pede banget. Ini cuma ngasih tahu. Siapa juga yang ngajak Mas nonton? Lagi pula aku nggak suka nonton wayang. Bikin ngantuk. Mas aja, kalau mau nonton."

Tanpa sadar, Afriz tersenyum mendengar kebawelan yang dia rindukan. Tetapi dia tak mau membahas itu. “Kapan pulang dari rumah bapak dan ibu?”

Ada jeda sebentar, karena topik yang berubah drastis barusan. “Lusa, kan, sesuai perjanjian?”

“Oke, Mas jemput.”

Semakin mengenal, Afriz kian menyadari bahwa Zaya mengandung banyak daya kejut.

Keliru: Nyasar di Hati yang BenarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang