Bella duduk bersandar di kepala ranjang menatap sekelilingnya yang masih begitu asing. Ruangan besar yang sangat jauh dibandingkan kamarnya yang sempit.
Bella memang bukan berasal dari keluarga berada, kedua orang tuanya hanya karyawan biasa di perusahaan milik orang asing. Bisa kuliah, bagi Bella merupakan sebuah keberuntungan sendiri. Alasan orang tuanya mau menguliahkan Bella ditengah ekonomi yang kian menghimpit adalah Bella merupakan anak satu-satunya. Tidak ada tanggungan lain selain Bella.
Hingga orang tua Bella memutuskan untuk menguliahkan Bella meskipun ekonomi mereka tidaklah baik.
Bella yang cukup sadar diri dengan kondisi orang tuanya, tidak menuntut untuk bergaya seperti teman-temannya yang berasal dari keluarga berada. Ia berpenampilan sederhana dan apa adanya.Keberuntungan terus menghampiri Bella, entah mengapa tiba-tiba saja ada orang yang identitasnya disembunyikan, membayar semua tagihan kuliah Bella sampai wisuda nanti. Jadi Bella tidak perlu repot-repot lagi memikirkan biaya kuliahnya. Uang kiriman dari orang tuanya bisa ia simpan untuk keperluan lainnya.
Bella menurunkan pandangannya ke bawah. Di samping Bella laki-laki misterius yang ketampanannya diakui olehnya, tengah berbaring dengan kedua bola matanya yang tertutup rapat disertai dengkuran halus serta napas yang teratur.
Sampai saat ini, Bella masih tidak tahu siapa laki-laki misterius itu yang mengaku sebagai suaminya. Bagaimana Bella bisa percaya jika ia adalah suaminya jika namanya saja Bella tidak tahu.
Bella juga semakin yakin, jika laki-laki yang kini tengah memeluk perut rampingnya adalah sosok berpakaian serba hitam yang selalu mengawasi gerak-geriknya di kampus. Bahkan sampai saat ini, laki-laki itu masih mengenakan kemeja hitam dan celana bahan berwarna hitam.
Apakah laki-laki itu penyuka warna hitam? Kenapa semuanya berhubungan dengan warna hitam? Dekorasi ruangan tempat Bella berada pun didominasi warna hitam. Bedcover, selimut, pintu, dan beberapa bingkai lukisan di dinding pun berwarna hitam.
Bella sendiri merasa ngeri dengan ini semua, warna hitam yang timbul memberikan kesan misterius, mencekam, dan sedikit menakutkan.
"Kamu sudah bangun, sayang?" gumam laki-laki misterius itu memaksa kedua bola matanya untuk terbuka menatap Bella.
Bella tak menjawab, ia pikir tak usah dijawab pun laki-laki aneh itu pasti sudah tahu.
"Cepat mandi, kamu ada kuliah jam 7," titah laki-laki itu, ia menyibakan selimut yang menutupi kakinya, lantas berjalan ke arah kamar mandi.
"Tunggu!" ucapan Bella menghentikan langkah laki-laki misterius yang selalu mengganggu pikiran Bella.
Laki-laki itu menatap Bella lurus tepat ke arah manik mata Bella, menyandarkan tubuhnya di tembok dengan kedua tangan yang terlipat didada. Mendapat tatapan seperti itu membuat Bella gelagapan, kata-kata yang ia susun buyar. Tatapan itu begitu menusuk dan berhasil membuat Bella kehilangan fokus.
"Kenapa? Mau mandi bareng? Ayo!" ajak laki-laki itu dengan alis terangkat menatap ke arah Bella yang tak kunjung bicara, hanya diam menatap ke arah laki-laki itu.
"Aku ... Aku mau bicara penting sama kamu." Akhirnya Bella mampu mengeluarkan suaranya yang sempat tercekat.
Laki-laki itu berjalan kembali ke arah ranjang, menghampiri Bella. Melihat laki-laki itu yang tengah menghampirinya, Bella beringsut mundur. Laki-laki itu duduk di tepi ranjang.
"Simpan pertanyaan kamu, sayang. Tanpa kamu beritahu apa yang akan kamu tanyakan, aku sudah tahu. Lebih baik kamu mandi, kalau kamu ngotot kita bicarakan ini, kamu akan terlambat," tutur laki-laki itu selepas memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE DEVIL
Fantasy[ tanpa edit ] Bella merasakan banyak hal aneh terjadi pada dirinya. Sebuah cincin berwarna putih dengan ukiran bulan dan bintang, melingkar begitu indah di jari manisnya. Sudah berulang kali Bella melepaskan cincin itu, bahkan Bella pernah membuang...