TWELVE

994 212 4
                                    


Lampu taman menyala samar.

Pepohonan yang telah menggugurkan daunnya.

Lantai kayu yang mengeluarkan suara berderit kala diinjak.

Kuroo duduk diam di depan teras kamarnya sendiri.

Begitu banyak hal yang dipikirkan oleh pemuda itu.

Perasaannya, perasaan (Name), maupun perasaan Akashi.

Ah seandainya ia bisa kembali kemasa lalu.

Masa ketika mereka bertiga masih bisa bersama.

Masa ketika ia bisa bersaing dan meledek Akashi.

Masa dimana Akashi akan membalas ucapannya dengan sarkas.

Masa dimana mereka berdua bekerja sama untuk melindungi dan membuat (Name) senang.

Ditengah kesibukan mengorek masa lalu dan penyesalan, setitik benda putih dingin menyentuh permukaan kulit tangan sang Dokter.

Kuroo mendongak menatap langit.

Manik hazel membulat kala menatap butir salju yang perlahan jatuh ke bumi.

Tersenyum kecil menyambut kehadiran salju pertama.

Sudah berapa lama ia berada di sini bersama (Name)?

Ah waktu berlalu begitu cepat.

***

.

.

Kamar yang gelap tanpa penerangan

Samar cahaya lampu teras berasal dari celah pintu yang sedikit terbuka.

Ponsel yang masih menyala memutar rekaman yang sama berulang kali.

Seorang wanita duduk memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya.

Mendengar dan terus mendengar suara yang amat dirindukan tersebut.

Meski hanya melalui ponsel.

Itu sudah lebih dari cukup.

Tanpa disadari sebuah cahaya keemasan masuk kekamar melalui cahaya pintu.

Seekor kunang-kunang datang menghampiri (Name).

Seolah hendak menghibur dan memenainya.

(Name) mengangkat kepalanya, manik (e/c) menatap serangga yang bercahaya tersebut.

Kunang-kunang di musim dingin?

Aneh sekali.

"Siapa Kau?" Sebuah pertanyaan di lontarkan. Sang serangga hanya terbang berputar.

"Apa Kau dikirim oleh Sei?" (Name) kembali bertanya, tetapi secara tidak terduga kunang-kunang itu malah terbang menjauh.

Tanpa sadar (Name) membulatkan mulutnya, Wanita itu bangkit dan mengikuti sang serangga yang telah terbang keluar melalui celah pintu.

***

.

.

"Tunggu!"

Kaki dengan balutan kaos kaki abu-abu berjalan menyusuri taman hingga menuju gerbang.

Manik (e/c) mengawasi tanpa henti kunang-kunang yang telah singgah di kamarnya tersebut.

Tidak peduli akan hawa dingin yang menusuk kulit.

Tidak peduli akan butir salju putih yang menghiasi rambutnya

Kunang-kunang terbang keluar gerbang, (Name) berlari mengejarnya hingga menuju pintu gerbang.

Namun baru selangkah keluar melewati gerbang, seseorang menarik tubuh wanita itu.

Menoleh cepat, didapati manik hazel yang menatap kebingungan.

"Apa yang Kau lakukan?" Tanya Kuroo.

"Lepaskan aku!"

Kuroo memperkuat pegangannya pada lengan (Name), "Ayo masuk."

"Tidak, kunang-kunang itu... Ia pasti sedang berusaha menunjukkan jalan padaku!" tutur (Name).

"Jalan kemana?" Sang Dokter kembali bertanya.

"Menemui Sei," wanita itu menjawab lirih.

Tak lama setelah itu, (Name) merasa tubuhnya diangkat.

"Hei! Tetsurou! Ap- apa yang Kau lakukan? Lepaskan aku!" Wanita itu berusaha memberontak.

Kuroo hanya diam, pemuda itu tetap menggendong (Name) dan berjalan membawanya masuk kembali kedalam rumah.

'Hentikan omong kosong ini!'

'Kenapa kita berdua bisa begitu menderita?'

.

.

.

***

[To be Continued]


HOPE ❄️ || Kuroo TetsurouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang