"S-sei ...," suara itu terdengar terbata-bata, tubuh (Name) bergetar hebat disertai napas yang mulai memburu.
Sebagai seorang dokter Kuroo tentu sadar dengan sesuatu yang tidak beres ini.
"(Name) ayo kembali, disini tidak ada Akashi," bahu gadis itu dipegang lembut untuk mengurangi getaran, namun secara tidak terduga (Name) menepisnya dengan kasar.
"Sei... Sei... tidak. Jangan. Kau tidak boleh pergi," air mata tanpa sadar mengalir melewati pipi, kaki jenjang terus melangkah cepat seakan hendak menyusul pesawat yang telah melaju jauh.
"(NAME)!"
Tubuh (Name) terjungkal kebelakang, Kuroo menarik tangannya untuk menjauh.
"HENTIKAN! AKU HARUS MENYELAMATKAN SEI!" Bentakan itu terdengar sangat frustasi sekali, wajah cantik kini memerah dan bersimbah air mata.
"(Name) tenanglah, di depanmu itu jurang," Kuroo berusaha menarik (Name) untuk menjauh meninggalkan bukit.
"Tidak Tetsurou, aku mohon... aku harus menyelamatkan... aku mohon! SEI!!" (Name) memekik histeris, tangisan wanita itu seakan menggema memenuhi alam.
"Aku mohon (Name) tenanglah!"
"TIDAK!"
"(Name)!"
Kuroo mengunci tubuh (Name), netra (e/c) dipaksa untuk menatap manik hazel miliknya. Perasaan perih mulai berkecamuk kala Kuroo menatap wajah gadis itu.
Pancaran kebahagiaan telah menghilang entah kemana.
Tergantikan dengan raut kesedihan dan putus asa.
"Akashi tidak ada disini! Sadarlah!"
Wanita itu menggeleng kuat, kedua tangan ditangkupkan diwajah sembari berteriak histeris sampai akhirnya pingsan.
'Separah itukah?'
'Segitu cintanya Kau dengan Akashi?'
Batin sang dokter terus mencaci maki pemuda yang menjadi sumber kesedihan (Name). Saat ini dirinya tengah dilanda panik yang luar biasa. Mengajak (Name) jalan-jalan tidak seharusnya ia lakukan tadi jika tau akhirnya akan seperti ini.
"Kuroo-san!"
Kepala mendongak, menatap sosok pemuda berambut abu-abu yang berlari mendekatinya.
Tepat waktu!
"Apa yang terjadi? Aku mendengar suara teriakan," Pemuda itu menghampiri Kuroo dengan napas terengah-engah.
"Eh nona?" mata pemuda itu membulat saat menyadari keberadaan (Name) digendongan Kuroo. Begitu kentara ekspresi kebingungan yang di perlihatkannya
"Sugawara tolong bantu aku."
.
.
.
***
.
.
.
Cangkir teh yang dibanting kuat berubah wujud menjadi beberapa serpihan kecil.
Rangkaian camelia putih yang mengering di pojok ruangan menjadi saksi bisu kekacauan yang terjadi.
Teriakan ingin keluar.
Satu nama yang terus menerus dipanggil.
Tangisan pilu.
Hentakan kaki pada lantai kayu.
Beberapa orang memaksa menidurkan wanita yang menjadi sumber kekacauan tersebut.
Pedih yang Kuroo rasakan. Jarum suntik berisi obat penenang yang menembus lengan sang sahabat seakan ikut menghujam dadanya.
Bayangan manis dan ceria seorang gadis dengan seragam SMA perlahan memudar di alam pikiran pria itu.
'Bodoh! Dasar bodoh!'
'Kau benar-benar pria yang bodoh!'
'kebaradaanmu hanya memperparah suasana saja!'
Perasaan menyesal dan bersalah menghantui Kuroo, ditatapnya wajah yang tengah tertidur dengan damai tersebut.
Bekas air mata yang mengering masih terlihat di pipi (Name).
Jari ingin menyentuh kulit pipi sang wanita, namun niat tersebut diurungkan saat pintu geser tiba-tiba terbuka menampilkan sosok renta seorang wanita tua pengurus rumah.
"Tuan Dokter, ada seseorang yang ingin berbicara denganmu."
"Siapa?"
"Tuan Akashi-sama."
.
.
.
.
[To be Continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE ❄️ || Kuroo Tetsurou
Fanfic(Name) selalu berdoa semoga Akashi kembali... Sedangkan Kuroo selalu berdoa semoga (Name) kembali... © Haikyuu by Haruichi Furudate (slight crossover © KNB by Tadatoshi Fujimaki )