Danny berlari di sepanjang lorong rumah sakit seraya menangis dimalam ulang tahunnya yang ke-15. Sahabat baiknya ikut berlari di sisinya demi menjaga Danny agar tak menjadi lebih kacau lagi. Perayaan ulang tahun itu berubah menjadi perayaan duka cita.
Keduanya tiba di ruang gawat darurat. Seorang dokter menghampirinya dan mencoba menenangkannya.
“Dengar baik-baik nak, kau harus siap menghadapi semua ini jika kau ingin melihat kondisi keduanya. Mereka tak punya harapan lagi, jadi jangan sia-siakan kesempatanmu yang hanya sekali ini saja,” ujar Dr. Agatha.
Danny melangkah bersama F dan melihat kondisi orang tuanya.
“Ibu…, Ayah…, apa yang terjadi? Kenapa kalian begini?,” tanya Danny berusaha menahan tangisnya.
“Danny…, Danniele puteriku…,” panggil Sophia dengan lemah.
Danny meraih jemari ibunya.
“Dengar sayang, kami menyayangimu. Maaf jika pesta ulang tahunmu harus menjadi hari terakhirmu bersama kami. Ada satu hal yang harus ibu minta padamu. Kami membawa seorang bayi, dia butuh perlindungan sayang. Tolong jaga dan lindungi dia, anggaplah dia sebagai bagian dari keluarga kita,” pinta Sophia.
“Bayi? Siapa orang tuanya bu?,” tanya Danny.
“Danny…,” Panggil Dave, “suatu hari, kau akan tahu siapa ayahnya. Jangan pernah serahkan anak itu pada ibunya. Kau akan melakukannya demi kami kan?,” tanyanya.
“Berjanjilah Danny, ibu mohon.”
Danny tak mampu berkata apapun, airmatanya mengalir dengan deras di pipinya yang putih. F menyentuh pundaknya untuk memberikan kekuatan pada Danny agar bersabar. Danny menarik nafasnya dalam-dalam.
“Ya…, aku janji pada kalian berdua. Aku akan menjaga bayi itu dan melindunginya, seperti anakku sendiri,” ujar Danny seraya terisak pelan.
Kedua orang tuanya tersenyum lega. Mereka menutup matanya bersama. Diam…, dan pergi dalam damai. Seorang perawat masuk ke ruangan itu seraya menyerahkan seorang bayi mungil yang terbungkus kain selimut berdarah. Pengacara keluaraganya masuk dan menemui Danny.
“Danny kau tak perlu menerima apa yang orang tuamu katakan. Kau pewaris tunggal, dan semua yang kau miliki tak perlu di bagi dengan bayi ini suatu hari nanti,” ujar pengacara itu.
Danny masih terdiam seraya menggendong bayi itu. ia memainkan tangan mungil bayi yang sedang ia beri minum susu dari sebuah dot mini. F memperhatikannya.
“Danny apa kau mendengarkan aku?,” tanya pengacara itu lagi.
“F…,” panggil Danny.
“Ya…,” jawab F.
“Panggil Nyonya Claire,” pinta Danny.
Claire Clinton tiba di rumah sakit itu beberapa saat kemudian setelah F menghubunginya. Ia menghampiri Danny yang masih saja di ceramahi oleh pengacara keluarganya. Beberapa orang dokter dan perawat ikut mendengarkan di sana.
“Nyonya Claire, aku minta anda untuk menjadi pengacara pribadi keluargaku mulai sekarang,” ujar Danny.
“Apa maksudmu Danny? Aku pengacara keluargamu sejak dulu,” bantahnya.
“Tidak lagi!,” tegas Danny dan pria itu berhenti bicara.
“Tolong urus segala sesuatu untuk pemakaman orang tuaku, juga tolong uruskan surat pengesahan adopsi bagi anak ini, aku akan menjadi ibu adopsinya mulai sekarang,” pinta Danny.
“Akan kulakukan semua yang kau butuhkan Danny. Ada lagi?,” tanya Claire.
“Tolong urus sebagian hak waris yang ku punya agar menjadi milik anak ini,” tambah Danny.
“Baik.”
Dr. Agatha mendekatinya.
“Kau sudah siap jadi ibu Danny?,” tanya Dr. Agatha.
“Ya dokter, aku siap. Aku sudah berjanji, aku akan menepatinya,” jawab Danny.
“Kalau begitu berikan nama untuk anak ini,” pinta Dr. Agatha.
Danny melihat ke arah F sesaat. Sahabatnya terus memberikan dukungan di belakangnya. Danny tersenyum, ia memiliki keputusan saat melihat wajah mungil yang tertidur nyenyak dalam pelukannya.
“Kevin…, Kevin Julian,” ujarnya.
* * *
Opening!!!
Happy Reading!!!
Jgn lupa vote and comment 😀
KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE [SUDAH TERBIT]
Action[COMPLETED] Beberapa Part Dihapus. Keputusan yang ku buat bukanlah sekedar lelucon belaka! Keputusanku ketika merengkuh Kevin dalam hidupku . . . Keputusanku ketika menjadi seorang Polisi . . . Dan keputusanku ketika memilih dirimu . . . Semua itu t...