Angin tertiup pelan membelai helai rambut (h/c).
Suara percikan air dari air mancur bambu yang telah penuh.
Suasana senja tampak seperti suasana pagi.
Tenang dan menyejukkan.
Di teras papan sebuah rumah bergaya tradisional, nampak seorang wanita dengan baju terusan maroon sederhana serta rambut sebahu yang dibiarkan tergerai begitu saja.
Wanita itu duduk bersandar pada salah satu tiang penyangga rumah.
Jemari lentik memainkan pucuk bunga oregano yang baru saja di petiknya. Tanpa sadar sebuah senyuman kecil terpantri di wajah cantik wanita itu. Seakan ia tengah bernostalgia mengingat memori masa lalu bersama sang bunga.
Tanpa disadari, netra hazel melirik wanita tersebut dari kejauhan.
Kuroo diam mematung di tempatnya berada.
Padahal seharusnya ia datang dan menyapa wanita tersebut seperti yang biasa mereka lakukan semasa kuliah.
Tetapi entah karena apa kakinya mendadak sulit untuk melangkah, hati pria itu terasa pedih melihat sosok sahabat masa lalunya.
(Full Name)...
Sosoknya begitu cantik dan elegan.
Siapapun pasti tak akan pernah menyangka pengalaman seperti apa yang baru saja menimpa wanita tersebut.
Siapapun termasuk Kuroo sendiri.
Pemuda tersebut sama sekali tidak menyangka bahwa pasien pertama yang harus ia tangani di Jepang adalah sahabat sekaligus cinta pertamanya sendiri.
Kaki ingin berbalik pergi, Kuroo tidak sanggup.
Tetapi tak lama bayangan ibu sang wanita hinggap dipikirannya.
'Tolong temani (Name), ia benar-benar membutuhkanmu di sisinya. Setidaknya untuk kali ini saja Kuroo-san.'
Kuroo memenjamkan mata, menghela napas sejenak. Tiba-tiba wajahnya merasakan percikan air yang jatuh dari langit.
Netra terbuka perlahan, telapak tangan di angkat untuk merasakan bulir-bulir gerimis kecil yang jatuh di kala senja itu.
Awalnya agak pelan namun lama-lama gerimis tersebut semakin cepat.
Kuroo berbalik, sosok (Name) masih duduk disana. Tersenyum lembut dan asik bernostalgia bersama oregano. Tidak mempedulikan gerimis lebat yang terpercik membasahi bajunya.
Saat kaki hendak melangkah menghampiri sosok wanita tersebut, namun di dahului oleh kemunculan seorang wanita tua yang datang dari dalam rumah.
Wanita tua itu tampak berbicara sebentar dengan (Name), lalu kemudian mereka berdua berdiri dan masuk kedalam rumah.
Menghela napas. Kaki tidak jadi melangkah. Netra hazel masih menatap pintu geser yang tertutup.
Kuroo sama sekali tidak peduli mengenai germis yang kini tengah berorientasi menampilkan bulir air yang lebih besar dan menjadi hujan sepenuhnya.
Satu-satunya yang memenuhi alam pikiran adalah sebuah perasaan menyesal dan beragam perasaan pahit lainnya.
Kuroo selalu berdoa semoga ini hanyalah mimpi.
Tetapi ini bukanlah mimpi.
Tak pernah disangka (Name) bisa mengalami sederet kejadian tak mengenakan selama ia berada di Roma.
Wanita yang telah dianggapnya bahagia ternyata tidak sebahagia yang ia kira.
Kuroo menyesal.
Tetapi Sesuatu yang telah terjadi tak mungkin bisa diulang dan diperbaiki kembali.
Kau tak akan pernah bisa memutar balik waktu.
Yang menyesal akan tetap menyesal dan yang telah terjadi tetap akan seperti itu.
Hanya saja Kau perlu meminta sedikit keajaiban dan kesempatan untuk bisa menemukan kembali sebuah cahaya harapan.
Dan Kuroo tengah berusaha mewujudkan dan mencari cahaya tersebut untuk (Full Name).
.
.
.
.
[To be continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE ❄️ || Kuroo Tetsurou
Fanfiction(Name) selalu berdoa semoga Akashi kembali... Sedangkan Kuroo selalu berdoa semoga (Name) kembali... © Haikyuu by Haruichi Furudate (slight crossover © KNB by Tadatoshi Fujimaki )