TEN

1K 209 16
                                    


Beberapa tahun yang lalu...


Jalan setapak yang sepi dengan pejalan kaki

Sisi jalanan yang hanya di isi oleh pohon sakura yang bermekaran.

Lampu jalan dengan cahaya putih

Sneakers hitam menghantam genangan air, seorang pemuda berambut raven berlari menembus kegelapan malam yang dihiasi sakura.

Ini malam terakhirnya.

Kesempatan terakhirnya.

Sebuah amplop berisi surat yang sudah ditulis dan didiamkan selama 12 jam diamankan pada kantong jaket kulit.

Kaki berlari menyusuri rumah demi rumah, napas memburu. Seolah tengah mengejar sesuatu sebelum benar-benar terlambat.

Kuroo merasa tidak yakin dengan dirinya sendiri.

Berjudi dengan waktu bukanlah keahliannya.

Sebuah rumah dengan pagar berwarna biru telah ada di depan mata, hati terasa lega namun perasaan itu hanya terjadi sesaat.

Kaki yang berlari mendadak berhenti. Sahabat masa kecil yang ia yakini sebagai cinta pertama tengah berdiri lima meter di depannya.

(Full Name.)

Tetapi gadis itu tidak sendiri.

Meski hanya nampak dari samping, Kuroo bisa mengenali siapa pria yang tengah berdiri sembari tersenyum senang di hadapan sang sahabat.

Dua insan yang tengah bahagia itu sama sekali tidak menyadari kehadiran seseorang yang baru saja kehilangan harapan.

Wajah lelah perlahan berubah muram.

Dan semakin muram saat ia melihat (Name) yang berjinjit mencium bibir sang sang pria.

Amplop di remas kuat hingga lecek.

Batin Kuroo tertawa miris, pemuda itu berbalik pergi tidak mau mengganggu moment indah kedua insan tersebut.

Konyol sekali untuk apa ia kesini?

Untuk apa ia menulis sebuah surat?

Bukankah dari awal ia tahu bahwa (Name) memang menyukai Akashi.

Apalagi yang ia harapkan?

Kenapa ia bisa jadi sepengecut ini saat berhadapan dengan perasaannya pada (Name)?

Apakah ini yang dinamakan sebuah karma?

Karma atas sikap playernya selama ini.

Entahlah Kuroo sama sekali tidak mengerti.

Satu-satunya yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah berlari sepanjang malam menyusuri jalanan kota hingga staminanya benar-benar habis.

.

.

.

.

***

Kotak Kayu berukuran sedang diambil dan diletakkan dengan pelan diatas meja.

Atensi (Name) kini tengah berubah pada kotak kayu berpenampilan tidak asing tersebut.

Apakah benda ini sudah lama berada dipojok kamar?

Jika memang benar begitu, berarti memang kesalahan (Name) yang selama ini tidak begitu memperhatikan pemandangan sekitarnya.

Namun (Name) sama sekali tidak tahu. Bahwa sebenarnya, beberapa waktu yang lalu Masaomi lah yang meletakkan kotak tersebut.

Jemari pun membuka penutup kotak yang masih cukup bersih dari debu. Manik (e/c) seakan berbinar menatap isi kotak, tanpa sadar sebuah senyuman terpantri. (Name) lupa bahwa ia tengah bersedih.

Benda-benda yang menghuni kotak pun dikeluarkan satu persatu oleh wanita itu.

Sebuah potret seorang wanita cantik, Akashi Shiori.

Sebuah potret keluarga dengan sang istri yang menggendong bayi berambut merah.

Sebuah potret wanita berambut (h/c) yang masih mengenakan seragam SMA.

"Sei..." (Name) tersadar kala tangannya menggenggam sebuah bollpoint hitam.

'Bukankah ini semua barang-barang yang ada di meja kerjamu?'

Ditengah kepala berusaha berpikir dan memproses kejadian kali ini, manik (e/c) pun terpaku pada sebuah benda kotak tipis dengan case yang berwarna rose gold.

Aneh sekali, padahal dulu ia sempat membantingnya hingga rusak.

Dengan cepat (Name) meraih handphone miliknya tersebut. Benda itu tampak mulus tanpa lecet sedikitpun.

Siapa yang memperbaikinya?

Secara otomatis tangan (Name) pun menghindupkan tombol power pada ponselnya. Tak perlu menunggu waktu lama hingga layar home bersama beberapa notifikasi ditampilkan.

Tatapan datar memperhatikan layar ponsel yang terus berbunyi kini berubah.

Pupil mata membesar kala melihat sebuah pesan suara masuk yang dikirim dari satu nama.

Akashi Seijuro.

Tubuh wanita itu pun mulai bergetar tanpa diminta.

.

.

.

.

[To be Continued]

HOPE ❄️ || Kuroo TetsurouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang