"(Name).."
"(Name)..."
"(Name)!"
.
.
(Name) tersentak kala earphone yang terpasang pada telinga dicabut secara paksa oleh seseorang. Gadis itu melirik kesal kearah samping. Alunan lagu indah yang didengarnya harus terhenti gara-gara perbuatan sang kekasih.
"Sei!"
"Kau mengabaikanku," Akashi masih menatap datar wanita di tengah memanyunkan bibir tersebut. Pemuda itu hanya duduk sembil bertopang dagu.
"Jangan ganggu aku," (Name) merebut earphone dari tangan Akashi, lalu memasang kembali pada kedua sisi telinganya.
"Lagu apa yang Kau dengar sampai berani mengabaikanku?" Akashi malah menarik sebelah earphone dan memasang benda tersebut pada telinganya.
Sekarang mereka sedang berbagi earphone.
(Name) tersenyum menatap raut penasaran yang ditampilkan sang kekasih, gadis itu menekan tombol play pada ponselnya.
"Aku sangat menyukainya, lagu ini sangat romantis," jelas gadis itu.
"Hm...," Akashi mendengarkan dengan seksama.
"Benar kan?" (Name) berseru antusias.
"Ah! Senadainya saja ada pria yang mau menyanyikan lagu ini untukku," Gadis itu menutup kedua matanya seperti tengah berangan-angan. Sekali-kali kelopak mata terbuka sedikit melirik respon Akashi.
"Aku tidak suka lagu yang membuat kekasihku sampai mengabaikanku," Akashi melepaskan earphone dari telinganya.
"Hey!" (Name) cemberut, sudah jelas sekali kalau Akashi tengah menolak kode darinya.
Akashi hanya tersenyum tipis, "Lebih baik Kau mendengarkan permainan biolaku dari pada mendengar lagu ini."
.
.
.
.
***
.
.
.
.
.
KEPANIKAN.
Kepanikan melanda seluruh penumpang dan awak salah satu pesawat yang berasal dari bandara internasional.
Ketinggian... entah sudah berapa ribu kaki.
Isak tangis anak kecil, orang tua, dan wanita.
Ditengah suasana panik tersebut, seseorang mencoba menarik dan menghela napas dalam. Akashi berusaha bersikap tenang dengan mengisi rongga dadanya dengan pasukan udara.
Namun tangan yang gemetar memegang ponsel tidak bisa menyembunyikan rasa ketakutannya tersebut.
Pria itu menekan sebentar tombol power pada ponsel yang masih terhubung wifi pesawat tersebut. Membuka aplikasi chat, lalu kemudian berusaha mengirim sebuah file rekaman suara kepada seseorang.
Rekaman suara yang sudah lama ia simpan namun terlalu malu untuk menunjukkannya pada wanita itu.
Bagi Akashi, mungkin ini adalah kesempatan terakhir baginya untuk mengirim pesan suara tersebut.
Sepatah kata pun juga ikut dikirim seolah mewakilkan perasaannya saat ini.
Maaf
.
.
.
.
.
.
.
The gentle breeze of fate slowly you and I.
Memories i've never seen somehow they make me cry.
Ponsel terjatuh begitu saja, tubuh (Name) tertunduk. Setitik air mata mulai membasahi lantai kayu.
Suara itu.
Lagu yang sedang dinyanyikan itu.
Soon the storm will pass and rainbow will fill the air.
Makes ya' think... "The sky's so clear! Was something ever there?
Wanita tidak kuasa menahan isak tangisnya, mulut ditutup dengan telapak tangan. Wajah cantik kini mulai bersibah dengan air mata. Lagu masih terus mengalun. Suara berat yang amat dirindukan memasuki indra pendengaran milik (Name).
Apakah ini mimpi?
Pesan suara yang dikirin satu tahun yang lalu akhirnya di buka oleh si penerima.
(Name) akhirnya mengeluarkan isak tangisnya. Bibir gemetar memanggil-manggil nama sang penyanyi.
"Sei, Sei, Sei."
Terdengar pilu.
Seolah wanita itu tengah menghempaskan dan mengeluarkan segala kerinduan serta rasa frustasi di hati.
Rangkaian camelia putih.
Sebuah pigura kecil berisi photo pernikahan.
Keranjang rotan yang berisi benang dan rajutan syal merah yang telah selesai.
Semua barang-barang di kamar itu seolah diam membeku dan ikut mendengarkan.
Merdengar tangisan sumbang yang ikut menemani suara berat pria yang tengah bernyanyi tersebut.
.
.
***
[To be Continued]
Oke Sei bagianmu sudah selesai *usir Akashi*
/Dilempar gunting/
/Sembunyi dibalik punggung Maz Kuroo/
/apadah/
Jangan bosan dulu yah :''
See ya! :3
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE ❄️ || Kuroo Tetsurou
Fanfic(Name) selalu berdoa semoga Akashi kembali... Sedangkan Kuroo selalu berdoa semoga (Name) kembali... © Haikyuu by Haruichi Furudate (slight crossover © KNB by Tadatoshi Fujimaki )