Sebuah apartemen mewah.
Dapur bergaya minimalis.
Siulan kecil seorang wanita.
Wangi bacon dan telur yang baru saja digoreng.
Suara dentingan pada mesin pemanggang roti.
Teko yang mendidih.
Wanita itu mengambil potongan roti yang telah dipanggang, meletakkan pada piring dan menyusunnya di meja makan.
Telur dan bacon pun tak lupa di sajikan pada piring putih.
Dua buah gelas diisi dengan susu hangat
"(Name)," suara bariton yang lembut menyusupi indera pendengaran wanita yang tengah sibuk menata sarapan tersebut.
"Selamat pagi Sei," wanita itu tersenyum menyambut kehadiran sang suami.
"Luar biasa, Kau yang menyiapkan ini semua?" Akashi tersenyum memuji hasil kerja istrinya.
"Tentu saja, aku kan istrimu," (Name) tersenyum jenaka, sebelum akhirnya meminta Akashi duduk dan menyantap sarapan bersama.
.
.
.
Hangat
Penuh tawa dan senyuman
(Name) bahagia telah menjadi bagian dari hidup Akashi
Begitu pula sebaliknya
Dan kebahagian ini akan lengkap setelah anak pertama mereka lahir
.
.
.
"Sei, kapan keberangkatanmu ke London?" (Name) membuka konservasi sembari meminum susunya.
Akashi mengoleskan selai pada roti, "Besok pagi,"
Desah resah begitu kentara di keluarkan oleh sang istri, "Aku benar-benar tidak boleh ikut yah?"
Akashi tersenyum menanggapi rengekan sang istri, "Tidak, Kau harus tetap di sini dan menjaga bayi kita."
Wajah wanita itu memerah, perut yang baru berisi janin dua bulan pun dielus pelan.
"Kapan Kau pulang Sei?"
"Secepatnya sayang."
"Kapan?" pertanyaan yang sama kembali dilontarkan.
"Paling cepat mungkin bulan depan."
"Itu lama," bibir merah muda di manyunkan. Akashi menjadi gemas memperhatikan tingkah istrinya.
"Sabarlah sayang, aku pasti pulang kok," tangan sang suami pun terulur untuk mengacak-acak rambut (h/c) milik sang istri.
Namun (Name) masih manyun, begitu kentara ketidak relaannya membiarkan sang suami pergi.
"Karena itu tolong tunggu aku yah," Akashi melanjutkan kalimatnya, (Name) hanya mengangguk pelan.
"Berjanjilah Kau akan segera pulang jika urusan disana sudah selesai."
"Tentu saja, aku berjanji."
"Dan jangan melirik gadis-gadis cantik disana."
"Untuk apa aku melirik mereka padahal aku sudah punya bidadari disini."
Dan sang istri pun tersenyum puas, sesekali juga memerah gara-gara gombalan kuno Akashi.
.
.
Tetaplah seperti ini, aku mohon
.
.
.
***
.
.
.
.
Pedesaan kecil di Kyoto.
Bukit kecil di pinggir desa.
Sebuah kebun buah kesemek.
Maple yang berguguran.
Manik (e/c) mengerjap tanpa sadar saat mengetahui ada seseorang yang terus-terusan memanggil namanya.
Kepala pun menoleh dengan cepat, didapati wajah seorang pria yang merupakan dokter sekaligus sahabatnya.
Hal pertama yang di lakukannya adalah mengulas sebuah senyuman.
"Apa yang Kau pikirkan?" Kuroo meluruskan kedua kakinya, menatap pemandangan langit musim gugur.
Tanpa sadar (Name) juga ikut meluruskan kakinya, "Aku hanya teringat beberapa kenangan manis."
"Akashi lagi?"
Yang ditanya hanya memasang cengiran.
"Ayo kembali, sebentar lagi makan siang," Kuroo berdiri dari duduknya, satu tangan terulur untuk membantu (Name) bangkit.
"Oh," manik hazel terpaku pada sebuah objek di langit, karena penasaran (Name) pun juga ikut mendongak.
"Kalau dari sini pesawatnya cukup dekat juga yah," Kuroo menatap sebuah pesawat yang baru saja terbang memotong langit.
"Tentu saja di dekat sini kan ada bandara," pria itu merasa bodoh sendiri. Berpikir bahwa sebentar lagi (Name) pasti akan mentertawakannya.
Namun dugaan Kuroo salah.
Sama sekali tidak ada tanggapan pihak yang bersangkutan.
"Hey (Name)."
Tidak ada respon yang berarti.
"(Name) Kau baik-baik saja?" tubuh menunduk berusaha menangkap ekspresi (Name). Netra hazel membulat saat menyadari bahwa wanita itu dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
Tubuh (Name) bergetar hebat, tanpa sadar bagian bawah bibir mulai digigit. Berusaha bersuara menyebut nama seseorang dengan terbata-bata.
"S-sei ...."
.
.
.
.
[To be Continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE ❄️ || Kuroo Tetsurou
Fiksi Penggemar(Name) selalu berdoa semoga Akashi kembali... Sedangkan Kuroo selalu berdoa semoga (Name) kembali... © Haikyuu by Haruichi Furudate (slight crossover © KNB by Tadatoshi Fujimaki )