NINE

1K 208 41
                                    


"Apa menurutmu Sei akan kembali?"

Satu pertanyaan yang membuat orang-orang enggan untuk menjawab 'tidak'. Kuroo sadar jika ia menjawat 'tidak' maka itu hanya akan memperburuk suasana hati (Name).

Tetapi orang yang sudah mati tidak akan mungkin kembali bukan?

Lalu haruskah Kuroo kembali berbohong?

Kembali melukai dirinya sendiri?

Kembali memberikan harapan palsu pada (Name)?

Wanita itu sudah cukup menerima harapan palsu dari Akashi Seijuro.

Dari orang-orang yang menjawab 'Ya'.

Menghela napas, Kuroo akhirnya menjawab pertanyaan tersebut.

"Maaf, aku rasa kali ini Akashi tidak akan pernah kembali,"

Manik hazel tidak berani melirik sang Sahabat yang tengah menampakkan ekspresi datar.

"Kenapa Kau bisa seyakin itu Tetsurou?" tanpa di duga (Name) kembali bertanya.

"Karena dia tidak bisa kembali walaupun dia ingin," Kuroo akhirnya memberanikan diri untuk menatap manik (e/c) secara langsung.

Bisa terdengar napas (Name) yang mulai memburu "Tetapi dia Akashi Sei-"

"Dan dia juga manusia," Kuroo dengan cepat memotong ucapan wanita itu. Manik (e/c) membulat tidak percaya, air mata kembali mengalir tanpa di minta.

"Tetsurou, kenapa Kau-"

"Dia juga manusia (Name), seperti manusia lainnya ia juga bisa meninggal kare-"

"TIDAK HENTIKAN ITU!" (Name) memekik histeris memotong ucapan Kuroo. Kedua tangan menutup telinga seolah enggan untuk mendengar lanjutan kata-kata tersebut.

Bagian bawah bibir digigit pelan, manik hazel menatap sedih sang sahabat.

"Sadarlah (Name), ini sudah satu tahun,"

"TIDAK!" (Name) membentak penuh emosi

"Akashi sudah tidak ada lagi," Entah karena apa, Kuroo masih ingin terus melanjutkan perkataannya.

"Hentikan..." kali ini nada suara (Name) terdengar lirih dan putus asa.

Kuroo berdiri dari duduknya, pemuda itu menunduk dalam sembari menatap (Name) "Kau belum pernah sekalipun mengunjungi makamnya,"

PLAK

Netra Hazel membulat kaget, pipinya tiba-tiba terasa perih dan meninggalkan bekas merah.

Mendapat tamparan dari wanita sudah biasa sudah menjadi hal lumrah baginya sejak SMA. Pemuda itu sudah cukup kebal menerima semua tamparan yang kebanyakan berasal dari para mantan-mantannya.

Tetapi ini pertama kalinya.

Ia mendapatkan tamparan dari seorang (Name).

Entah kenapa yang ini rasanya sakit sekali.

Kepala dengan rambut (e/c) mendongak dan menatap tajam sang Dokter.

"Hentikan omong kosong ini, Sei masih HIDUP dan dia sedang berada di London karena urusan pekerjaan!" setelah menyelesaikan kalimatnya, (Name) pun bangkit dan meninggalkan Kuroo seorang diri.

Sang Dokter hanya bisa menghela napas kala mendengar bunyi pintu geser yang ditutup dengan kasar. Ada sedikit perasaan menyesal yang tertanam dalam hati, tetapi di sisi lain ada pula perasaan lega yang di rasakan oleh pemuda itu.

Aneh sekali, kenapa ia bisa merasa selega ini?

Apakah karena ia telah berkata jujur?

.

.

***

Pintu ditutup dengan kasar sehingga menimbulkan suara yang cukup keras.

(Full Name) jatuh terduduk lemas di depan pintu. Air mata masih mengalir namun kali ini lebih deras dari sebelumnya. Jepit rambut peony ditarik kasar dari rambut dan di lemparkan begitu saja.

'Dia masih hidup,'

'dia masih hidup,'

'dia masih hidup,'

'tiga bulan yang lalu kami sarapan bersama,'

'iya, ini belum lewat satu tahun, ini baru lewat tiga bulan.'

Batin (Name) terus berusaha menenangkan dirinya sendiri. Kedua telapak tangan menutup mulut, berusaha untuk tidak terisak. Wanita itu sadar kalau Kuroo masih ada di depan pintu.

'Kau akan kembali bukan Sei?'

Tanpa sadar manik (e/c) menangkap pemdangan sebuah kotak kayu berukuran sedang di pojok kamar.

'Kapan benda itu ada di sana?'

.

.

***

[To be continued]

HOPE ❄️ || Kuroo TetsurouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang