Darah tinggi Sukirman semakin memburuk, mungkin memang karena usianya yang sudah menua.
Gejala darah tinggi memang tidak bisa dideteksi, sebab penyakit ini biasanya adalah faktor keturunan.
Sukirman sering mengeluh kepada istrinya karena Ia sering mengalami sakit kepala yang luar biasa, bahkan pada saat mencari batu di sungai, sakit kepalanya muncul.
Tenyata penyakit ini bukanlah penyakit biasa, penyakit ini bernama Vertigo, dimana penderita merasa kepalanya seperti diputar-putar dan sakitnya serasa mau pecah.
Darah tinggi adalah faktor utamanya, namun tak banyak juga Vertigo diderita oleh anak-anak.
Sekarang umurnya menginjak 76 tahun, tenaga yang dulu sekeras baja sudah menurun, Sukirman sering lemas, kerja di sungai pun begitu berat baginya.
Biasanya Sukirman bekerja dari jam depalan mulai ke sungai pulang jam sebelas berhasil mendapat sekitar 10 kg kerikil, namun sekarang hanya 4 kg saja.
Ia sempat berfikir untuk ganti pekerjaan, ia pernah bilang ke Ratinah supaya Sukirman tidak usah berangkat mencari batu, Ratinah setuju akan hal itu.
Ratinah memang istri yang baik sekali. Akan tetapi, Sukirman tidak tega kalau dirinya menganggur, Ia nekad tetap berangkat ke sungai setiap harinya.
Sepulang dari sungai Sukirman begitu sangat kelelahan wajahnya sangat pucat sekali, Ia roboh di depan warung istrinya.
Istrinya sebelumnya tak menyadari, Ia sedang melayani pelanggan dengan tangan yang masih mengulek sambal rujak langsung di lempar secara refleks, Ratinah berlari menuju suaminya yang roboh.
Keringatnya dingin, Sukirman tak bisa berkata apa-apa matanya terbuka dengan mulut menganga. Para tukang becak yang sedang mangkal langsung berlari dengan sigap.
Suasana warung saat itu sedang sepi. Ibu Rodiyah yang hendak membeli sontak langsung ketakutan histeris.
Pak Kadir salah satu teman Sukirman langsung mengangkat tubuh Sukirman ke becaknya, dengan bantuan warga yang lain.
Pak Kadir segera membawa Sukirman ke rumah sakit terdekat, karena Ratinah sangat takut masalah biaya.
Ia menyuruhnya untuk membawa di Rumah sakit Umum saja, RSU yang terjamin sangat jauh sekali karena berada di Kota Tegal.
Suasana sangat genting, karena menurut Pak Kadir tenaganya tidak sekuat kerbau, alhasil Pak Kadir tidak sanggup untuk membawanya menuju RSU Kardinah.
Ratinah menangis dan berteriak-teriak tanpa henti. Tiba-tiba Pak Rozak pulang dari kerjaannya dan mengetahui akan hal ini, Ia berniat untuk menelpon ambulan.
Karena di desa ini yang punya ponsel hanya beberapa saja, salah satunya adalah tetangga depan rumah Ratinah yang bekerja sebagai kuli panggul tepung.
Dengan badan yang masih putih karena tepung yang dibawanya, Ia berlari ke rumahnya untuk mengambil ponsel Sonny Ericson miliknya.
Kebetulan Ia tahu nomor telepon RSU Kardinah karena sering membaca koran, lalu Ia mencatat nomor itu dari Koran dan segera menelfon layanan gawat darurat RSU Kardinah.
"Ternyata Koran sangat bermanfaat yah, aku kira Cuma buat bungkus gorengan," kata Pak Rozak.
Ia yang tak pernah berlangganan koran, melainkan istrinya yang sering membeli koran kiloan untuk membungkus gorengan dagangannya.
Sambil menunggu ambulan datang, Sukirman di angkat dari becak dan dibawa masuk ke rumahnya pak Rozak.
Semuanya berfikir mungkin saja Sukirman hanya kelelahan sehingga ia pingsan.
Rozak pun berusaha menghibur Ratinah agar berhenti syok dan tenang, diberinya air putih, Ratinah langsung meminumnya segelas penuh sampai habis.
Ibu Mis saat ini belum mengetahui yang terjadi, karena sekarang Ia tengah berkeliling menjual gorengan.
---------- ---------- ---------- ---------- ---------
PENASARAN KAN DENGAN CERITA SELANJUTNYA?
SILAHKAN BACA AJA BAB SELANJUTNYA ^_^
Jangan lupa vote, comment & follow Aku yah, pasti langsung follback kok :D
KAMU SEDANG MEMBACA
NOTHING A WAY
ActionSebuah novel yang menceritakan tentang seorang Pemuda yang diiterpa ombak konflik kehidupan yang sangat deras pada hidupnya. Dan pada suatu hari... Mau tau kelanjutan ceritanya? Silahkan baca saja, pasti menarik kok ceritanya, harus siap...