Hidayah (2)

1.9K 193 3
                                    

Seperti kataku kemarin aku akan menghubungi kun. Aku tak begitu ingat jika dia adik tingkatku saat kuliah.

Sekarang aku sedang duduk disebuah bangunan yang kata kun tadi adalah 'Masjid'. Aku duduk bersila disamping kun dan bersama banyak orang disini. Banyak, bahkan penuh. Masjid sebesar dan seluas ini penuh dengan orang, masjid ini bahkan dibuat tiga tingkat dan penuh dengan orang. Sungguh ini luar biasa. Bahkan ketika aku menghadiri sebuah acar bedah buku dichina yang penulisnya sangat terkenal saja yang hadir tidak sebanyak ini. Apa istimewa dari islam?.

"Ini adalah kajian islam prof" bisik kun padaku karna aku terlihat bingung saat ini. Aku mengangguk "Panggil aku hyung saja, bahkan umur kita hanya terpaut 1,5 tahun" kataku dengan tersenyum. Kun mengangguk.

"Setiap akhir pekan akan banyak jama'ah yang datang kesini untuk mendengarkan kajian islam" jelasnya padaku dengan pelan.
"Aku dengar kali ini akan mengkaji tentang surah Al-ikhlas" dia menatapku, "Hyung akan tahu nanti. Ah itu imamnya sudah datang" katanya padaku. Dia memfokuskan pandangan ke mimbar didepan sana. Mimbar kotak hitam terbuat dari kayu yang memiliki ukiran yang indah.

Ketika imam? Yah imam, kun menyebutnya imam. Imam itu berbicara, semua orang diam dan memperhatikan. Ada getaran tersendiri dengan suasana seperti ini. Aku belum pernah merasakan ini.

Imam itu mulai membacakan sesuatu.


Tiba-tiba kun memberiku buku, dia menunjuk tulisan tak bercetak tebal.
"Ini arti dari surah yang dibacakan oleh imam" bisiknya, dia kembali memperhatikan imam.

Aku mendengar suara imam dan membaca buku arti dibuku ini. Ini terasa sangat berbeda. Ada sesuatu yang membuat airmata ku jatuh.

Setelah selesai membaca imam itu berbicara, dia menyebutkan setiap ayat katanya.

"Ikhlas, ikhlas itu seperti surah al-ikhlas ini yang tak ada kalimat ikhlas didalamnya. Rasa dimana kita rela dan ikhlas tanpa mengutarakannya. Menolong sesama tanpa mengharap sesuatu kecuali dari Allah" jelasnya.

"Ikhlas, sebuah keyakinan bahwa memang ini sesuatu yang benar adanya. Walau kenyataan hidup ini tak selalu indah kita harus tetap ikhlas. Karna akan ada sebuah hal yang tak pernah kau duga dengan kau mengikhlaskan segalanya. Merelakan hal yang bukan milik kita maka kita akan mendapat hal yang lebih baik" jelasnya lagi. Kemudian dia memberi berbagai contoh bentuk keikhlasan dikehidupan nyata.

Aku tersentuh.

Ini semua diluar pemikiranku, sungguh aku merasa bahwa aku ini adalah kecil, mahkluk yang tak mampu berbuat apapun tanpa Allah, begitu imam memyebut Tuhan.

Dia menjabarkan berbagai contoh kecil, bahkan sangat sepele bagiku tapi disitu bisa diambil pelajaran.
Aku, aku ini kecil.

Kecil seperti debu yang mampu dan mudah diterbangkan oleh angin.

Aku kecil, aku ini kecil.

Bisakah aku memperbaiki diriku yang jauh dari kata selalu bersyukur. Jauh dari kata apa arti hidup yang kuketahui.

Mampukah aku untuk melangkah kesini dengan dosa yang kulakukan selama ini? Bolehkah?.

Apa Tuhan akan menerimaku? Menerima diriku yang seperti ini?
Menerima segala dosa yang pernah aku perbuat.

Aku menangis dalan diam, menundukan kepalaku. Aku mendengarkan segala hal yang dijelaskan oleh imam.

Sungguh Allah itu luar biasa. Allah akan menerima kita seberapa banyak dan besar dosa kita.
"Ya Allah jika memang ini adalah uluran tangan Mu untukku. Aku akan menggapainya dan berjalan menujumu."

Ku Pinang Kau Dengan BismillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang