Bagian Lima

755K 59.8K 3.2K
                                        

Bella mengerjapkan matanya berkali-kali untuk beradaptasi dengan cahaya sekitarnya.
Tangannya mengucek pelan kedua matanya yang masih terasa mengantuk.

Ia mengedarkan pandangan ke arah sekitar yang begitu asing.
Tunggu, di mana Bella?
Seingat Bella, tadi sore setelah ia di bopong paksa laki-laki misterius berpakaian serba hitam, laki-laki itu membawanya ke apartemennya. Bella ingat persis saat laki-laki misterius itu memeluknya begitu erat, seakan takut Bella meninggalkannya.

Pelukan erat nan nyaman sang laki-laki misterius membuat Bella tanpa sadar perlahan merapatkan tubuhnya dengan tubuh laki-laki misterius itu.

Tak bisa dipungkiri lagi, dada bidang itu sangat membuat Bella nyaman, melupakan ketakutannya pada laki-laki misterius yang aneh dan asing baginya.

Saking nyamannya, Bella tertidur cukup lama didalam dekapan laki-laki itu.
Diliriknya jam beker yang ada di nakas, kini sudah menunjukan pukul 07.00.

Bella berusaha melepaskan lilitan tangan laki-laki misterius itu yang masih erat di perutnya meskipun laki-laki itu masih memejamkan kedua kelopak mata. Sangat sulit bagi Bella melepaskan lilitan yang semakin mengerat.

"Mau kemana, sayang? Ini masih pagi," gumam laki-laki misterius itu dengan kedua kelopak mata yang masih terpejam. Laki-laki itu menarik tubuh mungil Bella untuk semakin mendekat ke arahnya. Kepala laki-laki itu bersembunyi diantara caruk leher Bella yang hangat.

"Mau kuliah, tolong lepas," pinta Bella lirih. Ia takut jika permintaannya akan mengundang kemarahan laki-laki aneh yang tengah memeluknya.

Dengan gerakan cepat, laki-laki misterius itu menjauhkan kepalanya dari leher Bella, menopang kepala dengan satu tangannya lantas menatap dengan posisi miring ke arah Bella.

Bella menelan salivanya dengan payah saat manik  mata biru itu menatap lekat ke arah Bella.
"Mencoba membohongiku huh?" sinis laki-laki itu sambil tersenyum remeh ke arah Bella.

Bella bergidik ngeri, bibirnya terasa sulit untuk terbuka mengucapkan kata. Kepalanya menggeleng pelan dengan pandangan menghindar dari laki-laki misterius itu.

Jari telunjuk laki-laki yang saat ini masih belum diketahui namanya oleh Bella, mengangkat dagu Bella, agar pandangannya bertemu dengan pandangan Bella.

Bella menatap takut ke arah laki-laki itu, diluar dugaan Bella, laki-laki itu tengah menyunggingkan senyum ke arahnya.
"Aku gak bohong, aku emang ada kelas hari ini," ucap Bella.

Laki-laki itu terkekeh menatap Bella yang masih sedikit tegang bercampur rasa takut.
"Kelas? Oh iya? Bella, aku suamimu. Jadwal kamu dari hari pertama sampai kamu wisuda nanti, aku sudah hafal di luar kepala, jangan mencoba membohongiku, sayang"

Bella terdiam sesaat, ia menatap tak percaya ke arah laki-laki misterius itu.
Mahluk seperti apa dia? Kenapa kemampuan yang ia miliki bukan kemampuan manusia pada umumnya. Bella justru semakin ketakutan mengingat kemampuan laki-laki misterius itu pasti membahayakan Bella sewaktu-waktu.

"Aku tidak berbahaya. Tidak perlu takut, aku sudah jinak denganmu," bisik laki-laki itu menjawab pertanyaan Bella.

Sekali lagi, laki-laki itu mampu membaca pikiran Bella. Semakin yakin, jika laki-laki misterius dihadapannya ini memang bukan manusia biasa.

"Aku mau pulang, lepasin" pinta Bella, ia masih terus mencari cara agar bisa terlepas dari belenggu laki-laki misterius itu

"Pulang? Mau pulang ke mana, sayang? Bukankah perempuan yang sudah menikah itu tinggal bersama suaminya? Aku suamimu, Bella"

"Kamu bukan suamiku, kamu pasti cuma mengada-ada kan?" protes Bella cepat. Kali ini keberaniannya mulai terkumpul.

Laki-laki itu terkekeh pelan, satu tangannya terangkat didepan wajah Bella.
"Lihat cincin ini, cincin yang sama persis dengan cincin yang kamu punya, ini adalah cincin pernikahan kita."

Bella mengamati cincin yang dimaksud laki-laki misterius itu. Apa yang dikatakan laki-laki itu benar, cincin yang mereka kenakan sama persis.
Tapi, itu bukan cincin Bella, jadi Bella tak langsung percaya jika Bella dan laki-laki itu telah menikah, meski mereka mengenakan cincin yang sama.

"Tapi ini bukan cincinku. Aku bukan istrimu, begitupun kamu.  Kamu bukan suamiku. Mungkin kamu salah orang,"

Laki-laki misterius itu membaringkan kepalanya di atas perut Bella, membuat Bella berusaha menyingkirkan kepala laki-laki misterius itu.
"Jangan pergi Bella, aku suamimu dan kamu istriku. Percaya sama aku, kita sudah menikah"

Bella menggelengkan kepala pelan, masih tak percaya.
"Apa perlu kita melakukan hubungan layaknya sepasang suami istri sekarang?" tanya laki-laki misterius itu dengan menaikan sebelah alisnya.

Pertanyaan laki-laki misterius itu sukses membuat Bella melotot ke arahnya. Memukul pelan dada bidang laki-laki itu.

"Bagaimana Bella? Penawaran yang cukup menarik bukan? Ayo, kita buktikan sekarang," goda laki-laki misterius itu, menatap Bella dengan senyum yang tertahan.

Bella mengerucutkan bibirnya kesal, membuat laki-laki itu terkekeh pelan lantas mengusap puncak kepala Bella dengan gemas. Tak lupa juga laki-laki itu mendaratkan kecupan hangat penuh kasih sayanh di kening Bella.

Bella terdiam tak bisa berkata-kata, ia hanya menatap ke arah iris biru laki-laki itu yang baru Bella sadari begitu indah.

"Mumpung libur, tidurlah sayang. Aku gak mau liat kamu kecapean, terus jatuh sakit. Pejamin mata kamu," pinta laki-laki itu lirih.

Bella menggelengkan kepala pelan, pertanda menolak permintaan laki-laki misterius itu. Bella tidak mengantuk untuk saat ini, akan terasa sulit bagi Bella untuk memejamkan matanya sampai tertidur.

"Kenapa? Tidur Bella, seminggu ini kamu terlalu banyak aktivitas di dalam dan luar kampus, tubuh kamu butuh istirahat penuh, atau kalau tidak kamu besok pingsan di koridor kampus, lalu dibopong oleh Kevin, dibawa ke rumah sakit. Bukankah kamu takut jarum suntik?" ucap laki-laki misterius itu seakan tengah meramal apa yang akan terjadi pada Bella dihari esok.

Kerutan terlihat jelas di kening Bella, ia semakin dibuat ternganga dengan kemampuan laki-laki misterius ini. Selain mampu membaca pikiran dan hal yang telah terjadi pada Bella, rupanya laki-laki misterius itu mampu membaca apa yang akan terjadi pada Bella hari esok.

Bella belum sepenuhnya yakin dengan ucapan laki-laki itu tentang hari esok yang akan menimpa Bella.

"Terserah kalau kamu gak percaya, jangan salahkan aku kalau jarum suntik menusuk kulitmu itu dan bukan hanya itu, kamu akan kesakitan karena tubuhmu bersentuhan dengan Kevin dan dokter itu,"

Bella menatap kearah laki-laki itu, "Apa semuanya tidak akan terjadi kalau aku tidur sekarang?" tanya Bella dengan wajah polosnya.

"Tentu sayang, asal kamu tidur dalam pelukanku, semua itu tidak akan terjadi pada hari esok," detik berikutnya laki-laki misterius itu memeluk erat tubuh Bella.

"Tidur," bisik laki-laki misterius itu kembali.
Bella mengangguk pasrah. Ia menenggelamkan kepalanya di dada bidang sang laki-laki misterius.

Tangan laki-laki itu terus mengusap puncak kepala Bella agar Bella segera tidur. Tidak lama kemudian, deru napas Bella menjadi teratur, pertanda Bella sudah larut dalam alam mimpinya.

"Istirahat sayang, jangan sampai sakit. Aku sayang kamu, kamu miliki Bella." Laki-laki itu mencium kening Bella cukup lama.

Tbc

POSSESSIVE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang