f) Sirup

989 28 8
                                    

---

"Heiiii"

Aku hanya melihatnya sekilas

"Lagi ngapaiiiiin?"

"Aku juga bingung" balasku masih terfokus ke tivi yang sedang menayangkan sinetron yang mulai ngetrend saat ini

"Kayanya kamu lagi nonton deewh" aku melirik lagi. Dia tadi bilang 'dewh'? Duuh bule ini

"Mau aku temenin gaak?" Kali ini dia mencolek pipiku dengan gemas

"Nggak pen. Duh kamu aku lagi serius nih, tuh ceweknya marah-marah tuuh, kamu mau aku gitu?"

Mungkin dia bingung jadi Stephen lebih memilih diam. Namun beberapa saat kemudian dia malah tersenyum

"Ada berita gak?" Tanyanya sambil mengambil remot yang sedari tadi kugenggam

"Belum fasih ngomong bahasa udah sok mau nonton berita ih. Sini! How annoying you are!" Hardikku kesal

Stephen tidak membalas, dia hanya mengerucutkan bibirnya kesal

"Kamu kenapa? Pms?" Spontan saja wajahku merah padam, ku balas dengan pukulan diperutnya

"Ciee yang pms.." serunya lebih bersemangat karena berhasil membuatku kesal

"Laper gak?" Tanyanya kemudian yang tak kujawab

"Makanan apa yang enak? Bakwow? Mau makan itu deh" rengeknya. Bakwow? Apaan bakwow, gumamku namun aku terlalu malas melontarkannya. Apapun yang terjadi, kalau aku lagi nonton jangan diganggu deh. Buat sakit hati

"Ayo dooong.." rengeknya lagi yang sekarang malah menarik tanganku. Aku memutar bola mata kesal

"Klimaks nih klimaks, tuh cowok mau nampaaar, bentaar" Namun Stephen malah lebih kuat menarikku walau aku tak merasa kesakitan

"Aaagh!" Serunya yang ternyata telah menimpa tubuh kecilku. Bukannya malah bangkit dia hanya menatapku dengan cengiran lebar

"Duh manisnya kamuu" ujarnya tersenyum. Aku dengan sekuat tenaga mendorong tubuhnya agar menjauh namun dia masih tak bergerak

"Peluk nih peluuuuk"

Praaang!

Suara dari dapur! Aku buru-buru mendorong tubuh Stephen dan berlari kecil dibelakang

"Aaaaaaaakk" suara yang sepertinya berasal dari tivi memenuhi ruang tengah, seketika itu juga listrik padam yang membuat aku berdiri mematung tak bisa bergerak

"Steph-"

"Aku disini.." entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja dia telah berada disampingku, menggenggam tanganku erat, dan tangan lainnya memegang senter sebagai bantuan cahaya

"Meong.."

"Aaaaaaaaaa k-kuciiiing!" teriaknya kencang dan spontan menarikku menjauh dari dapur

Saat kami telah duduk kembali diruang tengah, terdengar seperti ada seseorang yang membuka pintu. Stephen mencoba menoleh kesamping, ketempat pintunya berada

Kulihat seseorang berambut panjang terurai bejalan menghampiri kami "Kalau aku mati diterkam hantu ini, kamu mau berjanji tidak akan pacaran dengan lelaki lain?" bisik Stephen pelan sambil terus menggenggam tanganku yang sudah dingin

Aku mengangguk mengiyakan dengan polosnya, hantu itu mendekat dan semakin mendekat "Kalian udah makan malam?" Ujarnya dan seketika itu juga listrik hidup kembali, baru saja aku ingin berteriak, ternyata itu mama! Astaga maafkan aku yang telah menyebutmu hantu, ma!

"Kenapa rambut mama urai gitu sih?" tanyaku jengkel

"Supaya keliatan mudanya dong.." balas mama sembari tertawa pelan

*

"Kamu bantu Dylan masak sebentar deh" pinta mama padaku saat kami bertiga –aku, mama, dan Stephen- duduk manis menunggu Dylan selesai masak, karena malam ini memang jadwal Dylan yang masak

"Nggak ah ma. 'Kan ini giliran Dylan"

"Lucy, manis dikit didepan Steph-"

"Biar aku aja yang bantu, Tante" potong Stephen sambil tersenyum

Mama mengangguk, tak lupa membalas senyumnya

"Stephen cocok kok sama kamu, mama setuju aja kalau kalian emang serius. Dan dia bakalan lebih hebat masak daripada istrinya" sindir mama enteng

Merasa tersinggung, aku beranjak dari tempat dudukku dan langsung ketempat Dylan dan Stephen yang sedang memasak

"Aku mau bantu juga" seruku tiba-tiba yang membuat Dylan terlalu banyak memasukkan garam kedalam masakannya

"Lo baru datang aja udah ngerusak masakan gue! Udah sana tuangin air putih aja" katanya sambil mengibas tangan pertanda mengusirku pergi

Aku mendengus kesal. Dengan berat hati, aku melangkah gontai mengambil teko putih diantara gelas-gelas yang ada. Namun aku menemukan sirup dibelakangnya "Coco pandan?" gumamku, aku mendengikkan bahu, langsung saja menuangnya sedikit ke teko

Tanpa melihat seberapa banyak sudah, ku campur dengan air panas lalu ku aduk hingga rata, kutambahkan sedikit es yang baru ku keluarkan dari kulkas. Daaan sirup coco pandan ala Lucy Adrianna selesai! Dengan sumringah aku kembali ke meja makan, ternyata mereka malah makan duluan!

"Apaan nih?" tanya Dylan, raut wajahnya kelihatan seperti curiga dengan yang aku bawa

"Sirup" jawabku pendek

Langsung saja dia mengambil gelas dan menuangkan sirup kedalamnya "Astaga!" serunya kuat

"Kenapa?" tanyaku penasaran. Belum diminum juga udah mau komplain?!

"Lo dapet sirup ini dari mana?" bukannya menjawab, dia malah bertanya balik sambil menatapku seolah..tak percaya?

"Dideket teko ini juga, kenapa sih?"

Dylan menyodorkan gelasnya padaku, "Astaga.." gumamku, memakai intonasi seperti yang Dylan gunakan tadi, bedanya suaraku lebih kecil satu oktaf darinya

Mama yang penasaran langsung mengambil gelas yang ku pegang "Ya ampun, banyak banget semutnya!" seru mama

"Kamu dapet dimana sih ini?" tanya mama kemudian

Aku nyengir "Ya dideket gelas-gelas sana ma" tunjukku ke tempat aku menemukan sirup yang penuh dengan semut ini

Saat ku melirik Stephen, dia hanya nyengir membalas tatapanku. Lalu mengambil gelas yang berisi sirup sialan itu dihadapan mama "Lucynya udah capek bikin, aku minum aja ya?" tanyanya polos

Aku terdiam kaku saat dia meneguk sedikit, mukanya berubah menjadi, err tak bisa ku definisikan, kemudian Stephen berdiri dan minta izin ke kamar

"Aku yakin umurnya tak lama lagi.." gumam Dylan yang terdengar olehku

"Kasihan ya Stephen dapet calon istri kaya Lucy" balas mama

Aku menatap mereka bergantian lalu meninggalkan meja makan menyusul Stephen

"Pen?" panggilku sembari mengetuk pintu kamarnya

"Pen? Are you okay?" seruku lagi dengan ketukan pintu yang lebih keras

"I'm fine. Aku udah ngantuk, sampai jumpa besok ya" balasnya dibalik pintu tanpa membukakan pintu untukku

Matilah aku!

Long Distance LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang