Bagian Empat

745K 61.3K 3.2K
                                    

Bella berjalan dengan was-was, sesekali menoleh ke belakang. Sedari tadi ia keluar dari gerbang kampus, ia merasakan ada seseorang yang mengikutinya.

Seperti biasa, seseorang itu mengenakan pakaian serba hitam. Tentu saja semakin membuat Bella dibuat penasaran dengan sosok misterius itu yang belum terlihat wajahnya oleh Bella.

Bella menoleh ke belakang dengan gerakan cepat saat sosok misterius itu berada tak jauh dari posisinya.

Kosong, tidak ada seorang pun di belakangnya. Bella menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pandangannya menyapu bersih area sekitar yang sepi, tidak ada satu orang pun.

Akhirnya Bella memutuskan untuk kembali melangkah menuju halte. Ia harus mencari kendaraan umum untuk ia pulang ke apartemennya yang jauh, tidak bisa ditempuh dengan jalan kaki.

Lima belas menit Bella menunggu, tak ada satu pun taksi, ojek, atau kendaraan lain yang melintas, padahal hari semakin petang. Pikiran Bella mulai gak karuan. Ia takut, ada seseorang yang berniat jahat padanya. Apalagi Bella seorang perempuan, sangat rawan tindak kejahatan terjadi padanya.

Bella yang awalnya duduk di bangku halte, bangkit berdiri di pinggir jalan. Kepalanya menoleh ke kanan ke kiri, mencari kendaraan umum.

Dari sudut matanya, Bella bisa melihat lagi sosok laki-laki misterius berpakaian serba hitam tengah menatap ke arahnya. Kali ini Bella membiarkan sosok itu menatapnya, Bella tidak ingin menoleh untuk memastikan wajah misterius itu. Toh, menurut Bella sia-sia. Pasti sosok itu akan menghilang dengan gerakan super cepatnya. Entah itu gerakan apa, karena pergerakannya yang begitu cepat dan tidak bisa dilakukan oleh manusia pada umumnya.

"Arghh," pekik Bella saat merasakan tubuhnya dibopong oleh laki-laki berperawakan tinggi besar mengenakan pakaian serba hitam.

Bella yakin, seseorang yang tengah membopongnya adalah sosok misterius yang selama ini mengawasinya.

Belum sempat Bella melihat wajahnya, detik itu pula ia merasa melesat dengan kecepatan super. Tidak bisa diungkapkan lagi, betapa cepatnya pergerakan sosok yang membopong Bella ini.
Bella dapat merasakan betapa kencangnya angin yang menerpa tubuhnya.

Tak mampu berpikir secara rasional, Bella memilih untuk memejamkan kedua matanya, tangannya mencengkeram erat kemeja hitam yang dikenakan pria misterius itu.

Kening Bella membentuk kerutan yang begitu kentara tak kala ia merasakan gerakan laki-laki-laki itu terhenti. Tak ada angin yang menerpa tubuhnya.

Kedua kelopak mata Bella masih menutup rapat. Ia merasakan tubuhnya dibaringkan disebuah tempat yang empuk, seempuk kasurnya.

Kedua bola matanya sukses membulat saat ia baru saja membuka matanya dan mendapati wajah laki-laki misterius itu yang berjarak begitu dekat dengan wajahnya nyaris menempel. Tubuh laki-laki misterius itu berada tepat diatasnya, dengan kedua siku yang menopang beratnya sendiri agar tidak membuat Bella merasa keberatan.

"Siapa kamu?" sentak Bella, kedua tangannya mendorong dada bidang laki-laki misterius itu dengan sekuat tenaga, memaksanya untuk menjauh dari tubuh Bella. Rasanya berdekatan dengan pria tak dikenal membuat Bella sedikit merasa takut.

Bukannya menjawab, laki-laki misterius itu justru mengangkat satu tangannya, membelai lembut wajah Bella yang terasa begitu dingin. Rupanya Bella mulai ketakutan dengan posisi mereka yang begitu intim, berdua di kamar apartemen Bella yang sepi.

"Suamimu," bisik laki-laki itu, tepat di telinga kanan Bella. Mendengar jawaban laki-laki misterius itu Bella jelas tidak percaya.

Suami? Bella saja belum menikah, mana mungkin ia memiliki suami. Apalagi laki-laki yang kini diatasnya ini tidak ia kenal sama sekali. Bahkan ini pertemuan pertamanya. Bagaimana bisa, laki-laki itu mengaku sebagai suami Bella?
Sungguh, ini tidak lucu.

"Minggir, atau aku akan teriak supaya kamu digebukin orang," ancam Bella menatap iris biru laki-laki itu.

Laki-laki misterius yang selalu mengenakan pakaian serba hitam, mengawasi Bella kemanapun Bella pergi, kini tersenyum remeh menatap Bella.

"Teriak saja, silahkan. Aku memiliki kekuatan menghilang dalam satu detik,," bisik laki-laki misterius itu, kepalanya ia baringkan di samping kepala Bella , sementara jari telunjuknya menyusuri wajah Bella yang masih saja dingin.

Bella menelan salivanya susah payah. Apa yang diucapkan laki-laki itu ada benarnya juga. Yang ada Bella disangka gak waras, teriak-teriak sendiri karena laki-laki misterius itu sudah keburu pergi.

Sentuhan laki-laki misterius itu diwajah Bella membuat bulu kuduknya meremang, perutnya bergejolak dan napasnya mulai tidak teratur.

Tapi tunggu,
Ada yang aneh pada tubuh Bella.
Bella tidak merasakan sakit sedikitpun saat laki-laki misterius dan aneh yang mengaku sebagai suaminya, menyentuh tubuh Bella.

Padahal saat Bella tidak sengaja bersentuhan sedikit saja dengan Kevin, ia merasakan sakit yang luar biasa.

Tapi, kenapa sekarang tubuhnya tidak bereaksi apapun saat disentuh laki-laki ini?

"Sudah kubilang, aku suamimu. Tubuhmu milik suamimu, jadi tidak akan sakit saat aku menyentuhmu, kapanpun dan di manapun aku menyentuhmu, kamu tidak akan kesakitan," ucapan laki-laki aneh itu seolah menjawab pertanyaan yang terbesit di benak Bella.

Bella yakin, laki-laki yang kini tengah berbaring memeluknya dari samping, bisa membaca pikiran Bella.

Siapa laki-laki di samping Bella? Kenapa ia begitu hebat? Selain memiliki kecepatan berpindah yang setara dengan kecepatan cahaya, ia juga memiliki kemampuan membaca pikiran seseorang.

"Jangan dipikirkan, siapapun aku gak penting buat kamu, cukup tahu kalau aku suamimu," bisik laki-laki itu. Lagi-lagi menjawab pertanyaan Bella yang masih tersimpan di otak, belum terucap oleh lisan.

Bella mencoba menyingkirkan tangan kekar yang tengah melilit perutnya, kedua kakinya juga memberontak, memaksa kaki panjang yang tengah menindih kaki jenjangnya, menjauh.

"Aku kangen sama kamu, Bella. Biarkan seperti ini," suara serak laki-laki itu masuk ke dalam liang pendengaran Bella.

"Aku gak tahu siapa kamu, jangan kurang ajar," geram Bella masih berusaha menyingkirkan tangan kekar itu yang terus saja melilit perut Bella. Bahkan lilitannya semakin kuat saja, membuat Bella kesulitan bernapas.

"Sudah kubilang, aku suamimu, apa belum mengerti juga? Perlu aku jelasin lebih detail. Aku rasa perempuan seusiamu sudah cukup dewasa untuk mengerti arti kata suami," gumam laki-laki itu.

"Gak, aku gak percaya. Aku belum menikah, mana mungkin aku punya suami," Bella terus meronta, terus mencoba agar laki-laki aneh itu melepas lilitan tangannya dari tubuh Bella.

"Diam, atau aku akan menuntut hak aku sebagai seorang suami. Aku gak main-main Bella." Bisik laki-laki itu terdengar mengerikan di telinga Bella.

Seketika Bella terdiam, ia tak lagi meronta, ia cukup takut dengan ancaman laki-laki aneh disampingnya ini.

Laki-laki itu tersenyum, menarik tubuh Bella kedalam pelukannya lali menjentikan ibu jari dan jari tengahnya sekali. Entah darimana, selimut kini sudah menutup tubuh Bella dan laki-laki misterius yang aneh itu.

"Istirahat sayang, aku tau kamu kelelahan. Jangan ngebantah, aku gak suka punya istri pembangkang," bisik laki-laki itu pada Bella.

Tbc

POSSESSIVE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang