---
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, mencari handphoneku adalah rutinitas utama sesudah bangun tidur, aku mencarinya dibawah bantal, ternyata tidak ada, diseluruh tempat tidur pun yang sudah aku raba, namun hasilnya sama, tidak ada.
Aku telungkup mencoba meraba dibagian bawah tempat tidurku, tetap tak merasakan apapun yang berbentuk persegi panjang. Akhirnya, dengan pasrah aku mencoba memasukkan sedikit kepalaku ke kolong tempat tidur, celingak-celinguk mencari benda putih berbentuk persegi panjang daan itu dia!
Dengan memanjangkan leher dan tangan kedepan, akhinya aku mendapatkannya. Slide to unlock terpampang jelas dilayar. Masih dengan posisi telungkup, aku menslide layar dan tidak mendapatkan apapun
"Sia-sia perjuangan guk-"
"Lucyyyy!"
Buk!
Karena terkejut dengan suara cempreng itu, kepalaku menghantam kuat besi bagian bawah tempat tidurku "Lucy sayang, kamu ngapain disitu?" tanya Stephen cekikan yang bisa ku dengar samar-samar
Aku mengeluarkan kepalaku perlahan, menatap sinis Stephen yang sedang menyengir lebar. "Kenapa?" tanyaku galak
"Pamitaan, mau kerja kelompok"
"Ya udah sono.."
"Nggak cium kening dulu nih?"
"A-aiiiih" aku menunduk dalam dan memegang pipiku yang sudah memanas
Saat itu juga tawa Stephen meledak "Ya ampun kamu, haha. Ya udah deh aku pergi dulu yaaa" serunya sebelum benar-benar pergi
Aku membalikkan badan menghadap jendela, jingkrak-jingkrak kesenangan namun tiba-tiba pintuku terbuka lebar lagi membuatku berpura-pura menatap kosong jendela
Dia terkekeh pelan, "Ada yang kelupaan" serunya sembari berlari kecil kearahku, menyengir kuda sebentar dan mencium lembut puncak kepalaku
"See ya soon.." serunya lagi sambil menutup pintu pelan
Aku terbaaaaang!
---
Kulkas kosong, tak ada makanan dimeja makan, jadi aku harus makan apa malam ini?!
Aku mencari nomor Dylan dengan geram, saat sambungan telah tersambung, "DYL, LO KOK NINGGALIN GUE SENDIRI DIRUMAH YANG GA ADA MAKANAN!"
Dylan membuang nafas keras, "Sebelum gue berangkat ke kantor tadi gue mau nelfon lo sama Stephen ngajak makan lah elonya malah matiin gitu aja" jawabnya santai
Jadi Dylan nelfon tadi..
"Balik dong bentar, lo gak mau 'kan pas lo balik gue malah pingsan kelaparan?" balasku melemas
"Rejeki ada lo tolak, gak ada dicariin, dasar labil. Stephen 'kan ada, bego"
"Dia kerja kelompok"
"Dari jam?"
"Setengah tujuh"
"Ini udah jam setengah sembilan bentar lagi dia pulang kok, gue telfon dia deh, suruh bawain lo makanan. Gue pulang paling lama jam sepuluh, mama ada urusan di Bandung. Lo jangan ngancurin rumah, ok? Mwah"
"Mwah paa-"
Tut..tut
Sialaaaan! Runtukku dalam hati, aku berjalan lemah ke ruang tengah, menghidupkan tv dan mengganti-ganti siaran yang menurutku tak ada yang bagus
Aku menyandarkan tubuhku ke sandaran sofa, memejamkan mataku, dan mengelus halus perut kecilku yang tengah kelaparan
---
"Will you marry me, Lucy Adrianna?"
"I will, Stephen. I w-"
"AAW!"
Aku mendengar seseorang mengaduh, "Lucy, kamu berat banget!"
Merasa seperti menindih sesuatu, aku cepat-cepat kembali duduk disofa dan melihat Stephen meringis dan sedang memakai..tuxedo?
"Ngapain kamu dibawah? Terus ngapain pake tuxedo?"
"Tuxedo?" tanyanya bingung lalu terdengar tawanya yang memenuhi ruangan
Aku mengucek mataku tak sabar, sekarang Stephen malah mengenakan pakaiannya saat kerja kelompok tadi, "Eh t-tadi aku liat kamu pake tuxedo.. Beneraaan"
"Kamu mimpiin kita nikah ya?" godanya sambil mencolek daguku
"Ng-nggak kok ih"
"Duh kamu beneran manis deh" serunya bersemangat mencubit kedua pipiku
"Pen..Steph..Stop.."
"HAHAHA" tawanya meledak lagi
"Kamu ngapain coba tidur dibawah? Terus kenapa aku tidur disofa? Ini makanan ya?" tanyaku menunjuk sesuatu berbungkus yang masih rapi diatas meja, lengkap dengan piring dan gelas yang sudah berisi air
"Tadi Dylan bilang kalo kamu belum makan, aku kira kamu bakalan masak tap-"
"Gimana mau masak gak ada makanan sama sekali dikulkas?" potongku
"Kan aku gak ngecek dulu, sayang"
"I asked you, kamu ngapain tidur dilantai?"
"Aku mau jawab kamunya motong.."
Aku mengerucutkan bibirku kesal yang membuatnya tertawa, untuk kesekian kalinya "Pas aku pulang bawa makanan kamunya udah tidur, padahal aku mau angkat mau ke kamar tapi karna kamunya berat malah ketindih" terangnya panjang lebar sambil tersenyum
Senyumku mengembang, betapa beruntungnya aku memilikinya
"Kenapa senyum?" tanyanya dengan lidah terjulur
"Suka-suka ak-"
Dreet..
Handphone Stephen yang sedari tadi tergeletak diatas meja kini bergetar, karena lebih dekat denganku, maka aku yang mengambilnya
"Dari siapa?"
"Bella.."
"Dia bilang apa?"
"Selamat terlelap sayang.."
"Huh?"
Aku melempar handphone Stephen tepat ke pangkuannya. Aku hanya..ugh tidak percaya bahwa dia menduakanku, dengan Bella, primadona sekolah yang sekelas dengannya.
Harusnya aku tau lebih awal, harusnya aku sadar lebih awal, aku bukanlah apa-apa dimatanya.
Tanpa memperdulikan panggilan dan penjelasan dari Stephen yang kini mengikutiku sampai kamar, aku menutup pintu dengan kencang, sekencang dia merobek hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Love
Jugendliteratur"Distance never separates two hearts that really care, for our memories span the miles and in seconds we are there. But whenever I start feeling sad, because I miss you, I remind myself how lucky I am to have someone so special to miss :) " © 2014 b...