THREE

1.7K 293 30
                                    



Gaun putih beserta hiasan rambut berupa tiara bak tuan putri.

Jas hitam yang dengan mawar putih yang terselip di dada.

Sebuket mawar putih beserta beberapa tangkai oregano yang dihias pita berenda.

Sorak sorai dari beberapa tamu undangan menghiasi suasana penuh suka cita tersebut.

Bahkan alam pun ikut merasakan suasana bahagia, udara begitu hangat dan bunga-bunga di taman mekar dengan sempurna.

Seorang wanita dengan gaun pengantin yang didominasi warna putih tersenyum bahagia bersama pria yang kini menjadi suaminya.

Mereka adalah pasangan yang sempurna, semua orang tidak bisa menyangkal fakta tersebut.

Musik jazz yang mengalun tenang, sebuket bunga dilemparkan sang pengantin wanita kepada sekelompok tamu undangan yang telah menanti.

Manik hazel hanya bisa tersenyum menatap buket bunga yang terlempar, beberapa wanita disekitarnya berebutan untuk meraih bunga tersebut.

Namun secara tiba-tiba buket bunga melaju jatuh tepat kearahnya, pria itu kelabakan. Tangan pun terulur untuk menangkap mawar putih tersebut. Namun secara tidak terduga sang buket malah terjatuh tepat di uluran tangan seorang wanita berambut musim semi yang berdiri di sampingnya.

Tersenyum kecut, mungkin hari ini memang bukan hari keberuntungannya. Kuroo pun ikut mengucapkan selamat kepada wanita yang telah mendapatkan buket bunga pengantin tersebut.

Netra hazel kembali menoleh kepada sepasang pengantin yang menjadi bintang utama.

Mereka tampak bahagia dan sangat serasi sekali.

Kuroo tersenyum tulus menatap wajah bahagia sang pengantin wanita. Manik hazel pun kembali menatap wajah sang pengantin pria yang rupawan.

'Semoga kalian Bahagia....'

.

.

.

.

***

"Sudah selesai."

"Bagaimana Tetsurou?"

"Tenang saja, hari ini tekanan darahmu normal."

Kuroo melepaskan sfigmomanometer dari lengan (Name). Selagi pemuda itu membereskan beberapa peralatan (Name) mulai melontarkan sebuah pertanyaan.

"Ehm Tetsurou apa Kau ingat?"

Manik (e/c) menatap sang pria yang tengah memasang wajah serius.

"Soal apa?"

"Masa-masa muda kita."

"Tentu saja, aku ingat kalau Kau itu dulunya gadis yang manis."

Wajah (Name) tiba-tiba bersemu merah mendengar penuturan asal-asalan --namun juga jujur—dari Kuroo.

"Tapi bar-bar."

Wajah yang bersemu pun berubah menjadi ekspresi cemberut.

"Kau tidak berubah yah, tetap saja menyebalkan seperti dulu."

"Hee," Kuroo menunjuk dirinya sendiri, ekspresi polos dan merasa tidak adil dikeluarkan.

"Aku ini anak yang baik, dulu maupun sekarang."

Sang wanita membalas dengan ekspresi manyun nan meremehkan.

"Mana ada orang baik yang pernah membuat dua orang gadis menangis gara-gara sifat playermu."

"(Name) bisakah Kau tidak mengungkit masa laluku yang kelam itu."

"Tidak, Kau dulu adalah pria yang bejad Tetsurou. Akuilah,"

"Tetapi sekarang aku sudah jadi pria baik dan dewasa."

"Tidak, Kau masih tetap menyebalkan."

"Kapan aku bersikap begitu?!"

"Baru saja."

Kuroo mengeram kesal, namun tak lama manik hazel mengerjap kebingungan. Spontan pemuda itu menatap sang lawan bicara yang tengah tersenyum menahan tawa.

Aneh sekali

Mereka bisa mengobrol seperti biasa

Tetapi kenapa rasanya tetap aneh?

Saat-saat dimana mereka mengobrol biasa mengingat masa lalu.

Saat-saat dimana mereka saling melontarkan ejekan seperti yang dahulu pernah mereka lakukan.

Kuroo selalu merindukan sekaligus menantikannya.

Setidaknya pemuda itu berharap semoga waktu berhenti tepat di saat seperti ini saja.

***

.

.

.

[To be continued]

HOPE ❄️ || Kuroo TetsurouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang