SEGMEN 10 - JEMBATAN MALAM

13 1 0
                                    

          Tetangga jauh Ratinah yang berada di seberang jembatan sungai gung, hendak mengadakan hajatan. 

Ketika Ratinah hendak menyiapakan dagangannya pagi itu, tiba-tiba wanita tua yang berumur sekitar 73 tahun datang menghampirinya.

Ia adalah 'undangan berjalan'. Di desa terpencil apabila ada seorang yang mengadakan hajatan dan ingin mengundang seluruh tetangganya, mereka biasa menyewa Nyai Lebrag. Ia adalah seorang membawa amanat berkeliling desa.

Jadi Undangan berbentuk kertas tidak dikenal di desa ini, sehingga mereka menyewa seseorang untuk mengundang satu persatu tetangganya.

"Ratinah... ada amanat dari Pak Juli." Ratinah dengan pakaian yang lusuh terlihat mengusap-usap badannya yang kotor, karena Nyai Lebrag yang sudah tua berpakaian bersih dan sopan.

Ternyata anaknya Pak Juli mau menikah, Ia adalah teman masa kecil si Siti, namun Siti sudah menikah tiga tahun yang lalu.

"Kapan acaranya?" tanya Ratinah.

"Minggu malam senin," jawab Nyai. Kemudian Nyai itu pergi ke rumah-rumah tetangga-tetangga yang lain.

Sukirman sekarang masih berada di sungai mencari batu seperti biasa, begitu nanti pulang, Ratinah ingin langsung memberitahukan suaminya tentang adanya hajatan yang harus di datangi.

Karena sistem hajatan di desa adalah seperti bergantian, jika kita tak datang pada saat tetangga kita sedang mengadakan hajatan, nanti pada saat kita mengadakan hajatan orang tersebut juga tidak akan datang.

Ratinah ingin menanyakan apakah dulu waktu Siti menikah keluarga Pak Juli datang?. Ia berbicara sendiri sambil menata meja dagagannya. 

Di ambilnya tikar yang sudah agak berlobang-lobang, dan langsung di hamparkan ke tanah. Debu-debu bertaburan kemana-mana. Untung saat itu angin tak berhembus ke arah dagangannya.

Jam sebelas tepat seperti biasa Sukirman pulang, Ia langsung meminta segelas teh karena merasa sangat haus sekali. 

Sukirman duduk di bawah pohon mangga dengan mengipas-kipaskan topinya, sambil menghisap rokok sejati.

Sungguh bersyukur sekali Sukirman. Hidup dengan kesederhanaan namun tak merasa kekurangan. 

Ratinah berjalan dari rumahnya menuju ke bawah pohon mangga sambil membawa makan siang untuk suaminya. 

Ia menanyakan seperti apa yang telah dipikirkannya tadi. Ia mengatakan dengan santai.

"Ohh.. pak Juli? waktu nikahannya si Siti dia datang kok bu...," ujar Sukirman.

Mendengar hal itu, Ratinah merasa tidak senang karena dengan adanya hajatan berarti uang hasil jualan tidak bisa untuk modal besok. Melainkan untuk mengisi amplop yang minimalnya saja harus sepuluh ribu.


*****


          Habis maghrib, Ratinah berdandan layaknya masih muda, Sukirman hanya memakai batik lusuh warna coklat dan sarung yang bermotif kotak-kotak coklat. 

Karena sepeda onthelnya tidak bisa untuk membonceng istrinya, terpaksa mereka jalan kaki dengan melewati jalan yang lumayan cukup gelap.

Mereka sampai di tepian sungai Gung, dengan jembatan yang terbuat dari kayu, tangan kurus Sukirman begitu gemetaran ketika harus melewati dan menggandeng istrinya. 

Sesampainya disana, Ratinah melihat pengantin baru dengan wajah takjub.

Ia hampir tak mengenali si Mira, Ia terlihat sangat cantik dan membuat pangling semua orang. Romlah Istri pak Juli langsung mengajak Ratinah masuk untuk sekadar ngobrol dan menikmati jamuan. 

Sukirman seperti biasa nongkrong dengan Pak Juli dan teman-temannya, mereka semua bercanda layaknya anak muda. 

Tak terasa sudah cukup malam, Sukirman langsung berteriak ke Istrinya supaya cepat pulang, teriakan Sukirman bergitu keras sehingga semua orang kaget. 

Karena sudah malam Sukirman memutuskan untuk memutar jalan, karena kalau melewati jembatan kayu malam-malam seperti ini bisa mengundang bahaya, pikirnya.

Lalu mereka berdua berjalan menyusuri sawah dan perkebunan pisang yang sangat sepi, tidak ada satupun rumah bahkan lampu penerang jalan. 

Ia ditemani sang istri dan sebuah lampu minyak tanah yang tua seperti umur mereka.

Mereka melewati bangunan tua yang baru-baru ini terkenal dengan cerita mistisnya, warga sekitar sering sekali melihat berbagai macam penampakan.

Ada yang pernah melihat penampakan secara langsung dan ada pula yang pernah kesurupan setelah melewati daerah itu.

Bangunan tua itu merupakan bekas pabrik gula yang dulunya dipakai untuk kerja paksa pada masa penjajahan Jepang. 

Menurut pendapat warga sekitar, bangunan tua itu mulai angker sejak ada acara televisi yang mencari aktivitas supranatural.

Dan sejak saat itu pula bangunan tua itu mulai menunjukan keangkerannya.

Sukirman merasa heran, ternyata jalan memutar ini tambah jauh dan bukannya tambah aman, melainkan tambah menyeramkan, mereka berjalan perlahan. 

Ratinah menggandeng tangan suaminya dengan erat dan terus berdzikir didalam hati, Ratinah merasa ingin sesekali melihat kearah bangunan tua itu.

"Nah, udah jangan macem-macem ini udah malem, jangan liat kesana...," ujar Sukirman.

"Iya tapi aku penasaran dengan bangunan itu mas," ujar Ratinah dengan suara nada rendahnya.

Tapi karena Ratinah terlalu penasaran dengan misteri yang ada di bangunan tua itu, dia menengok kearah bangunan tua itu.

Akhirnya dia pun melihat sosok yang sangat menakutkan berbadan besar hitam dengan rambut panjang berantakan, dan mata merah besar. Ratinah pun jatuh pingsan disaat itu juga.

"Innalillahi... Ratinah! Ya Allah sadar Nah!" Sukirman terpekik ketakutan.

Ia langsung menggunakan kedua tangan tuanya yang masih kuat untuk menggendong istri tercintanya itu menuju rumah. Lampu minyak tanahnya jatuh, Ia tak peduliakan hal itu.

---------- ---------- ---------- ---------- ---------

PENASARAN KAN DENGAN CERITA SELANJUTNYA?

SILAHKAN BACA AJA BAB SELANJUTNYA ^_^

Jangan lupa vote, comment & follow Aku yah, pasti langsung follback kok :D

NOTHING A WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang