g) Origami

897 29 4
                                    

---

Aku terbangun dari tidur, menguap sebentar, lalu teringat kejadian tadi malam yang membuatku langsung berlari kecil ke kamar mandi untuk mencuci muka dan kembali berlari ke ruang tengah untuk mengambil kotak P3K. Saat kotak putih persegi panjang dengan palang merah diatasnya telah ku pegang, aku mengambil gelas didapur dan menuangkan air untuk Stephen nanti

Setelah yakin semua sudah ditangan, aku melangkah ragu menaiki tangga, berjalan pelan ke depan pintu kamar Dylan dan Stephen, aku mengetuk pintu. Belum ada jawaban, sekali lagi, belum juga. Akhirnya aku membuka pintunya yang ternyata tidak terkunci

Aku menatap Stephen yang masih tertidur pulas "Hi babe, wake up!" seruku sembari mengguncang tubuh Stephen pelan

"Ugh.." Stephen mengucek matanya lalu tersenyum "Good morning, sweetheart.." sapanya

"Udah baikan? Masih sakit gak perutnya? Nih aku bawain obat. Cuci muka dulu gih" balasku sembari tersenyum lalu melihat Dylan tanpa atasan yang masih dialam mimpi

"Bang.. Woi bang. Bangun baaang"

"Aaaaaah" serunya sambil ngulet ewh

Pekerjaan baru bangunin dua kebo ini, gumamku dalam hati

Saat Stephen masuk kekamar lagi, kuberikan obat yang tidak berlabel tapi mama sering memberiku ini kalau sedang sakit perut

Dylan yang sedari tidur-tiduran, menatapku curiga dan mengambil obat sirup yang dipegang Stephen

"Lucy ini obat cacing!" teriaknya histeris

Aku dan Stephen melongo "Mama sering kasi ini kok kalo aku sakit perut" belaku

Yang dibicarakan masuk kekamar Dylan, mama mengambil obat yang dipegang Dylan "Ya ampun Lucy, kamu sama Stephen itu beda perutnya, kalo kamu obat sakit perut gak mempan makanya mama kasi obat cacing!"

Stephen yang ada disampingku meringis "Gapapa tante, aku sama kaya Lucy makanya nih udah baikan" ujarnya tersenyum namun seketika wajahnya berubah memerah seperti menahan sakit mungkin?

Mama dan Dylan menatapku tajam, ups

*

Sesudah mandi dan bersiap-siap, tiba-tiba lampu LED BBMku memunculkan cahaya merahnya. Aku mengambilnya, membukanya ternyata dari Stephen

Stephen Corey: Ready?

Lucy Adrianna: What for?

Stephen Corey: Introduce my new school x. If u ready, open ur door

Setelah mengikat rambutku kesamping, aku berjalan kepintu

"Hi!" sapa seseorang dihadapanku sekarang

"Udah dari tadi disini?"

"Iya.." balasnya nyengir

"Kenapa gak langsung ketuk pintu, Peen"

"Biar kamu terkejut!" jawabnya sambil menggandeng tanganku

Aku mencibir, menyandangkan tas dan baru sadar kalau Stephen memang sudah memakai segaram yang serupa denganku dengan rambut yang lebih rapi dari kemarin

"Berangkat?" tanyanya dengan semangat

"After breakfast!"

*

Disekolah, ternyata Stephen berada dikelas XI IPA 2, dan itu berarti kelasnya bersebrangan denganku yang X IPA 1 aye!

Sepanjang jalan menuju kekelas, dia menggandeng tanganku. Kulihat banyak tatapan iri disekitar aha.

"Aku masuk kelas, ya. secantik-cantiknya temen sekelas kamu, jangan kepentok ya!" seruku saat aku sudah berada didepan kelas

"Kepentok?" tanyanya. Aku menepuk pelan jidatku, ini bule, Lucy

Saat aku hendak menjawab, seseorang dari belakang pintu menarik tanganku, salah seorang lagi mengunci pintu kelas "LUUUUUC ITU SIAPAAA BULE YA KEREN BINGIT" astaga, sekarang aku sudah diserbu pasukan cewek yang sebagian besar masih memandang ke jendela menyaksikan Stephen yang masih menatap pintu kelasku dengan bingung

Aku memutar bola mata malas, kalau satu pertanyaan mereka ku jawab, akan ada beribu pertanyaan lain yang akan membuatku babak belur, jadi aku lebih memilih diam dan melanjutkan jalanku kemeja yang biasa ku tempati, aku duduk disamping Daniel yang sedang mengerjakan pr "Cepetan kerjain. Gue tau lo belom" ujarnya saat aku hendak membuka tas

"Tau banget.." balasku nyengir

"LUCYYYYYY GUE BICAR-" Aurel menghampiriku dengan tergopoh-gopoh dari arah depan

"Siapa yang mau bicala? Silahkan beldili didepan menggantikan ibu" kata-kata yang terlontar dari salah satu guru killer disekolah ini membuat semua murid dikelasku adu cepat untuk duduk. Saat melihat Ibu Melly berjalan pelan kearah meja guru. Dasar

*

"Tugas oligami belbentuk binatang ini harus dikumpul minggu depan. Telima kasih atas pelhatiannya, kalian boleh pulang" begitulah mungkin yang bu Emily perintahkan sebelum pulang sekolah tadi. Cukup tegas , tapi "R"nya itu yang membuat murid di kelas ku harus menyembunyikan tawa mereka –sepelan mungkin pastinya- dibalik buku Seni Budaya mereka

Aku menyusun buku lalu memasukkan kedalam tas, namun Aurel mencolek punggungku gemas "Apa sih?"

Dia malah nyengir, "Cowok bule lo nungguin didepan. Titip salam ya.." ujarnya menunjuk Stephen yang membelakangi jendela kelasku dengan bibirnya

*

"Origami?" tanya Stephen saat aku sudah turun dari motor besar milik Dylan yang sengaja dipinjamkan untuk kami

"Iya. Sepuluh macam binatang dan harus dikumpul minggu depan!" gerutuku

"Aku hebat dalam hal ini, mau ku bantu?" tawarnya saat kami memasuki rumah

"Aku akan coba dulu" balasku nyengir berlari menuju tangga lebih cepat darinya

Saat sudah berada dikamar, aku mengeluarkan semua bahan-bahan untuk membuat origami yang ku beli tadi bersama Stephen

"Yang pertama, yang paling mudah. Kodok!" seruku kesenangan sambil membaca artikel membuat origami yang kupinjam di perpustakaan tadi

Aku mengambil kertas origami segi empat berwarna hijau, melipatnya menjadi segitiga, dan.. err, aku mengamati artikel yang disampul rapi itu dengan teliti

"Gimana sih, kok cuma gambar gak ada penjelasan! Udah ah nanti malam aja" seruku dan menjatuhkan diri ke kasur merah mudaku

*

Tutupen botolmu

Tutupen oplosanmu

Emanen nyawam-

"Siapa sih?!" aku menekan tombol hijau geram. "Lucy here. Bye" kumatikan seketika

Tutupen bot-

"Asabhashxnb, hsagvaxhzctf"

Huh? Bodo

Aku membuka mata malas, saat tak sengaja melirik meja riasku, sepuluh origami binatang tertata rapi diatasnya. Tak ada sampah lagi, padahal sepeingatku, sebelum aku tertidur tadi aku belum sempat membereskannya

Aku tersenyum lebar "Stephen.." gumamku pelan, lalu kembali hanyut kealam mimpi

Long Distance LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang