Hidayah (1)

1.9K 170 0
                                    

Setelah kubaca identitas tentang mina, ada sesuatu yang membuatku merasa bahwa hidup ini memang benar-benar ada yang kurang.

Sebenarnya sudah lama kurasakan, namun aku tak tau apa itu yang kurang. Ternyata sebuah ketenangan hati yang diperoleh dari sebuah hubungan terhadap Tuhan sang pencipta.

Dinegara yang kebanyakan menganut atheis ini memang jarang sekali yang berbicara tentang Tuhan pencipta alam semesta, yang memberi kehidupan, kebahagiaan dan kesedihan. Yang aku rasa selama ini adalah hampa.

Hampa, walau segala hal aku miliki. Harta, kedudukan dan keluarga aku punya. Namun disana ada sebuah hal yang memang benar-benar tak aku dapatkan yaitu kedamaian.

Hari ini aku mendapat kelas mengajar sore. Jadi, kuputuskan untuk keperpusatakaan. Berbekal satu buku yang kumiliki, yang kudapat dari temanku.

Al-quran.

Sebuah syair yang tak pernah kubaca dan tak kudapatkan dibuku manapun. Satu kata merupakan sebuah kalimat yang tak berarti jika tak memiliki sebuah lanjutan.

Aku berjalan kesusunan rak bertulisan islam. Entah kenapa dikampus ini ada, mungkin karna ada sebagian mahasiswa memeluk agama itu dan demi memenuhi kebutuhan rohani mahasiswanya.

Kubaca setiap judul buku.
"Hadist dan sunah Nabi, Jalan menuju Allah" gumamku.

Aku tak begitu mengerti, namun--

"Yogiyo!" seseorang menyapaku, aku menoleh. Seorang mahasiswa yang sepertinya aku pernah melihat.

"Maaf prof. Anda sedang mencari sesuatu?" tanyanya. Prof? Dia memanggilku prof. Hanya seseorang yang mengenalku yang memanggilku seperti itu. Aku memang menyembunyikan gelarku, karna memang tak ada yang bisa dibanggakan disitu, hanya sebuah gelar padahal aku sendiri baru saja lulus dan belum banyak memiliki pengalaman.

"Ya?" seruku, "Ah, tidak. Aku hanya ingin mengetahui tentang islam. Apa ada buku yang kau anjurkan untukku sebagai pemula?" tanyaku.

Dia terlihat memilih buku dari sususan rak itu.
"Ah, ini!" gumamnya dan mengambil buku itu.
"Ini prof. Ini adalah sejarah islam. Awal mula islam datang dan diperkenalkan" katanya dan memberikan buku berjudul 'Sejarah islam' padaku.

"Kumawo" kataku menerima buku itu. "Bolehku tau siapa namamu?" tanyaku penasaran.

"Prof lupa denganku?" tanyanya dengan tersenyum.

"Ah, maaf aku tak begitu ingat."

"Aku dulu adalah adik tingkat prof saat dichina. Karna aku tak sanggup melanjutkan kuliahku disana aku kembali ke korea dan mengambil jurusan lain disini. Namaku Muhammad Kun, aku juga seorang muallaf" jelsnya. Pantas saja aku seperti pernah melihatnya.

"Ah, maaf. Aku tak tahu itu. Muallaf?" tanyaku.

"Ya, aku baru saja masuk islam 9bulan yang lalu. Masih perlu banyak memperlajari islam."

Aku mengangguk tanda mengerti.

"Jika prof tertarik tentang islam. Aku memiliki seseorang yang bisa prof tanyai."

"Jinja?". Dia mengangguk.

"Mungkin kita bisa berbincang lagi kun."

"Ah iya prof. Aku tahu, prof pasti sibuk sekali bukan. Apalagi prof menjadi dospem mahasiswa tingkat akhir."

"Tidak juga. Aku akan menghubungimu" kataku. Kun memberikan sebuah kartu nama, mahasiswa disini harus memiliki kartu namanya sendiri. Karna itu sebuah kewajiban.

"Aku sangat terhormat bisa berbincang dengan prof. Saya permisi dulu prof" pamit kun padaku.

"Ya. Terima kasih" kataku padanya. Dia, ada sesuatu hal yang cerah pada dirinya. Wajahnya? Mungkin tapi ada sesuatu yang damai di dirinya seperti saatku melihat mina. Tapi aku tak bisa melihat jelas wajah mina, dia selalu menunduj didepanku.

Ku Pinang Kau Dengan BismillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang